Jakarta (ANTARA) - Bagi Qatar, pertandingan melawan Iran pada Rabu malam nanti di Stadion Al Thumama adalah semifinal Piala Asia yang kedua setelah Piala Asia 2019 di Uni Emirat Arab.
Kala itu, tiga tahun sebelum menyelenggarakan Piala Dunia 2022, Qatar yang sampai 2019 tak pernah bisa melewati babak perempat final, secara mengejutkan mengakhiri petualangan dengan predikat juara setelah menggulingkan Jepang 3-1 dalam final.
Kini, sang juara bertahan mencapai semifinal di negerinya sendiri dengan mengatasi Uzbekistan lewat adu penalti setelah selama 120 menit waktu normal seri 1-1. Penjaga gawang Meshaal Barsham tampil cemerlang dengan mementahkan tiga tendangan penalti Uzbekistan.
Sebaliknya, bagi Iran duel dalam empat besar ini adalah semifinal Piala Asia yang kesepuluh yang tiga di antaranya berlanjut sampai final pada 1968, 1972, dan 1976 yang semua dari tiga edisi ini berhasil mereka juarai.
Tim Melli menyingkirkan Jepang 2-1 dalam perempatfinal berkat penalti pada menit tambahan babak kedua yang dibuat kapten Alireza Jahanbakhsh.
Kemenangan itu juga mengakhiri catatan tak pernah Iran dari Jepang selama 19 tahun, yang juga memperpanjang rangkaian tak terkalahkan Amir Ghalenoei menjadi 16 pertandingan sejak melatih Iran pada Maret 2023.
Untuk kedua kali berturut-turut Iran mencapai semifinal Piala Asia. Mereka tak akan membiarkan kesempatan kali ini lepas seperti edisi 2019, untuk mencapai final yang sudah tak lagi mereka rasakan sejak Piala Asia 1976 ketika turnamen ini diadakan di negeri itu.
Iran dan Qatar saling mengenal dengan baik gaya permainan masing-masing karena sebelum ini, mereka sudah 25 kali bertemu yang 17 kali dimenangkan oleh Iran, sedangkan Qatar memenangkan empat pertandingan.
Terakhir kali Qatar menaklukkan Iran terjadi pada Desember 2009 dalam laga persahabatan. Ini bisa menjadi kendala mental bagi Qatar, apalagi dalam enam pertemuan terakhir dengan Iran, mereka selalu menjadi pihak yang kalah.
Itu sudah termasuk pertemuan terakhir dalam turnamen persahabatan di Yordania pada Oktober 2023 ketika Si Maroon terkapar 0-4 digasak oleh tim bimbingan Amir Ghalenoei itu.
Dengan semua catatan itu, Iran pantas merasa di atas angin. Namun, Iran harus ekstra hati-hati karena Qatar tampil di hadapan penggemar sendiri yang bisa menjadi faktor menentukan yang membuat akhir pertandingan berpihak kepada tuan rumah.
Tapi berdasarkan statistik Opta, kedua tim Timur Tengah itu sama kuat, termasuk dalam aspek menekan lawan, merebut bola di daerah pertahanan lawan dan melancarkan serangan langsung dari daerah pertahanan sendiri.
Adu tajam di lini depan
Pelatih Iran Amir Ghalenoei kemungkinan besar tak mengubah formasi tempur timnya yang selama Piala Asia edisi tahun ini selalu memasang penyerang tunggal dalam pola 4-2-3-1.
Sebaliknya, masih menjadi pertanyaan apakah pelatih Qatar Tintin Marquez akan memasang formasi tiga bek dan lima gelandang dalam pola 3-5-2 seperti sewaktu menghadapi Uzbekistan dan Palestina, atau formasi standard empat bek seperti saat mengalahkan China dan Tajikistan.
Tetapi jika melihat Iran yang sepertinya kemungkinan besar akan tampil lebih menyerang, memasang tiga bek tengah adalah pilihan yang masuk akal.
