Washington DC, AS (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan tingkat inflasi mulai turun hingga di bawah 4 persen mulai triwulan III 2023 atau sejalan dengan sasaran 3 persen plus minus 1 persen tahun depan.
"Kita perkirakan pada triwulan III tahun depan bisa sekitar 3,6 persen dan 3 persen pada triwulan IV," kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat ditemui di sela-sela pertemuan IMF-WB di Washington DC, AS, Rabu waktu setempat.
Perry Warjiyo menyakini pencapaian sasaran inflasi tersebut bisa tercapai melalui sinergi berkelanjutan dengan pemerintah yang selama ini sudah terjalin dengan baik melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP/TPID).
Bahkan BI bersama TPIP dan TPID juga telah menggelar sinergi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) pada Agustus 2022 dengan penyediaan suplai dan mendorong produksi.
Program GNPIP mencakup pelaksanaan operasi pasar serentak di 33 kota, perluasan kesepakatan kerja sama perdagangan antardaerah, gerakan urban framing dengan pemberian 77.000 bibit cabai, dan pemberian sarana prasarana teknologi digital farming dan greenhouse di Jawa Timur.
Selain itu koordinasi yang baik antara otoritas fiskal dan moneter yang telah berjalan baik selama penanganan pandemi juga akan terus dilanjutkan dalam pengendalian inflasi, terutama dalam menjaga daya beli masyarakat.
"Kita bersyukur di Indonesia begitu kuatnya kebijakan fiskal dari pemerintah dan kebijakan moneter dari BI. BI tetap independen, tetapi independen dalam semangat kebersamaan interdependesi. Ini kita sampaikan dan menjadi kunci ketahanan kebangkitan Indonesia," kata Perry Warjiyo.
Sebelumnya BI memperkirakan laju inflasi hingga akhir 2022 akan meningkat di atas 6 persen (yoy) sebagai dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) serta tarif angkutan.
Meski demikian kenaikan ini masih di bawah rata-rata inflasi global yang bisa mencapai kisaran 9 persen akibat konflik geopolitik di Eropa yang mengakibatkan kenaikan harga energi maupun pangan dunia.
"Kita perkirakan pada triwulan III tahun depan bisa sekitar 3,6 persen dan 3 persen pada triwulan IV," kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat ditemui di sela-sela pertemuan IMF-WB di Washington DC, AS, Rabu waktu setempat.
Perry Warjiyo menyakini pencapaian sasaran inflasi tersebut bisa tercapai melalui sinergi berkelanjutan dengan pemerintah yang selama ini sudah terjalin dengan baik melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP/TPID).
Bahkan BI bersama TPIP dan TPID juga telah menggelar sinergi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) pada Agustus 2022 dengan penyediaan suplai dan mendorong produksi.
Program GNPIP mencakup pelaksanaan operasi pasar serentak di 33 kota, perluasan kesepakatan kerja sama perdagangan antardaerah, gerakan urban framing dengan pemberian 77.000 bibit cabai, dan pemberian sarana prasarana teknologi digital farming dan greenhouse di Jawa Timur.
Selain itu koordinasi yang baik antara otoritas fiskal dan moneter yang telah berjalan baik selama penanganan pandemi juga akan terus dilanjutkan dalam pengendalian inflasi, terutama dalam menjaga daya beli masyarakat.
"Kita bersyukur di Indonesia begitu kuatnya kebijakan fiskal dari pemerintah dan kebijakan moneter dari BI. BI tetap independen, tetapi independen dalam semangat kebersamaan interdependesi. Ini kita sampaikan dan menjadi kunci ketahanan kebangkitan Indonesia," kata Perry Warjiyo.
Sebelumnya BI memperkirakan laju inflasi hingga akhir 2022 akan meningkat di atas 6 persen (yoy) sebagai dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) serta tarif angkutan.
Meski demikian kenaikan ini masih di bawah rata-rata inflasi global yang bisa mencapai kisaran 9 persen akibat konflik geopolitik di Eropa yang mengakibatkan kenaikan harga energi maupun pangan dunia.