Jakarta (ANTARA) - Manchester United dan Newcastle United tengah bertarung sengit untuk finis empat besar Liga Premier musim 2022/2023.
Agak mustahil mereka finis memuncaki klasemen, kecuali mereka menang terus dan sebaliknya Arsenal serta Manchester City tak bisa menang dalam lima dan tujuh pertandingan terakhirnya selama sebulan terakhir ini.
Untuk itu, pacuan menjadi juara liga jelas hanya mempertemukan Arsenal dengan Manchester City.
Namun demikian, perjalanan Arsenal menuju juara liga setelah 19 tahun menunggu, tiba-tiba menjadi berat.
Pelatih Mikel Arteta memang sukses mentransformasi Arsenal menjadi salah satu tim terbaik di Inggris dan Eropa.
Setelah sampai dua per tiga musim ini terus memuncaki klasemen Liga Premier, Arsenal perlahan dipepet Manchester City.
Kini mereka terpaut hanya dua poin di atas City. Arsenal sudah mengumpulkan 75 poin, sedangkan City mengoleksi 73 poin.
Masalahnya, The Citizens menyimpan dua pertandingan lebih banyak sehingga hanya soal waktu mereka berbalik menyalip Arsenal.
Sepak bola kadang tidak absolut matematis karena keberuntungan acap menjadi faktor penting dalam menentukan siapa yang menjadi kampiun.
Yang menjadi persoalan, Man City bukan jenis tim yang mengandalkan keberuntungan, pun bukan tim yang membuat lawan mendapatkan keberuntungan.
Sebaliknya, tim asuhan Pep Guardiola itu sangat mengandalkan perencanaan, strategi dan teknik, sehingga meniadakan faktor keberuntungan untuk lawan yang mereka hadapi.
Dengan cara itu, City malah semakin berkembang dan semakin sangar, justru saat musim sudah di depan pintu gerbang terakhirnya.
Ini kontras dengan Arsenal yang terlihat mulai kehabisan nafas, justru saat pacuan akan berakhir.
Salah satu bukti City makin sangar adalah saat mereka menendang Bayern Muenchen dari kontes Liga Champions, selain ketika melumat The Gunners sendiri dalam pertandingan liga pekan lalu.
Dalam dua laga itu, City tak saja berada di atas angin baik dari segi strategi maupun teknik, namun juga dalam kemampuan menutup lawan mendapatkan keberuntungan.
Tak terkalahkan
Sejak dikalahkan 0-1 oleh Tottenham Hotspur pada 5 Februari, City tak pernah kalah dari siapa pun, baik dalam ajang Liga Premier, maupun gelanggang Liga Champions dan Piala FA.
Selain menjungkalkan Bayern dalam Liga Champions dan melumat semua tim besar Liga Inggris, City menjadi satu-satunya tim yang dua kali mengalahkan Arsenal musim ini, yakni 3-1 pada 16 Februari dan 4-1 pada 27 April.
Dua dari empat kekalahan Arsenal dalam pertandingan liga musim ini, diderita dari City. Dua tim lain yang mengalahkan tim Meriam London adalah Everton dan Manchester United.
Kemenangan besar 4-1 pekan lalu dari Arsenal adalah bukti bahwa The Citizens semakin kuat saja yang kian sulit dikalahkan lawan, ketika dalam waktu bersamaan Arsenal tersendat sejak mengalahkan Leeds United 4-1 pada 1 April.
Laga melawan Arsenal pada 27 April lalu menunjukkan bahwa saat ini kian sulit saja mencari kelemahan City.
Mereka terus beradaptasi dan menyerap kekuatan lawan untuk dimuntahkan kembali sebagai kekuatan mereka sendiri.
Guardiola memasang formasi empat bek berdiri paralel, padahal biasanya bergerak vertikal 3-2 yang lebih lentur.
Tim asuhan pelatih asal Spanyol itu menyerang secara vertikal nan cepat sampai kemudian Arsenal kesulitan menjaga daerah pertahanannya dan dalam menekan lawan.
Begitu berusaha membangun serangan, Arsenal gamang karena Erling Haaland setiap waktu memanfaatkan kelengahan bek mereka, Rob Holding.
Sudah begitu, formasi 4-3-3 yang dipasang Mikel Arteta acap membuat gelandang Thomas Partey sendirian di lini tengah.