Itu artinya, tiga serangkai Tarek Salman, Almahdi Ali Mukhtar dan bek naturalisasi Lucas Mendes, akan kembali turun bersamaan menjaga pertahanan Qatar.
Trio ini membuat Qatar menjadi salah satu tim terkokoh selama turnamen ini yang membuat mereka tak kebobolan selama fase grup.
Tim pertahanan yang solid dan disiplin membuat lini-lini lainnya menjadi percaya diri bermanuver di daerah pertahanan lawan, termasuk Akram Afif yang bersama Hassan Al-Haydos dari Irak, menjadi dua pemain paling produktif mencetak gol selama turnamen ini. Afif empat gol, Al-Haydos lima gol.
Peran Afif begitu instrumental bagi Qatar. Menempati sayap kiri serangan Qatar, Afif gemar menusuk lawan dengan dribel menawan sehingga menjadi ancaman konstan bagi lawan, termasuk Iran nanti.
Dia membuat Qatar berbahaya di sepertiga terakhir lapangan. Manuver pemain ini ditunjang oleh pergerakan dua bek sayap Qatar yang rajin membantu serangan, tapi cepat kembali ke posnya begitu lawan balik menyerang.
Tapi Iran juga memiliki pemain depan produktif pada diri Mehid Taremi. Bersama Mehdi Ghayedi, striker Porto itu dipasang menjadi penyerang kedua di belakang striker utama Sardar Amoun yang menjadi ujung tombak dalam formasi 4-2-3-1 yang digemari pelatih Amir Ghalenoei.
Pemain Iran lainnya yang berbahaya adalah Ramin Razaeian. Bek kanan ini rajin memasok bola ke lini depan. Dengan sudah mengirimkan 14 umpan silang dalam permainan terbuka selama turnamen ini, Razaeian krusial dalam bagaimana Iran menciptakan peluang gol.
Iran juga memiliki jenderal lapangan tengah, Saman Ghoddos, yang menjadi penyeimbang permainan. Dia adalah dirigen untuk orkestra permainan Iran, baik saat merancang serangan maupun dalam menggalang pertahanan.
Tekad kuat untuk menang
Iran sedikit lebih baik dari Qatar. Faktanya, peringkat FIFA kedua tim berselisih 37 tempat; Iran berperingkat 21, Qatar 58.
Tapi peringkat sudah lama dimentahkan sejumlah tim selama Piala Asia 2023. Terakhir, Yordania yang berperingkat 87 memupus sekat itu ketika menggulingkan Korea Selatan yang berperingkat 23, dalam semifinal satunya lagi.
Para pemain sendiri tak mempedulikan semua catatan itu. Mereka bernafsu untuk menang dan mencapai final.
"Kami akan menghadapi tim yang diperkuat pemain-pemain yang bermain di liga-liga top. Itu saja sudah menjadi motivasi kuat bagi kami untuk 100 persen mengerahkan segala upaya agar menang dan membuat bahagia penggemar kami," kata bek tengah Qatar Tarek Salman dalam laman Piala Asia 2023.
Tekad kuat seperti ditegaskan Salman menjadi energi lebih yang membuat Qatar sukses pada Piala Asia 2019. "Kami ingin mengulangi sukses itu," kata Salman.
Tapi, bukan hanya Qatar yang bertekad kuat untuk menang, karena Iran pun begitu. Apalagi mereka tak bisa melupakan nestapa 2019 ketika dijegal Jepang dalam semifinal edisi tahun itu.
"Kami tak mau hal itu terjadi lagi. Ini bakal jadi pertandingan yang berat tapi kami sudah siap menjalani laga ini," kata gelandang serang Alireza Jahanbakhsh.
