Kepulauan Seribu (ANTARA) - Pulau Sabira adalah salah satu dari gugusan pulau di Kepulauan Seribu. Terletak paling utara dari Jakarta. Secara kewilayahan, Pulau Sabira masuk dalam Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi Daerah Khusus Jakarta.
Pulau Sabira mimiliki daratan seluas 8 hektare, berpenduduk sekitar 800 jiwa. Fasilitas publik seperti puskemas, sekolah, kantor kelurahan telah dibangun di pulau ini.
Pulau Sabira atau Sebira memiliki pesona pantai yang memukau, sehingga menjadikannya sebagai destinasi wisata favorit dari sekian banyak pulau di Kepulauan Seribu.
Kekhasan berwisata di Pulau Sabira yang tidak dijumpai di semua pulau di Kepulauan Seribu adalah dapat melihat langsung satwa penyu, karena Pulau Sabira salah satu tempat penyu berkembang biak.
Kepulauan Seribu merupakan habitat alami satwa penyu, terutama jenis penyu sisik dan penyu hijau. Setiap bulannya, penyu mendatangi Pulau Sabira untuk menetaskan telur-telurnya.
Namun keberlangsungan kehidupan penyu memiliki risiko ancaman. Ancaman yang merisaukan terutama dari praktik perburuan telur penyu oleh manusia.
Adanya anggapan mengonsumsi telur penyu berkhasiat untuk kesehatan tubuh, sehingga perburuan telur penyu masih terus terjadi.
Sebagai zona konservasi laut, Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu melakukan upaya konservasi penyu, dengan mendirikan Suaka Penyu yang berlokasi di Pulau Pramuka. Konservasi penyu dilakukan melalui penetasan secara semi alami.
Konservasi penyu secara sukarela dilakukan oleh warga Kepulaun Seribu, sebagaimana yang dilakukan pemuda Karang Taruna 03 Pulau Sabira di Pulau Sabira.
Karang Taruna 03 Pulau Sabira mendirikan sebuah Rumah Penyu. Telur-telur penyu di pasir pantai yang diselamatkan, ditetaskan di media berpasir di Rumah Penyu ini.
Konservasi Rumah Penyu
Wisatawan yang berkunjung ke Pulau Sabira dapat menyaksikan penyu di Rumah Penyu Pulau Sabira. Pengunjung bahkan dapat ikut merilis bayi-bayi penyu atau tukik ke habitat alaminya di laut di sini.
Rumah Penyu tersebut adalah tempat penetasan semi alami, dan penangkaran anak-anak penyu. Rumah Penyu sekaligus dimanfaatkan sebagai objek wisata edukasi konservasi penyu sisik dan penyu hijau.
Ketua Karang Taruna 03 Pulau Sabira Gunawan menyebutkan, upaya konservasi penyu di Pulau Sabira hasilnya menggembirakan. Pondok Penyu telah melepasliarkan sebanyak 1.928 ekor anak penyu sisik ke perairan Kepulauan Seribu.
"Sudah ribuan ekor anak penyu yang kami rilis ke laut," ujar Gunawan.
Gunawan mengungkapkan, Rumah Penyu memberikan banyak manfaat bagi keberlangsungan hidup penyu, dan secara ekonomis kepada masyarakat Pulau Sabira.
"Dari merawat penyu, masyarakat bisa mendapat manfaatnya. Kalau ke Pulau Sabira, ada penyu di Rumah Penyu. Karena tidak semua pulau di Kepulauan Seribu ada tempat penangkaran penyu," ujarnya pula.
Alfiani (29), CDO Community Development Officer PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore Southeast Sumatra (OSES) yang tengah menjalankan tugas pendampingan kepada Karang Taruna 03 Pulau Sabira melalui program Tiga Perisai, di Pulau Sabira, Kamis, 24 Oktober 2024 mengungkapkan, warga Pulau Sabira telah menyadari mengonsumsi telur penyu terlarang, dan tahu penyu berstatus terancam punah.
"Sekarang banyak masyarakat yang tinggal di Kepulauan Seribu sudah mulai sadar tidak lagi mengonsumsi telur penyu. Mereka sadar kalau memakan telur penyu itu dilarang, dan kalau penyu itu hewan yang terancam punah," ujar Alfiani pula.
Menurut Alfiani, kesadaran itu tidak muncul begitu saja, namun semuanya berkat usaha pemerintah dan konservator yang secara sukarela melakukan penyadaran pentingnya pelestarian lingkungan.