Dua rekan Partey di lini tengah Arsenal, yakni Martin Odegaard dan Granit Xhaka, berusaha mengimbangi Rodri dan Ilkay Gundogan yang kreatif mencari ruang. Namun dengan begitu, Kevin De Bruyne malah leluasa bergerak dan tak bisa dimatikan oleh Partey.
Diganggu sejak dari tengah, dan manuver-manuver dengan atau tanpa bola yang eksplosif dari lini serang Ciy, barisan pertahanan Arsenal kedodoran dalam menghadapi tusukan-tusukan City dari lebar lapangan.
Ini terutama karena aransemen Kyle Walker dan Manuel Akanji yang tak biasanya menempati posisi bek sayap. Kedua bek sayap ini sering jauh menusuk ke area penalti Arsenal.
Alhasil, City bisa mencegah Arsenal menyerang dengan tak henti menekan, sekaligus merusak rencana permainannya seperti saat mereka menjinakkan Bayern Muenchen.
Bukan tak mungkin taktik Guardiola kala menjinakkan Arsenal itu ditiru oleh lima tim terakhir yang bakal dihadapi The Gunners selama sebulan terakhir ini, termasuk oleh Newcastle dan Brighton yang paling mungkin menyengsarakan Arsenal.
Di jalur juara
Dengan semua catatan yang dimiliki kedua tim papan atas Liga Premier saat ini tersebut, City terlihat berada di jalan merebut gelar juara Liga Premier untuk ketiga kali berturut-turut.
Mereka berada di jalur menjadi tim kedua dalam era Liga Premier yang melakukan pencapaian itu setelah Manchester United.
City juga masih dalam rel menjadi tim kedua setelah Man United yang memenangkan tiga gelar dalam satu musim.
Ini karena mereka juga tengah menapaki babak final Piala FA untuk menghadapi Setan Merah pada Juni mendatang, dan semifinal Liga Champions.
Namun begitu, Arsenal, dan juga United serta Real Madrid dan satu tim Italia dalam Liga Champions, masih memiliki peluang membuyarkan impian City meraih treble musim ini.
Walaupun menghadapi tim-tim relatif lebih berat ketimbang ti-tim terakhir yang dihadapi City dalam sisa musim ini, peluang Arsenal menjuarai liga tetap ada, apalagi jika City tersandung dalam tujuh pertandingan terakhirnya yang mana hal ini sangat sulit terjadi.
Walaupun di atas kertas hanya Bentford dan Fulham yang paling mungkin merepotkan City dalam pertandingan-pertandingan liga terakhirnya, tetap saja adalah terlalu sulit untuk bisa mencuri tiga poin dari City.
Sebagai tim kedua musim ini yang paling sulit dibobol lawan setelah Newcastle United, City terlalu sulit ditembus siapa pun, sekalipun lawan mendapatkan bantuan dari Dewi Fortuna.
City juga menjadi tim paling galak dalam urusan mengoyak gawang lawan. Sejauh ini mereka sudah mencetak 82 gol atau paling banyak selama musim ini.
Dengan profil semengerikan ini, Manchester City pun menjadi tim yang paling mungkin menjuarai Liga Inggris musim ini, walau sampai hari ini Arsenal masih di puncak klasemen liga.
Arsenal akan menjamu Chelsea malam nanti dan dijamu Newcastle akhir pekan depan. Saat bersamaan City dijajal Fulham dan menjamu West Ham United sepekan kemudian.
Walau tengah terseok-seok, Chelsea bukan lawan yang mudah untuk ditaklukkan, apalagi Newcastle yang menjadi tim Liga Premier paling sulit dibobol lawan, selain menjadi satu dari tim yang sulit dikalahkan lawan selain Arsenal sendiri dan City.
Sebaliknya, City yang musim ini hanya bisa dikalahkan tim-tim raksasa kecuali Brentford, di atas kertas tak akan sulit meladeni Fulham dan West Ham. Enam poin dari dua laga ini bukan hal mustahil.
Kedua tim segera bertanding Minggu malam nanti, ketika Arsenal menjamu Chelsea dan Man City dijamu Fulham.
Kedua laga bisa menjadi gambaran bagaimana akhir perjalanan liga musim ini; apakah Arsenal tetap di jalur menjuarai liga pertamanya dalam 19 tahun terakhir, atau City yang berada di jalan merebut lagi trofi juara liga dalam tiga musim berturut-turut.
