Bandarlampung (ANTARA) - Universitas Lampung (Unila) menyebutkan Rumah Sakit Pendidikan Tinggi Negeri (RSPTN) yang sedang tahap pembangunan direncanakan menjadi pusat layanan unggulan untuk berbagai penyakit tropis.
"RSPTN ini nanti akan menjadi pusat layanan unggulan untuk berbagai penyakit tropis, endokrinologi, geriatri, dan rehabilitasi medis di Pulau Sumatra," kata Manajer Unit Implementasi Proyek (PIU) HETI Universitas Lampung Prof Satria Bangsawan, di Bandarlampung, Minggu.
Ia mengatakan RSPTN Unila yang sedang tahap pembangunan ditargetkan menjadi RS Tipe C dengan rencana berkelanjutan untuk berubah status menjadi RS Tipe B.
"RSPTN Unila ditargetkan akan menjadi RS Tipe C dengan kapasitas 100 tempat tidur pada tahun 2026 atau akhir tahun 2025. Jadi dalam pembangunan RSPTN, yang menjadi fokus utama ialah sebagai RSP riset pertama di Pulau Sumatra," kata Prof Satria.
Pembangunan RSPTN Unila didanai Asia Development Bank (ADB) melalui Proyek Higher Education for Technology and Innovation (HETI) yang mencakup pembangunan RSPTN serta Integrated Research Center (IRC).
“Pembangunan telah memasuki tahap konstruksi dan pengembangan kapasitas sejak diluncurkan pada 11 Februari 2022, dengan rencana penyelesaian pada tahun 2026. Saat ini kami sedang fokus pada persiapan peralatan dan sumber daya manusia yang akan mengelola rumah sakit tersebut," katanya.
Prof Satria Bangsawan mengatakan RSPTN Unila akan dibangun dengan konsep ramah lingkungan, berbasis IT, efisiensi energi, tahan gempa, dan responsif terhadap gender serta disabilitas.
"Untuk mendukung center of excellence tersebut, sumber daya manusia RSPTN Unila akan dipersiapkan dengan matang dan merekrut spesialis IT dan Hospital Management Specialist (HMS) yang akan diberikan pelatihan," katanya.
Sekretaris PIU HETI Unila Dr Intanri Kurniati berharap RSPTN dapat menjadi rumah sakit pendidikan yang berbeda dari rumah sakit swasta dengan memastikan SDM yang mumpuni.
"Proyek HETI Unila tetap berada di bawah pengawasan tim ADB, PMU melalui Kemendikbudristek, Kementerian Keuangan, dan Bappenas, serta terus melaporkan perkembangannya kepada pimpinan Unila," katanya.
Dengan adanya dukungan pinjaman dari ADB, pihaknya berharap dapat mewujudkan impian memiliki rumah sakit yang telah digagas sejak 2008.
"Hadirnya RSPTN dan IRC Unila diharapkan dapat memberikan kontribusi besar bagi masyarakat Lampung dalam bidang kesehatan dan meningkatkan reputasi Unila sebagai world class university," katanya.
"RSPTN ini nanti akan menjadi pusat layanan unggulan untuk berbagai penyakit tropis, endokrinologi, geriatri, dan rehabilitasi medis di Pulau Sumatra," kata Manajer Unit Implementasi Proyek (PIU) HETI Universitas Lampung Prof Satria Bangsawan, di Bandarlampung, Minggu.
Ia mengatakan RSPTN Unila yang sedang tahap pembangunan ditargetkan menjadi RS Tipe C dengan rencana berkelanjutan untuk berubah status menjadi RS Tipe B.
"RSPTN Unila ditargetkan akan menjadi RS Tipe C dengan kapasitas 100 tempat tidur pada tahun 2026 atau akhir tahun 2025. Jadi dalam pembangunan RSPTN, yang menjadi fokus utama ialah sebagai RSP riset pertama di Pulau Sumatra," kata Prof Satria.
Pembangunan RSPTN Unila didanai Asia Development Bank (ADB) melalui Proyek Higher Education for Technology and Innovation (HETI) yang mencakup pembangunan RSPTN serta Integrated Research Center (IRC).
“Pembangunan telah memasuki tahap konstruksi dan pengembangan kapasitas sejak diluncurkan pada 11 Februari 2022, dengan rencana penyelesaian pada tahun 2026. Saat ini kami sedang fokus pada persiapan peralatan dan sumber daya manusia yang akan mengelola rumah sakit tersebut," katanya.
Prof Satria Bangsawan mengatakan RSPTN Unila akan dibangun dengan konsep ramah lingkungan, berbasis IT, efisiensi energi, tahan gempa, dan responsif terhadap gender serta disabilitas.
"Untuk mendukung center of excellence tersebut, sumber daya manusia RSPTN Unila akan dipersiapkan dengan matang dan merekrut spesialis IT dan Hospital Management Specialist (HMS) yang akan diberikan pelatihan," katanya.
Sekretaris PIU HETI Unila Dr Intanri Kurniati berharap RSPTN dapat menjadi rumah sakit pendidikan yang berbeda dari rumah sakit swasta dengan memastikan SDM yang mumpuni.
"Proyek HETI Unila tetap berada di bawah pengawasan tim ADB, PMU melalui Kemendikbudristek, Kementerian Keuangan, dan Bappenas, serta terus melaporkan perkembangannya kepada pimpinan Unila," katanya.
Dengan adanya dukungan pinjaman dari ADB, pihaknya berharap dapat mewujudkan impian memiliki rumah sakit yang telah digagas sejak 2008.
"Hadirnya RSPTN dan IRC Unila diharapkan dapat memberikan kontribusi besar bagi masyarakat Lampung dalam bidang kesehatan dan meningkatkan reputasi Unila sebagai world class university," katanya.