Pasokan Garam Madura Di Lampung Meningkat

id garam

Pasokan Garam Madura Di Lampung Meningkat

PRODUKSI GARAM LOKAL (FOTO ANTARA/M Risyal Hidayat)

Bandarlampung (ANTARA LAMPUNG) - Pasokan garam Madura di sejumlah agen di Bandarlampung terus meningkat karena petani garam di daerah tersebut sudah mulai berproduksi.

Tigor, salah satu agen garam di daerah Bumi Waras, Kecamatan Telukbetung Selatan, di Bandarlampung, Kamis, mengatakan, peningkatan pasokan tersebut sudah mulai terjadi sejak satu bulan terakhir.
        
Peningkatan pasokan itu karena petani di daerah sentra penghasil garam seperti Madura, Jawa Timur dan Jawa Barat sudah mulai berproduksi.
        
"Pasokan garam lokal kini sudah banyak, oleh karena itu sekarang pasokan garam impor saya kurangi," jelas dia.
        
Ia manuturkan, harga garam lokal lebih mahal yaitu Rp75 ribu perkarung 50kg sedangkan impor Rp57.500 per karung.
        
"Harga garam lokal lebih mahal karena kualitasnya lebih baik ketimbang garam impor," ujarnya.
        
Sementara itu, Syafe'i, agen garam di Desa Jati Agung Kecamatan Jati Mulyo, Natar, Lampung Selatan, mengatakan pasokan garam paling banyak berasal dari daerah Madura, Jawa Timur, karena kualitasnya paling baik dibanding garam daerah daerah lainnya dan impor.
        
Syafe'i mengaku masih mengimpor garam dari India untuk memenuhi pasokan ke pasar-pasar tradisional.
        
Harga garam lokal yang dijualnya mencapai Rp75 ribu - Rp80 ribu perkarung 50 kilogram, sedangkan garam India Rp60 ribu perkarung dan garam Australia Rp40 ribu perkarung.
        
Menurut data PT Garam Indonesia (GI) selaku BUMN tunggal yang memroduksi garam, kebutuhan garam di Indonesia rata-rata 2,6 juta ton per tahun untuk garam konsumsi dan garam industri.
        
Garam konsumsi digunakan dalam rumah tangga dan industri pangan, sementara garam industri digunakan untuk industri cap dan non cap, iodisasi, dan kebutuhan farmasi. Kesemuanya dalam bentuk garam kasar kemasan, garam halus karungan, garam LoSoSa (low sodium), garam maduro, dan garam air bittern.
        
Dari 2,6 juta ton kebutuhan nasional tersebut, Indonesia hanya bisa memenuhinya sebanyak 1,2 juta ton saja. Sebanyak 300 ribu ton diproduksi oleh PT GI dan 900 ribu ton lagi diproduksi oleh rakyat. Sementara, 1,4 juta ton yang belum dapat terpenuhi itulah yang diimpor dari beberapa negara.
        
Stok garam beryodium di Provinsi Lampung, pada April 2011 sebanyak 2.196 ton lebih atau mencukupi kebutuhan di daerah tersebut.
        
Garam impor dan produksi lokal itu mendominasi pasar di Lampung yang mencapai 3.801 ton pada periode itu sedangkan kebutuhan garam beryodium di daerah itu sebanyak 1.605 ton.