Namun, tampaknya pendulum sukses mulai bergerak mendekati Manchester City.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Arsenal dan Manchester City berpacu seru juarai liga Inggris
Agak mustahil mereka finis memuncaki klasemen, kecuali mereka menang terus dan sebaliknya Arsenal serta Manchester City tak bisa menang dalam lima dan tujuh pertandingan terakhirnya selama sebulan terakhir ini.
Untuk itu, pacuan menjadi juara liga jelas hanya mempertemukan Arsenal dengan Manchester City.
Namun demikian, perjalanan Arsenal menuju juara liga setelah 19 tahun menunggu, tiba-tiba menjadi berat.
Pelatih Mikel Arteta memang sukses mentransformasi Arsenal menjadi salah satu tim terbaik di Inggris dan Eropa.
Setelah sampai dua per tiga musim ini terus memuncaki klasemen Liga Premier, Arsenal perlahan dipepet Manchester City.
Kini mereka terpaut hanya dua poin di atas City. Arsenal sudah mengumpulkan 75 poin, sedangkan City mengoleksi 73 poin.
Masalahnya, The Citizens menyimpan dua pertandingan lebih banyak sehingga hanya soal waktu mereka berbalik menyalip Arsenal.
Sepak bola kadang tidak absolut matematis karena keberuntungan acap menjadi faktor penting dalam menentukan siapa yang menjadi kampiun.
Yang menjadi persoalan, Man City bukan jenis tim yang mengandalkan keberuntungan, pun bukan tim yang membuat lawan mendapatkan keberuntungan.
Sebaliknya, tim asuhan Pep Guardiola itu sangat mengandalkan perencanaan, strategi dan teknik, sehingga meniadakan faktor keberuntungan untuk lawan yang mereka hadapi.
Dengan cara itu, City malah semakin berkembang dan semakin sangar, justru saat musim sudah di depan pintu gerbang terakhirnya.
Ini kontras dengan Arsenal yang terlihat mulai kehabisan nafas, justru saat pacuan akan berakhir.
Salah satu bukti City makin sangar adalah saat mereka menendang Bayern Muenchen dari kontes Liga Champions, selain ketika melumat The Gunners sendiri dalam pertandingan liga pekan lalu.
Dalam dua laga itu, City tak saja berada di atas angin baik dari segi strategi maupun teknik, namun juga dalam kemampuan menutup lawan mendapatkan keberuntungan.
Tak terkalahkan
Sejak dikalahkan 0-1 oleh Tottenham Hotspur pada 5 Februari, City tak pernah kalah dari siapa pun, baik dalam ajang Liga Premier, maupun gelanggang Liga Champions dan Piala FA.
Selain menjungkalkan Bayern dalam Liga Champions dan melumat semua tim besar Liga Inggris, City menjadi satu-satunya tim yang dua kali mengalahkan Arsenal musim ini, yakni 3-1 pada 16 Februari dan 4-1 pada 27 April.
Dua dari empat kekalahan Arsenal dalam pertandingan liga musim ini, diderita dari City. Dua tim lain yang mengalahkan tim Meriam London adalah Everton dan Manchester United.
Kemenangan besar 4-1 pekan lalu dari Arsenal adalah bukti bahwa The Citizens semakin kuat saja yang kian sulit dikalahkan lawan, ketika dalam waktu bersamaan Arsenal tersendat sejak mengalahkan Leeds United 4-1 pada 1 April.
Laga melawan Arsenal pada 27 April lalu menunjukkan bahwa saat ini kian sulit saja mencari kelemahan City.
Mereka terus beradaptasi dan menyerap kekuatan lawan untuk dimuntahkan kembali sebagai kekuatan mereka sendiri.
Guardiola memasang formasi empat bek berdiri paralel, padahal biasanya bergerak vertikal 3-2 yang lebih lentur.
Tim asuhan pelatih asal Spanyol itu menyerang secara vertikal nan cepat sampai kemudian Arsenal kesulitan menjaga daerah pertahanannya dan dalam menekan lawan.
Begitu berusaha membangun serangan, Arsenal gamang karena Erling Haaland setiap waktu memanfaatkan kelengahan bek mereka, Rob Holding.
Sudah begitu, formasi 4-3-3 yang dipasang Mikel Arteta acap membuat gelandang Thomas Partey sendirian di lini tengah.
