Rektor IAIN Lampung: Semua Pihak Menahan Diri

id Rektor IAIN Lampung: Semua Pihak Menahan Diri

Bandarlampung (ANTARA LAMPUNG) - Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung, Dr Mohammad Mukri MAg mengingatkan, semua pihak dapat menahan diri menghadapi persoalan bentrokan warga antarkampung di Desa Sidoreno/Balinuraga, Kecamatan Waypanji, dengan warga Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan terjadi dua hari terakhir.

"Semua pihak harus bisa menahan diri, mengingat kalau sudah menjadi kasus SARA, dampaknya akan sangat luas dan mendalam serta semakin sulit diatasi serta pada akhirnya akan merugikan kita semua," ujar Mukri, saat diminta tanggapan atas konflik sosial di Bandarlampung, Selasa.

Secara khusus mantan pengurus Gerakan Pemuda Ansor dan warga Nahdlatul Ulama (NU) di Bandarlampung itu, menyampaikan rasa keprihatinan yang sangat mendalam atas kasus tersebut.

Mukri juga menyampaikan duka cita dan simpati yang mendalam  bagi para keluarga korban dari kedua belah pihak yang terlibat pertikaian itu.

Dia mengingatkan, kejadian serupa dan kasus konflik antarwarga yang mirip dan nyaris sama terus berulang di daerah atau kampung di Kabupaten Lampung Selatan itu.

"Ini harus ada tindakan cepat, tepat, dan tegas dari pemerintah maupun aparat kepolisian, serta bila dipandang perlu dapat minta bantuan kepada aparat TNI serta dukungan dari pemerintah pusat di Jakarta," ujar dia lagi.

Ia mencemaskan, jika kasus ini melebar menjadi kasus SARA, maka akan sangat berbahaya, mengingat warga yang terlibat pertikaian bisa mendapatkan simpati dan bantuan dari warga tempat lain di Lampung maupun luar Lampung.

"Jangan sampai persoalan ini menjadi konflik SARA yang meluas," kata dia.

Dia mengingatkan, pihak berwenang harus segera melakukan langkah penanganan konflik itu.

Menurut Mukri, pertama, perlu dilokalisir jangan sampai bentrokan itu merembet ke wilayah lain.

Kedua, ujar dia pula, pemerintah perlu bertindak cepat untuk mengajak seluruh tokoh agama dan tokoh masyarakat adat bisa segera duduk bersama mencari penyelesaiannya.

Ketiga, kata dia, semua pihak untuk bisa menahan diri, mengingat kalau sudah menjadi kasus SARA dampaknya sangat luas dan mendalam.

Mukri menambahkan, langkah keempat, perlu ada penyelesaian yang komprehensif dengan mengedepankan kearifan lokal, dan bila dipandang perlu, maka relokasi bisa dipertimbangkan.

Ia menilai, penyebab atau pemicu di kampung-kampung yang berkali-kali terjadi konflik antarwarga itu cenderung tidak terjadi pembauran antaretnis pendatang dengan warga di sini, sehingga bila dibiarkan akan semakin menjadi rumit persoalannya.

"Artinya memang di daerah itu, sesungguhnya sudah ada bibit-bibit hubungan yang tidak sehat, dan selama ini seperti terlupakan pembinaannya," ujar Mukri lagi.

Berkaitan upaya pengerahan aparat pengamanan dari kepolisian dan unsur TNI dari seluruh Lampung dibantu dari beberapa daerah lain, namun bentrokan antarwarga masih terjadi berulang.

Mukri mengingatkan, agar semua upaya yang mungkin dilakukan untuk menghentikan bentrokan itu harus secepatnya dijalankan pihak berwenang.

"Pokoknya yang mungkin dilakukan, lakukanlah untuk menghentikan kerusuhan dan bentrok ini," kata dia menegaskan lagi.

Menurut Mukri, dalam keadaan darurat, pastilah hal-hal normal bisa diabaikan.

Apalagi, kata dia, ini menyangkut keselamatan jiwa, dan jangan sampai berjatuhan korban bertambah lagi.

"Konflik ini eskalasinya bisa meluas ke mana-mana, jika tidak cepat ditangani dengan baik. Jangan sampai terlambat tindakan dari pihak berwenang," demikian Rektor IAIN Raden Intan.

Hingga saat ini, dilaporkan sedikitnya sembilan warga tewas akibat bentrokan warga antarkampung di Desa Sidoreno/Balinuraga, Kecamatan Waypanji, dengan warga dari beberapa desa di Kalianda, Lampung Selatan itu.

Terdapat pula sejumlah korban luka berat dan ringan, belasan rumah warga setempat yang dibakar dan dirusak.

Bentrokan susulan pada Senin (29/10) juga tak dapat dihindarkan lagi, kendati ribuan personel aparat pengamanan gabungan berjaga di lokasi, mengingat massa yang datang ke Desa Balinuraga/Sidoreno mencapai ribuan orang.

Saat ini, ratusan warga di lokasi bentrokan itu, Selasa pagi ini, juga mulai diungsikan ke tempat yang aman oleh pihak kepolisian dan aparat pengamanan gabungan di Bandarlampung.

Sejumlah warga juga berinisiatif mengungsi ke Polres Lampung Selatan, terutama kaum wanita dan anak-anak serta warga lanjut usia, sejak Senin (29/10) hingga Selasa pagi ini.