Menunggu Generasi Wira Usaha di Kabupaten Waykanan

id Menunggu Generasi Wira Usaha di Kabupaten Waykanan

Waykanan, Lampung (ANTARA LAMPUNG) - Generasi muda dan masyarakat yang berjiwa kewirausahaan (entrepreneurship) sangat diperlukan dalam pembangunan suatu daerah, termasuk di Kabupaten Waykanan, Provinsi Lampung.

Apalagi, kabupaten di ujung utara Provinsi Lampung yang dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 12 Tahun 1999 pada 20 April 1999, dengan Blambanganumpu ibu kotanya, saat ini masih dinyatakan sebagai daerah tertinggal oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT).

Struktur ekonomi Kabupaten Waykanan didominasi sektor primer yang memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan pendapatan bruto (PDRB), dari sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 53,45 persen.

Peranan sektor pertanian itu, didukung oleh subsektor tanaman pangan dengan kontribusi sebesar 22,58 persen, serta subsektor tanaman perkebunan sebesar 16,23 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 menyatakan, daerah berusia 13 tahun itu masih memiliki 36.034 kepala keluarga (KK) tergolong miskin dari jumlah penduduk sebanyak 406.735 jiwa.

Bupati Waykanan, Bustami Zainudin mengemukakan, upaya untuk mengentaskan kemiskinan di daerah yang memiliki luas wilayah 3.921,63 kilometer persegi itu agar menjadi sejahtera bukanlah tugas yang mudah.

Tetapi, sejumlah upaya dilakukan untuk memajukan daerah yang memiliki areal seluas 3.921,63 km persegi atau sebesar 11,11 persen dari wilayah Lampung itu.

Pemerintah Kabupaten Waykanan menerapkan Wajib Belajar 12 Tahun dengan biaya ditanggung pemkab setempat.

Pemkab juga berupaya membujuk masyarakat yang dilahirkan di daerah ini, untuk "Mulang Tiyuh Bangun Negeri Ramik Ragom Waykanan Bumi Petani" (pulang kampung membangun daerah yang memiliki penduduk beragam di Waykanan Bumi Petani, Red).

Dinas Pendidikan Kabupaten Waykanan juga berinisiatif mendorong pelajar setempat memiliki kecintaan pada sektor pertanian, dengan harapan tertanam etos kewirausahaan sejak dini di kalangan generasi muda itu.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Waykanan, Gino Vanollie, salah satu upaya untuk membuat pelajar daerahnya mencintai pertanian adalah dengan mendorong optimalisasi penggunaan lahan pekarangan di sekolah.

"Kami berupaya menggalakkan hal tersebut, dan beberapa sekolah sudah melaksanakan dengan baik dengan menanam berbagai komoditas yang bisa meningkatkan pendapatan sekolah," ujar dia.
   
                                             Tumbuhkan Etos Kewirausahaan
Keberhasilan kewirausahaan diperlukan untuk eksistensi individu, termasuk keberlangsungan organisasi, suatu daerah maupun negara.

Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Waykanan, Supri Iswan, mengajak jajarannya termasuk Barisan Ansor Serbaguna (Banser) untuk menjadi mandiri dan produktif.

"Individu yang bergabung dengan kami, pantas untuk cerdas dan trengginas melihat peluang," kata Supri lagi.

Pihaknya tidak hanya sekadar mendorong melalui perkataan, tetapi juga dengan perbuatan supaya etos mandiri dan produktif bisa benar-benar terwujud.

Ansor Waykanan saat ini telah menjalin pendekatan dengan sejumlah instansi di Pemkab Waykanan untuk bekerjasama yang bersifat simbiosis mutualisme.

"Tinggal penandatanganan nota kesepahaman. Jalan baik, Insya Allah siap terbuka. Karena itu, bila terealisasi, semua kader GP Ansor dan Banser Waykanan semuanya harus bekerja untuk kemajuan organisasi, sesama, dan bangsa sesuai kehendak pendiri Nahdlatul Ulama," kata dia pula.

Potensi perkebunan di daerah itu, seperti perkebunan kopi, ujar Supri, merupakan salah satu peluang yang belum dioptimalkan.

"Sebagian besar petani di Waykanan enggan menjual kopi dalam bentuk kemasan dikarenakan beberapa faktor, seperti masalah ekonomi yang mendesak dan kurang keterampilan," ujar Supri lagi.

Komandan Satuan Koordinasi Rayon (Satkoryon) Banser Kecamatan Banjit, Tanzili membenarkan, petani di daerahnya jarang menjual kopi dalam bentuk produk jadi atau kemasan.

Nilai jual kopi dalam bentuk bubuk di daerah itu berkisar Rp50.000 per kilogram, sedangkan kopi yang tidak diolah hanya sekitar Rp16.500 per kilogram.

"Kami melihat itu sebagai peluang untuk dilakukan pengolahan bubuk kopi lebih dulu supaya hasilnya bisa digunakan menggerakkan organisasi," ujar Tanzili lagi.

Sejumlah sekolah di kabupaten yang telah dicanangkan sebagai "Bumi Petani" itu, mendorong anak didiknya menggunakan lahan pekarangan yang ada di sekolahnya untuk membudidayakan tanaman karet, kelapa sawit, singkong, dan juga sayuran.

SMAN 1 Pakuanratu, kata Kadis Pendidikan Waykanan Gino Vanollie, telah memanfaatkan lahan sekolah untuk pengembangan ikan dan sayuran.

"Khusus SMK yang punya Jurusan Pertanian, sedang kita programkan 'one school one product' supaya masing-masing sekolah punya program berikut komoditas unggulannya," ujar dia lagi.

Menurut dia, sebagai media pembelajaran, mulai dari pengolahan lahan, pemeliharaan, pemanenan hingga pemasaran hasilnya, perlu dipraktikkan oleh para siswa di sekolah itu.

"Kami mengharapkan anak-anak punya kemampuan enterpreneurship yang membuat mereka menjadi mandiri setelah tamat sekolah," kata dia pula.

Pengenalan kepada seluruh siswa, ujar dia, harus terus dilakukan supaya internalisasi dan kecintaan pada pertanian tumbuh sejak awal.

"Jika yang berkecimpung di dunia pertanian orang yang berpengetahuan dan usia produktif, tentu akan menopang produktivitasnya juga," kata Gino.

Upaya dan harapan menumbuhkan kewirausahaan patut diapresiasi, agar tercapai kesejahteraan sehubungan kemiskinan harus diputuskan mata rantai keturunannya.

Kemiskinan adalah masalah pelik, antara lain akibat keengganan menjadi pribadi yang mandiri, ketidaktahuan tentang kewirausahaan, dan tertutup ruang pengetahuan atau pendidikan yang masih tidak terjangkau oleh sebagian masyarakat.

Pemkab Waykanan telah membuka lebar peluang bagi masyarakat dan generasi mudanya, untuk dapat bangkit dan berpartisipasi aktif membangun daerah itu.

Peluang juga terbuka untuk generasi muda dan warga kabupaten ini menjadi mandiri dan sejahtera dengan berwirausaha.