Kalimantan Tengah (ANTARA) - Dompet Dhuafa melalui Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC), yang telah memasuki usia ke-24 tahun, terus memperkuat upaya peningkatan layanan kesehatan masyarakat, khususnya di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) di Indonesia.
Komitmen tersebut diwujudkan melalui kolaborasi berkelanjutan dengan PT Pagatan Usaha Makmur (PUM) dalam pelaksanaan program Kawasan Sehat sebagai bagian dari strategi peningkatan kesehatan masyarakat secara menyeluruh.
Setelah sukses menghadirkan Kawasan Sehat di Desa Subur Indah, Kecamatan Katingan Kuala, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. LKC Dompet Dhuafa bersama PT PUM kembali mengimplementasikan program Kawasan Sehat pada dua wilayah, yakni Desa Satiruk Kecamatan Pulau Hanaut, Kab. Kotawaringin Timur dan Desa Jaya Makmur Kecamatan Katingan Kuala, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.
LKC Dompet Dhuafa secara resmi meluncurkan program Kawasan Sehat di Desa Jaya Makmur pada Senin (10/11).
Program ini telah mulai diimplementasikan sejak Mei 2025 dan direncanakan berlangsung hingga April 2026 sebagai upaya pemberdayaan kesehatan masyarakat. Kawasan Sehat merupakan inisiatif komprehensif LKC Dompet Dhuafa yang dirancang untuk membangun lingkungan desa yang sehat, mandiri, dan berdaya melalui pendekatan promotif dan preventif berbasis partisipasi .
Santi Yuniartiningsih, Koordinator Program Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Dompet Dhuafa menjelaskan program ini dijalankan berdasarkan tujuh indikator utama, Kesehatan Ibu dan Anak, Pencegahan Stunting, Sanitasi yang baik, Pencegahan dan pengelolaan Penyakit Tidak Menular (PTM), Pengendalian penyebaran Tuberkulosis (TBC), Lingkungan hijau produktif dan Kesehatan mental spiritual.
“Alhamdulillah program kerja sama ini sudah berlangsung selama tiga tahun, harapan kami bisa menyehatkan masyarakat tidak hanya dari sisi pelayanannya saja tapi dari sisi masyarakatnya mencoba menyehatkan pengetahuan masyarakat, jadi kami lebih banyak mengedukasi tapi tujuan kami sama untuk menyehatkan masyarakat Indonesia,” ujar Santi.
Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang masih memerlukan penanganan pada aspek kesehatan terutama kategori sanitasi, penyakit tidak menular, serta status gizi ibu dan anak. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, sebanyak 31,6 persen masyarakat di Provinsi Kalimantan Tengah masih belum dapat mengelola sampah rumah tangga dengan baik serta sebanyak 88,3 persen masyarakat masih melakukan BAB sembarangan (tidak pada jamban).
Salah satu wilayah yang menyumbang angka cukup tinggi pada rata-rata prevalensi kasus kesehatan terutama bagi kesehatan balita di Kalimantan Tengah adalah kecamatan Katingan. Desa Jaya Makmur, sebuah desa di Kecamatan Katingan, menuju Desa Jaya Makmur diharuskan menggunakan klotok atau long boat dengan jarak tempuh 4-5 jam.
Desa Jaya Makmur dan Desa Satiruk dipilih sebagai salah satu lokasi pelaksanaan program karena masih dihadapkan pada persoalan sanitasi dasar. Sebagian masyarakat diketahui belum memiliki jamban sehat dan masih melakukan buang air besar sembarangan di pinggiran sungai.
Padahal, sungai tersebut memegang peran vital dalam kehidupan warga, tidak hanya sebagai jalur transportasi, tetapi juga sebagai sumber penghidupan, pengairan sawah, serta pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Kondisi ini semakin diperberat oleh letak wilayah di Kalimantan Tengah yang memiliki curah hujan relatif rendah, sehingga ketersediaan air bersih menjadi terbatas. Upaya pemenuhan air melalui sumur bor telah dilakukan, namun belum seluruh titik memiliki kualitas air yang layak konsumsi.
