Menparekraf Sampaikan Visi Sebagai Kandidat Dirjen WTO

id MARI SAMPAIKAN VISI SEBAGAI KANDIDAT DIRJEN WTO

WTO merupakan institusi internasional yang memainkan peran penting dalam memelihara kepercayaan dalam sebuah sistem perdagangan multilateral yang terbuka,"
Jakarta (ANTARA LAMPUNG) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu, salah satu calon Direktur Jenderal World Trade Organization (WTO), memaparkan visi dan misinya di hadapan Sidang General Council WTO, di Markas Besar WTO di Jenewa, Swiss, Selasa (29/1).

Siaran Pers Kementerian Parekraf diterima di Jakarta, Kamis, menjelaskan Mari Pangestu yang dinominasikan Pemerintah Indonesia,  mendapatkan giliran presentasi ketiga di sore hari setelah dua kandidat lainnya yaitu Mr Alan John Kwadwo Kyerematen dari Ghana dan Ms Anabel González dari Costa Rica yang masing-masing mendapatkan giliran presentasi pada pagi dan siang hari.

Di hadapan 157 anggota WTO yang menghadiri sidang, Mari menyampaikan pernyataan terkait kesamaan kepentingan semua anggota.

Ia menjelaskan, WTO merupakan institusi internasional yang memainkan peran penting dalam memelihara kepercayaan dalam sebuah sistem perdagangan multilateral yang terbuka, adil, berbasis aturan dan seimbang.

Menurut Mari, ada empat tantangan yang harus dihadapi bersama oleh semua negara anggota WTO.

Pertama yaitu kebutuhan bersama untuk memastikan bahwa perdagangan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi dan pencipta lapangan pekerjaan, terutama mengingat ketidakpastian global.

Ini berarti bahwa semua negara mesti terus menjaga kepercayaan dan komitmen dalam sebuah sistem perdagangan multilateral yang terbuka, adil, berbasis aturan dan seimbang.

Kedua, setiap negara tanpa kecuali menghadapi kenyataan maupun persepsi bahwa proses pembukaan pasar yang telah terlaksana belum tentu memberikan manfaat setara kepada semua, baik antarnegara atau dalam kelompok, wilayah maupun sektor lain dalam suatu negara.

Ketiga, dunia telah menjadi tempat yang berbeda dibandingkan dengan ketika kita mulai mempersiapkan putaran Doha.

"Dunia saat ini seperti memiliki mesin pertumbuhan multipolar dan perbedaan tingkat pembangunan dari yang perekonomian yang kurang berkembang sampai dengan yang bangkit dengan cepat (emerging econmies)," katanya.

Dan keempat, WTO masih menjadi forum utama untuk negosiasi multilateral, namun kini masih berusaha untuk menyelesaikan perundingan Doha selama lebih dari 10 tahun.

"Kita masih perlu mencari konsensus, optimisme dan mengumpulkan dukungan untuk menyelesaikannya dan bagaimana caranya agar WTO tetap relevan dan kredibel di tengah-tengah perjanjian bilateral dan regional yang ada," katanya.

Lima Solusi
Menghadapi keempat tantangan bersama tersebut, Mari Pangestu menawarkan lima solusi antara lain seluruh pihak harus bergerak maju untuk menyelesaikan putaran Doha karena dampaknya akan tetap positif bagi perekonomian dunia dan merupakan stimulus ekonomi yang tidak memerlukan pengeluaran dana.  

Untuk memajukan perundingan itu maka seluruh dunia harus pragmatis dan bekerja keras untuk menghasilkan hasil awal (early harvest) saat pertemuan Tingkat Menteri ke-9 di Bali pada Desember, tanpa melupakan tujuan besar yaitu paket Doha yang lengkap.

Mari mengungkapkan, bila terpilih menjadi Dirjen WTO, akan fokus untuk menjadi manajer yang baik dalam mengelola sumber daya WTO untuk memastikan bahwa pelayanan pada semua anggota dapat berjalan optimal.

Mari mengibaratkan Dirjen seperti seorang "Jenderal" dan ia memiliki seluruh tim dan tentara yang efektif untuk digunakan dalam mendukung pekerjaannya untuk melakukan pelayanan terbaik bagi anggotanya.

Dengan pengalaman sebagai negotiator dan koordinator G33 dan pengalaman di ASEAN, yang harus menjembatani negara dengan tingkat pembangunan yang berbeda dan posisi yang sangat bervariasi, Mari Pangestu menyatakan siap menyumbang kepada lembaga WTO sebagai Direktur Jenderal.

Untuk itu ia akan bekerja keras sebagai jembatan antara 157 anggota dalam mencari konsensus yang win-win dan menjaga kepercayaan terhadap WTO sebagai lembaga yang akan menjaga sistem perdagangan multilateral yang terbuka, adil, inklusif, berimbang dan berdasarkan aturan.