Bandarlampung (ANTARA) - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lampung Sai bersama Pemerintah Provinsi Lampung menggelar prosesi "Belangiran" yakni menyucikan diri dengan mandi di sungai atau kali menyambut bulan Ramadhan.

Prosesi budaya itu berlangsung di kawasan Wisata Batu Putu Bumi Kedaton Resort, Bandarlampung, Kamis, dihadiri mantan Gubernur Lampung Komjen Pol (Purn) Sjachroedin ZP, yang juga Ketua Umum DPP Lampung Sai, Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Dr. (H.C.) Agum Gumelar dan istri, anggota DPD RI Bustami Zainudin, serta sejumlah duta besar Indonesia untuk negara sahabat, alumnus Akabri angkatan 70, dan undangan lainnya.

Kegiatan budaya Belangiran atau Blangikhan yang merupakan juga rangkaian Road K-Fest 2023.

Ketua Harian DPP Lampung Sai, Rycko Menoza SZP,  mengatakan Belangiran merupakan tradisi turun temurun warga Lampung, untuk menyucikan diri menjelang Ramadhan yang perlu dilestarikan agar tidak punah. 

"Kegiatan yang dilakukan setiap tahun menjelang bulan suci Ramadhan ini merupakan bentuk konsistensi DPP Lampung Sai dalam melestarikan budaya dengan dukungan dari Pemprov Lampung," katanya.

Menurut Rycko, prosesi Belangiran juga merupakan upaya kontribusi dari Lampung Sai dalam memajukan pariwisata Lampung yang saat ini terus menjadi daerah primadona bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Selain itu, kehadiran tamu asing dalam kegiatan Belangiran tentunya akan lebih mengenalkan budaya dan wisata Lampung di kancah dunia melalui media sosial.

Sementara itu, Asisten III Bidang Adminitrasi Umum Pemprov Lampung, Senen Mustakim, mengatakan,  Blangiran (Blangikhan) yang merupakan warisan budaya dari daerah setempat.

Menurutnya, ritual Blangiran merupakan tradisi yang bertujuan menyucikan hati atau jiwa dan raga sebagai bekal memasuki bulan suci Ramadhan agar tidak mengotori bulan yang penuh dengan kesucian dan keberkahan sehingga diharapkan dapat menjalankan ibadah dengan lancar dan khusyuk.

Ia menjelaskan Blangiran berasal dari kata langir yang berarti mandi dalam hal ini berarti mandi suci atau mandi  bersama untuk bersuci atau mandi tobat.

"Mandi dimaksud tentu bukanlah mandi-mandi biasa pada umumnya namun disyaratkan dengan  beberapa  perlengkapan  ritual yang digunakan saat Blangiran diadakan yaitu air langir, bunga tujuh rupa, daun pandan dan setanggi," jelasnya.

Oleh karena itu, ia mengharapkan ritual- ritual dan tradisi Blangikhan hanya sebagai simbol untuk menyucikan diri dan hati, sebagai bekal memasuki bulan suci Ramadhan sehingga dapat menjalankan    ibadah wajib  dan  sunah.

 Sekaligus  juga dapat mempertahankan dan melestarikan budaya Lampung agar tidak punah dimakan zaman.

Pada kegiatan tersebut juga dilakukan penebaran benih ikan sebagai upaya menjaga kelestarian alam pada ekosistem sungai.


Pewarta : Agus Wira Sukarta
Editor : Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2024