Dua rekan Partey di lini tengah Arsenal, yakni Martin Odegaard dan Granit Xhaka, berusaha mengimbangi Rodri dan Ilkay Gundogan yang kreatif mencari ruang. Namun dengan begitu, Kevin De Bruyne malah leluasa bergerak dan tak bisa dimatikan oleh Partey.
Diganggu sejak dari tengah, dan manuver-manuver dengan atau tanpa bola yang eksplosif dari lini serang Ciy, barisan pertahanan Arsenal kedodoran dalam menghadapi tusukan-tusukan City dari lebar lapangan.
Ini terutama karena aransemen Kyle Walker dan Manuel Akanji yang tak biasanya menempati posisi bek sayap. Kedua bek sayap ini sering jauh menusuk ke area penalti Arsenal.
Alhasil, City bisa mencegah Arsenal menyerang dengan tak henti menekan, sekaligus merusak rencana permainannya seperti saat mereka menjinakkan Bayern Muenchen.
Bukan tak mungkin taktik Guardiola kala menjinakkan Arsenal itu ditiru oleh lima tim terakhir yang bakal dihadapi The Gunners selama sebulan terakhir ini, termasuk oleh Newcastle dan Brighton yang paling mungkin menyengsarakan Arsenal.
Di jalur juara
Dengan semua catatan yang dimiliki kedua tim papan atas Liga Premier saat ini tersebut, City terlihat berada di jalan merebut gelar juara Liga Premier untuk ketiga kali berturut-turut.
Mereka berada di jalur menjadi tim kedua dalam era Liga Premier yang melakukan pencapaian itu setelah Manchester United.
City juga masih dalam rel menjadi tim kedua setelah Man United yang memenangkan tiga gelar dalam satu musim.
Ini karena mereka juga tengah menapaki babak final Piala FA untuk menghadapi Setan Merah pada Juni mendatang, dan semifinal Liga Champions.
Namun begitu, Arsenal, dan juga United serta Real Madrid dan satu tim Italia dalam Liga Champions, masih memiliki peluang membuyarkan impian City meraih treble musim ini.
Walaupun menghadapi tim-tim relatif lebih berat ketimbang ti-tim terakhir yang dihadapi City dalam sisa musim ini, peluang Arsenal menjuarai liga tetap ada, apalagi jika City tersandung dalam tujuh pertandingan terakhirnya yang mana hal ini sangat sulit terjadi.
Walaupun di atas kertas hanya Bentford dan Fulham yang paling mungkin merepotkan City dalam pertandingan-pertandingan liga terakhirnya, tetap saja adalah terlalu sulit untuk bisa mencuri tiga poin dari City.
Sebagai tim kedua musim ini yang paling sulit dibobol lawan setelah Newcastle United, City terlalu sulit ditembus siapa pun, sekalipun lawan mendapatkan bantuan dari Dewi Fortuna.
City juga menjadi tim paling galak dalam urusan mengoyak gawang lawan. Sejauh ini mereka sudah mencetak 82 gol atau paling banyak selama musim ini.
Dengan profil semengerikan ini, Manchester City pun menjadi tim yang paling mungkin menjuarai Liga Inggris musim ini, walau sampai hari ini Arsenal masih di puncak klasemen liga.
Arsenal akan menjamu Chelsea malam nanti dan dijamu Newcastle akhir pekan depan. Saat bersamaan City dijajal Fulham dan menjamu West Ham United sepekan kemudian.
Walau tengah terseok-seok, Chelsea bukan lawan yang mudah untuk ditaklukkan, apalagi Newcastle yang menjadi tim Liga Premier paling sulit dibobol lawan, selain menjadi satu dari tim yang sulit dikalahkan lawan selain Arsenal sendiri dan City.
Sebaliknya, City yang musim ini hanya bisa dikalahkan tim-tim raksasa kecuali Brentford, di atas kertas tak akan sulit meladeni Fulham dan West Ham. Enam poin dari dua laga ini bukan hal mustahil.
Kedua tim segera bertanding Minggu malam nanti, ketika Arsenal menjamu Chelsea dan Man City dijamu Fulham.
Kedua laga bisa menjadi gambaran bagaimana akhir perjalanan liga musim ini; apakah Arsenal tetap di jalur menjuarai liga pertamanya dalam 19 tahun terakhir, atau City yang berada di jalan merebut lagi trofi juara liga dalam tiga musim berturut-turut.
Namun, tampaknya pendulum sukses mulai bergerak mendekati Manchester City.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Arsenal dan Manchester City berpacu seru juarai liga Inggris