PT PHE OSES turut mewujudkan pengelolaan perairan laut yang lestari di Kepulauan Seribu melalui program Tiga Perisai. Tiga Perisai merupakan sebuah program pemberdayaan masyarakat pada bidang lingkungan yang berfokus pada perbaikan kerusakan lingkungan berupa perbaikan ekosistem mangrove, dan pelestarian penyu di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
Implementasi program Tiga Perisai adalah mengurangi abrasi pantai; mendorong peningkatan keanekaragaman hayati; mendorong keaktifan dan kepercayaan diri mitra binaan dan masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan konservasi; serta mengintegrasi upaya konservasi lingkungan dan penyelamatan lingkungan dengan peningkatan ekonomi masyarakat.
Dampak program yang diharapkan, secara perlahan memberikan perubahan dan peningkatan nilai manfaat yang signifikan. Membawa dampak positif tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga bagi masyarakat setempat.
Program Konservasi Penyu menjadi salah satu wilayah destinasi wisata di Pulau Sabira dan perubahan perilaku pada masyarakat.
Rehabilitasi mangrove dapat membantu mengurangi potensi abrasi pantai, melindungi daerah pesisir, menyediakan habitat baru bagi biota laut dan darat, serta meningkatkan status keanekaragaman hayati.
Head of Communication, Relations & CID Zona 6 PHE OSES Indra Darmawan menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan pelepasliaran penyu sisik di Pulau Sabira.
Indra Darmawan mengatakan program Pendekar Sabira yang digagas oleh PHE OSES bertujuan tidak hanya pada peningkatan kapasitas ekonomi masyarakat Pulau Sabira, tetapi juga pelestarian lingkungan.
"Selain penanaman mangrove, juga ada pelestarian penyu.” katanya lagi.
Pelestarian penyu melalui dukungan kesadaran dan partisipasi aktif warga Pulau Sabira di Kepulauan Seribu inilah yang diharapkan memberikan manfaat ganda, bagi kelestarian lingkungan sekaligus peningkatan ekonomi masyarakat setempat melalui pengembangan wisata alam dan edukasi.
Baca juga: Dua jenis penyu bertelur di kawasan konservasi Pesisir Barat pada 2022
Baca juga: PHE OSES jalankan konservasi penyu sisik melalui program Tiga Perisai
Pulau Sabira mimiliki daratan seluas 8 hektare, berpenduduk sekitar 800 jiwa. Fasilitas publik seperti puskemas, sekolah, kantor kelurahan telah dibangun di pulau ini.
Pulau Sabira atau Sebira memiliki pesona pantai yang memukau, sehingga menjadikannya sebagai destinasi wisata favorit dari sekian banyak pulau di Kepulauan Seribu.
Kekhasan berwisata di Pulau Sabira yang tidak dijumpai di semua pulau di Kepulauan Seribu adalah dapat melihat langsung satwa penyu, karena Pulau Sabira salah satu tempat penyu berkembang biak.
Kepulauan Seribu merupakan habitat alami satwa penyu, terutama jenis penyu sisik dan penyu hijau. Setiap bulannya, penyu mendatangi Pulau Sabira untuk menetaskan telur-telurnya.
Namun keberlangsungan kehidupan penyu memiliki risiko ancaman. Ancaman yang merisaukan terutama dari praktik perburuan telur penyu oleh manusia.
Adanya anggapan mengonsumsi telur penyu berkhasiat untuk kesehatan tubuh, sehingga perburuan telur penyu masih terus terjadi.
Sebagai zona konservasi laut, Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu melakukan upaya konservasi penyu, dengan mendirikan Suaka Penyu yang berlokasi di Pulau Pramuka. Konservasi penyu dilakukan melalui penetasan secara semi alami.
Konservasi penyu secara sukarela dilakukan oleh warga Kepulaun Seribu, sebagaimana yang dilakukan pemuda Karang Taruna 03 Pulau Sabira di Pulau Sabira.
Karang Taruna 03 Pulau Sabira mendirikan sebuah Rumah Penyu. Telur-telur penyu di pasir pantai yang diselamatkan, ditetaskan di media berpasir di Rumah Penyu ini.
Konservasi Rumah Penyu
Wisatawan yang berkunjung ke Pulau Sabira dapat menyaksikan penyu di Rumah Penyu Pulau Sabira. Pengunjung bahkan dapat ikut merilis bayi-bayi penyu atau tukik ke habitat alaminya di laut di sini.
