Perkampungan Nelayan itu Makin Penuh Sampah

id nelayan

 Perkampungan Nelayan itu Makin Penuh Sampah

Puluhan nelayan menarik payang atau jaring di pesisir Teluk Lampung, Desa Sukaraja, Bandarlampung. Nelayan tradisional makin sulit mendapatkan ikan akibat pencemaran dan marak penggunaan pukat harimau, dan pesisir pantai dipenuhi sampah plastik. (F

Bandarlampung (ANTARA LAMPUNG)- Para nelayan payang di pesisir Telukbetung Bandarlampung mengeluhkan pencemaran yang makin parah di perairan Teluk Lampung dan pesisir perkampungan nelayan setempat.
    
Sejumlah nelayan di Desa Sukaraja Telukbetung, Bandarlampung, Sabtu, menyebutkan pencemaran itu berdampak besar terhadap hasil tangkapan mereka.
    
Mereka menyebutkan sampah plastik tetap menumpuk di pantai hingga pesisir perkampungan nelayan tersebut. Namun, mereka menolak keras jika sampah plastik itu disebutkan berasal dari perkampungan nelayan itu.
   
"Sampah-sampah ini berasal dari laut, yang sebagian terbawa ombak ke pantai. Sampah-sampah ini terbawa arus sungai atau sengaja dibuang ke laut, tetapi bukan oleh warga di perkampungan nelayan ini," kata Kamal,salah satu nelayan payang setempat.
   
Berdasarkan pantauan, sampah plastik itu kini memenuhi semua pesisir Desa Sukaraja. Padahal puluhan tahun sebelumnya, pesisir Desa Sukaraja terkenal dengan keindahan pasir putihnya.
   
Jaring para nelayan payang itu juga dipenuhi sampah plastik saat mereka menariknya dari laut ke pesisir.
   
Nelayan payang masih menangkap ikan secara sederhana. Mereka membawa jaring atau payang ke laut sejauh 1-2 km dari pantai. Kemudian, sekitar 10-12 nelayan menarik secara perlahan ke pesisir yang membutuhkan waktu 4-5 jam.
   
Ikan hasil tangkapan mereka selalu bercampur dengan sampah plastik, karena kondisi perairan dangkal Teluk Lampung kini makin tercemar.
   
Nelayan payang setelah bekerja mulai pagi sampai sore hari bisa mendapatkan penghasilan berkisar Rp15.000 sampai Rp20.000 per orang.
   
Namun, tak jarang mereka tidak mendapatkan hasil apapun setelah bekerja seharian.
 
"Tergantung hasil tangkapan. Kalau ikan yang kami dapatkan sedikit, tidak jarang tanpa ada penghasilan sama sekali," kata nelayan lainnya.
  
Para nelayan juga mengeluhkan makin maraknya pembangunan tempat penyimpanan batu bara (stock file) di pesisir Telukbetung hingga Panjang. Selain mencemari permukiman warga, batu bara itu juga mencemari laut.
  
Sejumlah nelayan payang lainnya menyebutkan mereka tetap bekerja karena butuh uang untuk memenuhi keperluan keluarganya, meski penghasilannya sedikit.