Menurut Petani Kopi, AEKI Belum Maksimal

id Menurut Petani Kopi, AEKI Belum Maksimal , BPD AEKI, KOPI, BUBUK, KOPI LUWAK, LAMPUNG BARAT, KEBUN

Menurut Petani Kopi, AEKI Belum Maksimal

Buah Kopi. (Dok. ANTARA FOTO/Sahrul Manda).

Beberapa tahun lalu AEKI sering melakukan pembinaan dengan melakukan penyuluhan bersama tim pembina perkopian Lampung, tetapi sejak dua tahun terakhir hal itu tidak lagi dilakukan."
Bandarlampung (ANTARA LAMPUNG) - Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Lampung sejak beberapa tahun terakhir dinilai kalangan petani kopi khususnya di dataran rendah daerah ini belum maksimal melakukan pembinaan kepada mereka.

"Beberapa tahun lalu AEKI sering melakukan pembinaan dengan melakukan penyuluhan bersama tim pembina perkopian Lampung, tetapi sejak dua tahun terakhir hal itu tidak lagi dilakukan," kata Slamet (43), petani kopi Desa Tegal Binangun Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus, saat dihubungi dari Bandarlampung, Rabu (5/6).

Ia menyatakan bahwa pembinaan bagi petani dengan arahan melakukan tata cara budidaya tanaman kopi yang baik sangatlah dibutuhkan, termasuk bantuan bibit atau klon baru, pupuk, alat jemur/pengering, dan kebutuhan budidaya praproduksi kopi lainnya.

Diharapkan dengan pembinaan itu, lanjut dia, produktivitas maupun kualitas tanaman kopi menjadi lebih baik dan berpengaruh terhadap harga jual biji kopi.

Dia menilai, saat ini AEKI lebih mementingkan pembinaan terhadap petani kopi di dataran tinggi, seperti di Kabupaten Lampung Barat, mengingat kawasan tersebut merupakan penghasil kopi robusta terbesar Lampung.

"Jangan karena di Lampung Barat terdapat pusat penyuluhan dan pengembangan kopi milik AEKI, para pengurusnya hanya berkunjung ke sana saja dan sangat jarang melihat kondisi petani di kabupaten lainnya," ujar dia lagi.

Karena itu, Slamet mengharapkan AEKI Lampung dapat secara rutin melakukan pembinaan terhadap petani kopi seperti beberapa tahun lalu, salah satunya dengan melakukan pelatihan atau penyuluhan serta juga pemberian bibit, sehingga dapat meningkatkan produktivitas maupun kualitas kopi yang dihasilkan para petani setempat.

Ketua Kelompok Tani Dunia Baru Desa Tegal Binangun Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus Suyanto (45), mengatakan bahwa sejak setahun terakhir AEKI Lampung tidak lagi rutin turun ke perkebunan petani kopi di daerah ini untuk melihat kondisi tanaman komoditas tersebut.

Padahal menurut dia, di Desa Tegal Binangun terdapat beberapa demonstrasi plot (demplot) perkebunan petani kopi yang menjadi binaan AEKI Lampung.

"Plang nama AEKI dan tim pembina perkopian Lampung masih tertancap di perkebunan petani itu. Tetapi mereka jarang turun ke lapangan," kata dia lagi.

Beberapa tahun lalu, lanjut dia, petani yang tergabung dalam kelompok tani di beberapa kabupaten penghasil kopi mengikuti pelatihan dan penyuluhan di Pusat Penyuluhan dan Pengembangan Kopi (P3K) AEKI Lampung, di Pekon Hanakau Lampung Barat.

Petani di P3K AEKI, kata dia, mendapatkan penyuluhan mulai dari tata cara budidaya tanaman kopi yang baik, pascapanen, serta pemasaran oleh pemateri yang berasal dari Dinas Perkebunan Provinsi Lampung maupun pengurus AEKI.

Selain itu, petani juga memperoleh bibit tanaman kopi dengan kualitas bagus serta pemberian plastik untuk lantai jemur.

"Sejak beberapa tahun terakhir penyuluhan tersebut tidak lagi dilakukan," kata dia pula.

Beberapa pengurus kelompok tani dan petani kopi di Kabupaten Lampung Barat juga mengeluhkan pembinaan dan penyuluhan dari AEKI maupun Dinas Perhubungan dan instansi berwenang belakangan ini jarang dilakukan lagi.

Sejumlah petani kopi itu menyebutkan, biasanya saat jelang panen raya kopi berbagai pihak termasuk dari perusahaan pengolah biji kopi dan eksportir kopi, selalu datang berbondong-bondong untuk menawarkan pelatihan dan penyuluhan berkaitan dengan penanganan pascapanen.

Namun setelah itu, ketika petani memerlukan bantuan alat dan sarana produksi untuk budidaya kopi, para pihak dimaksud nyaris tidak lagi mendatangi para petani umumnya.