Tekad dan ikrar para pemain kedua tim memberi pesan bahwa pertandingan semifinal yang pemenangnya ditunggu Yordania dalam final 10 Februari nanti itu, akan sengit dan seru yang mungkin berjalan terbuka sehingga kian nikmat untuk disaksikan siapa pun.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Qatar vs Iran, ambisi dua tim mengulang sukses di puncak kompetisi
Kala itu, tiga tahun sebelum menyelenggarakan Piala Dunia 2022, Qatar yang sampai 2019 tak pernah bisa melewati babak perempat final, secara mengejutkan mengakhiri petualangan dengan predikat juara setelah menggulingkan Jepang 3-1 dalam final.
Kini, sang juara bertahan mencapai semifinal di negerinya sendiri dengan mengatasi Uzbekistan lewat adu penalti setelah selama 120 menit waktu normal seri 1-1. Penjaga gawang Meshaal Barsham tampil cemerlang dengan mementahkan tiga tendangan penalti Uzbekistan.
Sebaliknya, bagi Iran duel dalam empat besar ini adalah semifinal Piala Asia yang kesepuluh yang tiga di antaranya berlanjut sampai final pada 1968, 1972, dan 1976 yang semua dari tiga edisi ini berhasil mereka juarai.
Tim Melli menyingkirkan Jepang 2-1 dalam perempatfinal berkat penalti pada menit tambahan babak kedua yang dibuat kapten Alireza Jahanbakhsh.
Kemenangan itu juga mengakhiri catatan tak pernah Iran dari Jepang selama 19 tahun, yang juga memperpanjang rangkaian tak terkalahkan Amir Ghalenoei menjadi 16 pertandingan sejak melatih Iran pada Maret 2023.
Untuk kedua kali berturut-turut Iran mencapai semifinal Piala Asia. Mereka tak akan membiarkan kesempatan kali ini lepas seperti edisi 2019, untuk mencapai final yang sudah tak lagi mereka rasakan sejak Piala Asia 1976 ketika turnamen ini diadakan di negeri itu.
Iran dan Qatar saling mengenal dengan baik gaya permainan masing-masing karena sebelum ini, mereka sudah 25 kali bertemu yang 17 kali dimenangkan oleh Iran, sedangkan Qatar memenangkan empat pertandingan.
Terakhir kali Qatar menaklukkan Iran terjadi pada Desember 2009 dalam laga persahabatan. Ini bisa menjadi kendala mental bagi Qatar, apalagi dalam enam pertemuan terakhir dengan Iran, mereka selalu menjadi pihak yang kalah.
Itu sudah termasuk pertemuan terakhir dalam turnamen persahabatan di Yordania pada Oktober 2023 ketika Si Maroon terkapar 0-4 digasak oleh tim bimbingan Amir Ghalenoei itu.
Dengan semua catatan itu, Iran pantas merasa di atas angin. Namun, Iran harus ekstra hati-hati karena Qatar tampil di hadapan penggemar sendiri yang bisa menjadi faktor menentukan yang membuat akhir pertandingan berpihak kepada tuan rumah.
Tapi berdasarkan statistik Opta, kedua tim Timur Tengah itu sama kuat, termasuk dalam aspek menekan lawan, merebut bola di daerah pertahanan lawan dan melancarkan serangan langsung dari daerah pertahanan sendiri.
Adu tajam di lini depan
Pelatih Iran Amir Ghalenoei kemungkinan besar tak mengubah formasi tempur timnya yang selama Piala Asia edisi tahun ini selalu memasang penyerang tunggal dalam pola 4-2-3-1.
Sebaliknya, masih menjadi pertanyaan apakah pelatih Qatar Tintin Marquez akan memasang formasi tiga bek dan lima gelandang dalam pola 3-5-2 seperti sewaktu menghadapi Uzbekistan dan Palestina, atau formasi standard empat bek seperti saat mengalahkan China dan Tajikistan.
Tetapi jika melihat Iran yang sepertinya kemungkinan besar akan tampil lebih menyerang, memasang tiga bek tengah adalah pilihan yang masuk akal.
Itu artinya, tiga serangkai Tarek Salman, Almahdi Ali Mukhtar dan bek naturalisasi Lucas Mendes, akan kembali turun bersamaan menjaga pertahanan Qatar.
