Jakarta (ANTARA) - Dokter yang juga salah satu Pengurus Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (InaSH) Dr. dr. Amanda Tiksnadi, Sp.S menyarankan agar pengukuran tekanan darah (tensi) mendapatkan hasil yang valid maka pasien sebaiknya melakukannya dengan tenang atau rileks.

Menurut pengalaman Amanda, biasanya terdapat pasien yang merasa khawatir atau takut mengukur tekanan darah di rumah sakit sehingga menyebabkan hasil pengukuran yang cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dilakukan di rumah.

Ia menjelaskan bahwa kondisi tersebut kemungkinan berkaitan dengan efek white coat hypertension. Istilah tersebut merujuk pada perasaan takut ketika bertemu dengan petugas kesehatan yang identik mengenakan “jas putih”.

Baca juga: Jaga tekanan darah untuk hindari stroke

Amanda mengatakan suasana rumah cenderung memberikan kesan akrab dan tenang sehingga angka pengukuran tensi lebih rendah dibandingkan pengukuran di rumah sakit.

Namun, jika pengukuran di rumah menghasilkan angka yang tinggi, Amanda menegaskan pasien harus waspada dan menyarankan untuk berkonsultasi ke dokter.

“Kalau memang care, itu baiknya di-follow up, apakah memang hipertensi ini perlu dikontrol lebih jauh sebelum terjadinya komplikasi yang tidak bisa pulih kembali atau ireversibel,” kata Amanda dalam media briefing "Beat Hypertension" secara virtual, Selasa.

Untuk mengukur tekanan darah sendiri, Amanda menyarakan agar pasien duduk dalam kondisi tenang dan rileks setidaknya menunggu dua hingga lima menit sebelum menekan alat tensi. Gunakan kursi bersandar agar tubuh semakin rileks. Posisi kaki tidak boleh menggantung atau menyilang, harus menapak di atas lantai.

“Jangan lupa, selama beraktivitas, duduk, berdiri, ngobrol, jalan, itu cenderung menaikkan tensi. Jadi (kalau tidak rileks), takutnya malah memberikan diagnosis tensi berlebihan, padahal sebetulnya bukan. Makanya, tata cara mengukur tensi yang baik dan benar itu harus diperhatikan,” katanya.

Amanda menyarankan agar pengukuran dilakukan sebanyak dua kali sehari, yaitu satu jam setelah bangun tidur dan malam sebelum tidur.

Sekitar tiga puluh menit sebelum mengukur tekanan darah, disarankan agar pasien tidak merokok, tidak mengonsumsi kopi atau minuman yang mengandung kafein, tidak beraktivitas atau berolahraga yang berat, dan jangan meminum obat terlebih dahulu.

Setelah kondisi-kondisi tersebut terpenuhi, pasien dapat memulai melakukan pengukuran dengan memasang manset pada tensimeter di lengan atas, tepat dua jari dari siku. Kemudian ukur tekanan darah sebanyak tiga kali dengan selang satu menit dan catat hasilnya.

Baca juga: Waspada, kaum muda bisa kena hipertensi

“Ingat setiap kali mengukur kita lakukan tiga kali. (Hasil) yang pertama biasanya kita buang. Kemudian angka hitung yang kedua dan ketiga ini kita rata-ratakan, jadi inilah yang kita laporkan sebagai tekanan darah,” jelas Amanda.

Seseorang dapat dikategorikan hipertensi atau tekanan darah tinggi jika hasil pengukuran tekanan darah di rumah lebih besar atau sama dengan 130/85 mmHg. Sementara pengukuran di klinik biasanya digunakan batas yang lebih tinggi, yaitu di atas 140/90 mmHg.

Jika pasien curiga hasil tensi menunjukkan angka yang tinggi, Amanda menyarankan agar dilakukan pemantauan mandiri terlebih dahulu selama tiga hari berturut-turut.

“Tentunya apabila hasil ini telah ada, tetap harus dikonsultasikan, apakah memang menderita hipertensi atau memang normal, karena memang ada sedikit perbedaan (hasil pengukuran antara di rumah dan di rumah sakit). Jadi tetap anjurannya adalah dikonsultasikan setelah ada hasil pemantauan,” katanya.
Baca juga: Warga Lanjut Usia Perlu Waspadai Penyakit Kronis

Pewarta : Rizka Khaerunnisa
Editor : Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2024