Udo Z Karzi Penyelamat Tradisi Berbahasa Lampung

id zulkarnain, Udo Z Karzi, Rancage, Seniman, Bahasa, lampung, sosok, tokoh, Mamak Kenut, Orang Lampung Punya Celoteh sosok

Udo Z Karzi Penyelamat Tradisi Berbahasa Lampung

Zulkarnain Zubairi atau Udo Z Karzi, peraih Rancage 2008. (FOTO: ANTARA LAMPUNG/Dok. Udo Z Karzi).

Saya juga mengagumi sejumlah penulis Indonesia yang mampu bersikap kritis dan tajam dalam tulisannya, tapi menyajikannya dengan bahasa dan gaya yang memikat."
Bandarlampung (ANTARA LAMPUNG) - Sosok Udo Z Karzi (42), yang terlihat biasa-biasa saja, tidaklah kita menyangka bila penyair yang juga jurnalis ini memiliki sejumlah karya yang mengagumkan banyak orang dan telah dihargai sejumlah lembaga.

"Udo Zul memiliki sesuatu kemampuan yang berakar pada tradisi Lampung, untuk dikembangkan dan tetap dilestarikan," ujar Drs Iqbal Hilal MPd, dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila), saat menjadi pembahas buku "Mamak Kenut, Orang Lampung Punya Celoteh", karya Udo Z Karzi itu, di Kampus Unila, beberapa hari lalu.

Bedah buku Zul digelar Surat Kabar Mahasiswa Teknokra Unila, sekaligus acara buka bersama dihadiri Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Unila, Prof Dr Sunarto DM SH MH dan sejumlah peserta undangan lainnya, sekitar 70-an orang.

Menurut Iqbal, dalam buku yang merupakan kumpulan tulisan kolom "Nuansa" karya Zul yang telah dimuat Harian Umum Lampung Post dalam kurun waktu beberapa tahun sebelumnya (2002, 2003, 2004), menunjukkan gambaran siapa penulisnya yang sebenarnya.

Udo Zul adalah sosok yang tajam daya analitisnya, kritis, dan mampu belajar dari berbagai hal yang berkembang di tengah masyarakat, semuanya mampu dituliskannya dengan baik, ujar Iqbal pula.

Kendati tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam tulisan di buku itu merupakan rekaan, menurut Zul yang nama lengkapnya Zulkarnain Zubairi, sebenarnya menggambarkan keberadaan tokoh aktual yang berada di tengah-tengah masyarakat saat ini.

Dia berupaya merekam fakta sosial di sekelilingnya dan permasalahan yang membelit bangsa dan negeri serta daerahnya, untuk dituangkan dalam tulisan, agar menjadi perhatian banyak orang.

"Saya juga mengagumi sejumlah penulis Indonesia yang mampu bersikap kritis dan tajam dalam tulisannya, tapi menyajikannya dengan bahasa dan gaya yang memikat," kata dia.

Zul menegaskan, dalam semua tulisan itu, sebanyak 101 buah tulisan berbagai tema, semuanya menyajikan kondisi faktual fenomena di lingkungan masyarakat baik di Lampung, nasional maupun global.

"Di dalamnya saya selalu bicara tentang nilai-nilai, tentang mana yang baik dan buruk, mana yang jahat dan baik, serta mana yang pantas ditiru atau tidak," ujar bapak dari satu putra itu pula.

Ia juga mengaku tak bisa menjelaskan pada bagian mana dalam karya bukunya itu dinilai banyak kalangan sebagai mengandung kearifan lokal (local wisdom) dan tradisi Lampung.

"Yang jelas, saya menuliskan apa adanya, mengalir saja, dengan penjelmaan digambarkan melalui tokoh-tokoh rekaan itu, ada Mamak Kenut, Minan Tunja, Pithagiras, Udien, Radin Mak Iwoh, dan Paman Takur," ujar dia lagi.

Penerima hadiah sastra "Rancage" dari karya buku kumpulan sajaknya, "Mak Dawah Mak Dibingi" (2008) ini, dinilai sejumlah pengamat dan kritikus sastra sebagai salah satu aset penyelamat tradisi lokal Lampung dalam kepenulisannya.

Dalam kumpulan sajak itu, Zul menuliskan sajak-sajak berbahasa daerah Lampung yang memang dikuasainya selama ini.

"Saya berusaha dan bertekad sekuat tenaga menjadikan bahasa Lampung menjadi tuan di rumahnya sendiri, serta berupaya terus menyebarluaskannya melalui karya tulis maupun lewat media massa tempat saya bekerja," kata dia.

Tekad dan bukti kerja kerasnya selama ini itulah yang mendapatkan pujian dan penghargaan, termasuk meraih penghargaan hadiah sastra Rancage itu.

"Sosok Udo Zul memang langka di Lampung, dan dengan usia yang masih terbilang muda masih sangat diharapkan untuk dapat terus berbuat mempertahankan tradisi lokal Lampung untuk dilestarikan, terutama menyelamatkan dan melestarikan bahasa Lampung agar dapat digunakan sehari-hari sehingga tidak akan punah," kata Adolf Ayatullah Indrajaya, pimpinan Harian Umum Lampung Eskpres Plus, mengomentari karya dan hasil kerja Udo Z Karzi selama ini.