Trio ini membuat Qatar menjadi salah satu tim terkokoh selama turnamen ini yang membuat mereka tak kebobolan selama fase grup.
Tim pertahanan yang solid dan disiplin membuat lini-lini lainnya menjadi percaya diri bermanuver di daerah pertahanan lawan, termasuk Akram Afif yang bersama Hassan Al-Haydos dari Irak, menjadi dua pemain paling produktif mencetak gol selama turnamen ini. Afif empat gol, Al-Haydos lima gol.
Peran Afif begitu instrumental bagi Qatar. Menempati sayap kiri serangan Qatar, Afif gemar menusuk lawan dengan dribel menawan sehingga menjadi ancaman konstan bagi lawan, termasuk Iran nanti.
Dia membuat Qatar berbahaya di sepertiga terakhir lapangan. Manuver pemain ini ditunjang oleh pergerakan dua bek sayap Qatar yang rajin membantu serangan, tapi cepat kembali ke posnya begitu lawan balik menyerang.
Tapi Iran juga memiliki pemain depan produktif pada diri Mehid Taremi. Bersama Mehdi Ghayedi, striker Porto itu dipasang menjadi penyerang kedua di belakang striker utama Sardar Amoun yang menjadi ujung tombak dalam formasi 4-2-3-1 yang digemari pelatih Amir Ghalenoei.
Pemain Iran lainnya yang berbahaya adalah Ramin Razaeian. Bek kanan ini rajin memasok bola ke lini depan. Dengan sudah mengirimkan 14 umpan silang dalam permainan terbuka selama turnamen ini, Razaeian krusial dalam bagaimana Iran menciptakan peluang gol.
Iran juga memiliki jenderal lapangan tengah, Saman Ghoddos, yang menjadi penyeimbang permainan. Dia adalah dirigen untuk orkestra permainan Iran, baik saat merancang serangan maupun dalam menggalang pertahanan.
Tekad kuat untuk menang
Iran sedikit lebih baik dari Qatar. Faktanya, peringkat FIFA kedua tim berselisih 37 tempat; Iran berperingkat 21, Qatar 58.
Tapi peringkat sudah lama dimentahkan sejumlah tim selama Piala Asia 2023. Terakhir, Yordania yang berperingkat 87 memupus sekat itu ketika menggulingkan Korea Selatan yang berperingkat 23, dalam semifinal satunya lagi.
Para pemain sendiri tak mempedulikan semua catatan itu. Mereka bernafsu untuk menang dan mencapai final.
"Kami akan menghadapi tim yang diperkuat pemain-pemain yang bermain di liga-liga top. Itu saja sudah menjadi motivasi kuat bagi kami untuk 100 persen mengerahkan segala upaya agar menang dan membuat bahagia penggemar kami," kata bek tengah Qatar Tarek Salman dalam laman Piala Asia 2023.
Tekad kuat seperti ditegaskan Salman menjadi energi lebih yang membuat Qatar sukses pada Piala Asia 2019. "Kami ingin mengulangi sukses itu," kata Salman.
Tapi, bukan hanya Qatar yang bertekad kuat untuk menang, karena Iran pun begitu. Apalagi mereka tak bisa melupakan nestapa 2019 ketika dijegal Jepang dalam semifinal edisi tahun itu.
"Kami tak mau hal itu terjadi lagi. Ini bakal jadi pertandingan yang berat tapi kami sudah siap menjalani laga ini," kata gelandang serang Alireza Jahanbakhsh.
Tekad dan ikrar para pemain kedua tim memberi pesan bahwa pertandingan semifinal yang pemenangnya ditunggu Yordania dalam final 10 Februari nanti itu, akan sengit dan seru yang mungkin berjalan terbuka sehingga kian nikmat untuk disaksikan siapa pun.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Qatar vs Iran, ambisi dua tim mengulang sukses di puncak kompetisi