Rumah Penyu tersebut adalah tempat penetasan semi alami, dan penangkaran anak-anak penyu. Rumah Penyu sekaligus dimanfaatkan sebagai objek wisata edukasi konservasi penyu sisik dan penyu hijau.
Ketua Karang Taruna 03 Pulau Sabira Gunawan menyebutkan, upaya konservasi penyu di Pulau Sabira hasilnya menggembirakan. Pondok Penyu telah melepasliarkan sebanyak 1.928 ekor anak penyu sisik ke perairan Kepulauan Seribu.
"Sudah ribuan ekor anak penyu yang kami rilis ke laut," ujar Gunawan.
Gunawan mengungkapkan, Rumah Penyu memberikan banyak manfaat bagi keberlangsungan hidup penyu, dan secara ekonomis kepada masyarakat Pulau Sabira.
"Dari merawat penyu, masyarakat bisa mendapat manfaatnya. Kalau ke Pulau Sabira, ada penyu di Rumah Penyu. Karena tidak semua pulau di Kepulauan Seribu ada tempat penangkaran penyu," ujarnya pula.
Alfiani (29), CDO Community Development Officer PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore Southeast Sumatra (OSES) yang tengah menjalankan tugas pendampingan kepada Karang Taruna 03 Pulau Sabira melalui program Tiga Perisai, di Pulau Sabira, Kamis, 24 Oktober 2024 mengungkapkan, warga Pulau Sabira telah menyadari mengonsumsi telur penyu terlarang, dan tahu penyu berstatus terancam punah.
"Sekarang banyak masyarakat yang tinggal di Kepulauan Seribu sudah mulai sadar tidak lagi mengonsumsi telur penyu. Mereka sadar kalau memakan telur penyu itu dilarang, dan kalau penyu itu hewan yang terancam punah," ujar Alfiani pula.
Menurut Alfiani, kesadaran itu tidak muncul begitu saja, namun semuanya berkat usaha pemerintah dan konservator yang secara sukarela melakukan penyadaran pentingnya pelestarian lingkungan.
PT PHE OSES turut mewujudkan pengelolaan perairan laut yang lestari di Kepulauan Seribu melalui program Tiga Perisai. Tiga Perisai merupakan sebuah program pemberdayaan masyarakat pada bidang lingkungan yang berfokus pada perbaikan kerusakan lingkungan berupa perbaikan ekosistem mangrove, dan pelestarian penyu di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
Implementasi program Tiga Perisai adalah mengurangi abrasi pantai; mendorong peningkatan keanekaragaman hayati; mendorong keaktifan dan kepercayaan diri mitra binaan dan masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan konservasi; serta mengintegrasi upaya konservasi lingkungan dan penyelamatan lingkungan dengan peningkatan ekonomi masyarakat.
Dampak program yang diharapkan, secara perlahan memberikan perubahan dan peningkatan nilai manfaat yang signifikan. Membawa dampak positif tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga bagi masyarakat setempat.
Program Konservasi Penyu menjadi salah satu wilayah destinasi wisata di Pulau Sabira dan perubahan perilaku pada masyarakat.
Rehabilitasi mangrove dapat membantu mengurangi potensi abrasi pantai, melindungi daerah pesisir, menyediakan habitat baru bagi biota laut dan darat, serta meningkatkan status keanekaragaman hayati.
Head of Communication, Relations & CID Zona 6 PHE OSES Indra Darmawan menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan pelepasliaran penyu sisik di Pulau Sabira.
Indra Darmawan mengatakan program Pendekar Sabira yang digagas oleh PHE OSES bertujuan tidak hanya pada peningkatan kapasitas ekonomi masyarakat Pulau Sabira, tetapi juga pelestarian lingkungan.
"Selain penanaman mangrove, juga ada pelestarian penyu.” katanya lagi.
Pelestarian penyu melalui dukungan kesadaran dan partisipasi aktif warga Pulau Sabira di Kepulauan Seribu inilah yang diharapkan memberikan manfaat ganda, bagi kelestarian lingkungan sekaligus peningkatan ekonomi masyarakat setempat melalui pengembangan wisata alam dan edukasi.
Baca juga: Dua jenis penyu bertelur di kawasan konservasi Pesisir Barat pada 2022
Baca juga: PHE OSES jalankan konservasi penyu sisik melalui program Tiga Perisai