Ketersediaan ARV Di RSUDAM Mencukupi

id AIDS, Lampung, RSUDAM

Hingga saat ini distribusi berjalan lancar dan pada bulan ini jumlah pasien yang menjalani terapi ARV bertambah lima orang,"
Bandarlampung (ANTARA LAMPUNG) - Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Moeloek (RSUDAM) Lampung menyatakan, ketersediaan obat Antiretroviral (ARV) bagi pasien HIV/AIDS di daerah itu masih mencukupi hingga dua bulan ke depan.

"Kita juga sudah mengajukan permintaan untuk stok beberapa bulan ke depan, agar terapi ARV dapat berlangsung kontinyu," kata Koordinator VCT RSUDAM Lampung Henny Muharawati.

Dia juga menjelaskan, seluruh stok ARV di RSUDAM adalah produk yang baru akan kedaluarsa pada 2015, sekaligus menepis isu tentang adanya ARV kedaluarsa yang masih beredar di beberapa daerah, khususnya di Lampung.

"Semua ARV kedaluarsa sudah kami tarik dan saya jamin tidak ada yang berada di tangan pasien yang menjalani terapi," kata dia.

Menurut dia, persoalan ARV kedaluarsa sudah selesai karena pemerintah melalui kementerian kesehatan sudah melakukan penarikan dan penggantian dengan yang baru.

"Hingga saat ini distribusi berjalan lancar dan pada bulan ini jumlah pasien yang menjalani terapi ARV bertambah lima orang," kata dia.

Saat ini total Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) di Lampung yang menjalani terapi ARV adalah sebanyak 198 pasien.

Sedangkan jumlah orang yang menjalani sudah menjalani test HIV di klinik tersebut sepanjang September adalah 17 orang.

Order ARV terakhir dilakukan oleh RSUDAM Lampung pada Rabu (14/9) lalu, termasuk lampiran data jumlah ODHA yang menjalani terapi dan ketersediaan ARV.

Ada lima jenis obat ARV yang biasa dikonsumsi ODHA di klinik VCT RSUDAM Lampung, yaitu jenis AZT, 3TC, D4T, Nevirapin, dan Evaviren.

Masing-masing ODHA biasanya mengonsumsi tiga di antaranya, tergantung mana yang cocok dengan tubuh mereka.

Kasus di Lampung belum menemukan ODHA yang memasuki tahap terinfeksi HIV pada lini kedua.

Menurut Henny, ketersediaan obat di klinik VCT RSUDAM sangat tergantung dengan kondisi ODHA di daerah itu, dan dapat langsung melakukan "order" dengan Kementerian Kesehatan apabila ada kekurangan obat.

"Ketersediaan obat ARV di masing-masing daerah berbeda-beda, sangat tergantung dengan kondisi ODHA yang menjalani terapi di sana," kata dia.

(Ant)