Berangkat dari situasi tersebut, program jamban sehat menjadi fokus utama intervensi, sebagai langkah mendorong perubahan perilaku masyarakat agar menghentikan praktik buang air besar sembarangan demi menjaga sumber air yang menjadi penopang utama kehidupan.
N. Yearda Sirait, Concession Group Manager PT PUM menyampaikan bahwa program ini lahir dari visi bersama untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di wilayah terpencil.
“Harapan kita itu meningkatkan sumber daya manusia inilah kenapa kita menggaet Dompet Dhuafa dalam meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan itu apa, baru kita bikin program-program dari balita sampai dengan lansia bukan hanya manusianya tapi kita ciptakan juga di lingkungan sekitarnya,” ujarnya.
Sulrahmi, Fasilitator Kawasan Sehat Desa Jaya Makmur, mengungkapkan bahwa dalam empat bulan pendampingan, perubahan positif mulai terlihat.
Program Kawasan Sehat mulai dilaksanakan pada Mei dengan fokus pada indikator Kesehatan Ibu dan Anak serta Eliminasi Stunting. Intervensi diarahkan pada pencegahan angka kematian ibu dan bayi serta penurunan stunting melalui peningkatan cakupan ASI eksklusif.
Di Desa Jaya Makmur sendiri, sejumlah kegiatan telah dilakukan, antara lain Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi sekitar 150 bayi dan balita melalui posyandu, kunjungan ibu nifas disertai paket nutrisi bagi lima penerima manfaat, serta pelaksanaan Kelas Ibu Hamil yang diikuti 13 peserta.
Hasil pemantauan menunjukkan kasus Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan anemia pada ibu hamil berhasil ditekan hingga nol, menandakan dampak positif program bagi masyarakat.
Pendampingan juga diperluas melalui Kelas Ibu Balita yang memberikan edukasi kesehatan kepada 24 ibu, serta pemberian paket nutrisi bagi 48 bayi dan balita malnutrisi yang menunjukkan peningkatan berat dan tinggi badan.
Untuk memperkuat pemahaman bahwa stunting dipengaruhi banyak faktor, dilakukan pula demo masak pengolahan pangan bergizi yang diikuti 12 ibu. Pada indikator sanitasi, program mendorong perubahan perilaku dari buang air besar sembarangan menuju Stop BABS melalui edukasi kepada 74 warga dan pemberian bahan stimulan pembangunan jamban sehat kepada 26 penerima manfaat. Sementara itu, pada pengelolaan PTM, kegiatan posbindu, senam sehat, dan edukasi pola hidup sehat telah menjangkau 197 penerima manfaat.
Selain itu, Program Kawasan Sehat di Desa Satiruk turut diluncurkan secara simbolis dengan memberikan bahan jamban sehat kepada masyarakat pada Kamis (13/11/2025).
Kegiatan ini dihadiri oleh Camat Kecamatan Pulau Hanaut serta perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur. Peluncuran tersebut juga menandai keterlibatan mitra kolaborator lainnya, salah satunya First Climate, yang turut memberikan dukungan dalam pelaksanaan program kawasan sehat di wilayah tersebut.
Diharapkan, dampak perubahan pola sanitasi masyarakat mencakup perilaku BABS menjadi stop BABS dan kemampuan pemilahan sampah rumah tangga, terkelolanya penyakit tidak menular, terpantaunya kesehatan ibu hamil dan bayi balita, pendampingan pengobatan penderita TBC, serta tumbuhnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menanam dan menjaga kualitas udara di kawasan sehat.
Melalui pendekatan pemberdayaan yang menitikberatkan pada peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat, Kawasan Sehat diharapkan mampu menjadi upaya pencegahan penyakit yang berkelanjutan, sekaligus memperluas akses layanan kesehatan yang setara bagi masyarakat pelosok dan kelompok rentan di berbagai wilayah Indonesia.