Pengusaha Ayam Petelur Butuh Modal Usaha

id Telur

Pengusaha Ayam Petelur Butuh Modal Usaha

TERNAK UNGGAS (FOTO ANTARA/M Agung Rajasa)

Keuntungan yang didapat cukup menjanjikan tetapi risikonya seperti kerusakan telur dan lain-lain juga cukup besar
Bandarlampung (ANTARA LAMPUNG) - Para pengusaha ayam petelur di Kota Bandarlampung, Provinsi Lampung, membutuhkan modal usaha yang cukup besar untuk mengembangkan bisnis tersebut.

"Mengelola bisnis ayam ras butuh modal cukup besar karena per ekornya membutuhkan biaya ratusan ribu rupiah," kata Ikhsan, pelaku usaha ayam petelur, di Bandarlampung, Minggu.

Ia menyebutkan, biaya itu meliputi sarana produksi dan upah tenaga kerja sehingga perlu modal usaha besar untuk mengelola bisnis ayam petelur tersebut.
        
Biaya pembelian pakan, menurutnya, memberikan kontribusi cukup besar untuk produksi ayam ras petelur yang mencapai sekitar 80 persen lebih dari total produksi.
        
Ia mengatakan, biaya pakan menyebabkan usaha peternakan ayam ras cukup tinggi dan seringkali menjadi hambatan bagi pengembangan bisnis itu secara umum.
        
Besarnya penerimaan usaha ayam ras itu katanya per ekornya sekitar Rp129 ribu.
        
"Keuntungan yang didapat cukup menjanjikan tetapi risikonya seperti kerusakan telur dan lain-lain juga cukup besar," kata dia.
        
Pelaku usaha kecil menengah, lanjutnya, kesulitan untuk mencari modal pengembangan bisnis ayam petelur tersebut.
        
Karena itu, ia mengharapkan pemerintah maupun pihak perbankan dapat memberikan bantuan modal usaha.
        
Ia menyebutkan, permasalahan yang dihadapi pelaku usaha ayam petelur itu antara lain komponen pakan berupa tepung ikan dan 24 persen jagung pakan masih didatangkan dari luar negeri sehingga adanya ketidak kepastian harga dan pasokan baku membuat harganya berfluktuatif  yang berdampak pada harga jual telur ayam.
        
Selain itu itu resiko kerusakan telur sangat tinggi dan menimbulkan kerugian mencapai sekitar tiga persen dan intensitas pengiriman jadi berkurang serta menimbulkan peningkatan biaya transportasi.
        
Sementara itu pasokan telur ayam ras di Kota Bandarlampung, Provinsi Lampung, dalam beberapa pekan terakhir berkurang, menyebabkan harga komoditas itu melonjak dari Rp15.000 per kilogram (kg) pekan lalu menjadi Rp17.000 per kg pekan ini.
        
"Pasokan telur terus berkurang sejak beberapa pekan terakhir, sehingga harga merangkak naik," kata Masnan, pedagang pengecer telur di Pasar Tani Kemiling, Bandarlampung.
        
Menurutnya, harga komoditas itu terus merangkak naik karena pasokan dari distributor atau pedagang besar ke pengecer berkurang.
        
Ia menjelaskan, harga telur dalam  beberapa pekan terakhir terus merangkak naik dari Rp13.500 per kg tiga pekan lalu kemudian naik Rp15.000 per kg dan sekarang Rp17.000 per kg.
        
Naiknya harga telur itu katanya, membuat permintaan konsumen akan  komoditas itu relatif turun tetapi tidak terlalu signifikan.
(ANTARA/A054)