Jakarta (ANTARA) - Sebuah pusat seni baru Bob Dylan Center menghadirkan lebih dari 100 ribu koleksi terkait musisi tersebut yang akan dibuka untuk umum di Tulsa, Oklahoma, Amerika Serikat, pada 10 Mei mendatang.
Koleksi tersebut sebelumnya hanya dapat diakses untuk peneliti yang memiliki kredensial. Koleksi mencakup manuskrip tulisan tangan, buku catatan, film, rekaman termasuk yang belum pernah dirilis, foto-foto langka, alat-alat musik, dan sebagainya.
Di antara banyak koleksi, yang menjadi sorotan Bob Dylan Center di antaranya sebuah soundtrack film yang baru ditemukan dari tahun 1961 dan empat draf buku puisi prosa "Tarantula" yang diketik Dylan pada pertengahan 60-an.
Selain pameran yang berfokus pada karya Dylan, ruangan dua lantai seluas 29.000 kaki persegi ini juga akan menampilkan karya Jerry Schatzberg, pembuat film dan fotografer yang membuat sampul album Dylan "Blonde on Blonde" (1966).
“Kami benar-benar berharap dapat menggugah naluri kreatif pengunjung ketika mereka mengelilingi tempat ini, sebuah dorongan dari mereka sendiri untuk mengekspresikan seni dalam media apa pun," kata Direktur Bob Dylan Center, Steven Jenkins, dikutip dari The New York Times pada Sabtu.
Seorang laki-laki berjalan melewati sebagian dari dinding arsip di Bob Dylan Center, Kamis, 5 Mei 2022, di Tulsa, Oklahoma, Amerika Serikat. (Foto AP/Sue Ogrocki)
Bob Dylan Center beroperasi di bawah naungan American Song Archives, sebuah proyek dari George Kaiser Family Foundation (GKFF). Koleksi yang dihadirkan di Bob Dylan Center berasal dari Bob Dylan Archive, yang diakuisisi oleh GKFF dan University of Tulsa pada 2016 dengan harga sekitar 20 juta dolar AS.
Arsitek Alan Maskin dari firma Olson Kundig mengatakan pihaknya enggan menyebut tempat baru ini sebagai "Museum", melainkan "Pusat" (Center) yang akan mendorong diskusi dan merangkul berbagai perspektif.
"Saya lebih tertarik menyebutnya sebagai arsip hidup daripada sebagai museum. Museum menyiratkan suara yang diterima semua orang sebagai kebenaran," kata Maskin yang merancang Bob Dylan Center.
Koleksi juga ditampilkan secara interaktif, seperti layar digital disertai dengan jejeran manuskrip draf lagu "Tangled Up in Blue" yang dirancang seolah-olah melayang di dalam ruangan.
Bob Dylan Center menghadirkan jukebox digital yang berisi 162 lagu dan studio rekaman tiruan yang memungkinkan pendengar me-remix beberapa lagu Dylan.
Selain itu, sejumlah koleksi lainnya mencakup tas ransel yang berisi surat-surat dari para penggemar pada tahun 1966 yang tidak pernah dibaca Dylan. Menurut kurator Bob Dylan Archive, Mark A. Davidson, tas tersebut tampaknya tidak tersentuh selama bertahun-tahun dan ketika arsiparis menerimanya, tidak ada satu pun surat yang dibuka.
Wali Kota Tulsa GT Bynum berpendapat bahwa Bob Dylan Center akan menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Tulsa. Ia berharap arsip-arsip berharga lainnya dihadirkan di Tusla dan menjadikan Tulsa sebagai pusat studi musik modern Amerika.
"Dia adalah salah satu musisi hebat dalam sejarah umat manusia dan orang-orang yang ingin mempelajari karier dan evolusi bakat musisi itu akan tertarik pada Bob Dylan Center," kata Bynum kepada Associated Press.
Jenkins mengatakan pihaknya akan terus memperbarui koleksi Bob Dylan Center mengingat sang musisi masih berkarya hingga sekarang. Menurut Jenkins dan Maskin, penyelenggara tidak secara khusus berharap Dylan akan datang untuk berkunjung.
"Sejujurnya, saya tidak berpikir itu akan terjadi. Saya pikir dia lebih tertarik pada karya yang dia kerjakan saat ini, dan bukan karya yang sudah dia kerjakan," kata Maskin.
Koleksi tersebut sebelumnya hanya dapat diakses untuk peneliti yang memiliki kredensial. Koleksi mencakup manuskrip tulisan tangan, buku catatan, film, rekaman termasuk yang belum pernah dirilis, foto-foto langka, alat-alat musik, dan sebagainya.
Di antara banyak koleksi, yang menjadi sorotan Bob Dylan Center di antaranya sebuah soundtrack film yang baru ditemukan dari tahun 1961 dan empat draf buku puisi prosa "Tarantula" yang diketik Dylan pada pertengahan 60-an.
Selain pameran yang berfokus pada karya Dylan, ruangan dua lantai seluas 29.000 kaki persegi ini juga akan menampilkan karya Jerry Schatzberg, pembuat film dan fotografer yang membuat sampul album Dylan "Blonde on Blonde" (1966).
“Kami benar-benar berharap dapat menggugah naluri kreatif pengunjung ketika mereka mengelilingi tempat ini, sebuah dorongan dari mereka sendiri untuk mengekspresikan seni dalam media apa pun," kata Direktur Bob Dylan Center, Steven Jenkins, dikutip dari The New York Times pada Sabtu.
Bob Dylan Center beroperasi di bawah naungan American Song Archives, sebuah proyek dari George Kaiser Family Foundation (GKFF). Koleksi yang dihadirkan di Bob Dylan Center berasal dari Bob Dylan Archive, yang diakuisisi oleh GKFF dan University of Tulsa pada 2016 dengan harga sekitar 20 juta dolar AS.
Arsitek Alan Maskin dari firma Olson Kundig mengatakan pihaknya enggan menyebut tempat baru ini sebagai "Museum", melainkan "Pusat" (Center) yang akan mendorong diskusi dan merangkul berbagai perspektif.
"Saya lebih tertarik menyebutnya sebagai arsip hidup daripada sebagai museum. Museum menyiratkan suara yang diterima semua orang sebagai kebenaran," kata Maskin yang merancang Bob Dylan Center.
Koleksi juga ditampilkan secara interaktif, seperti layar digital disertai dengan jejeran manuskrip draf lagu "Tangled Up in Blue" yang dirancang seolah-olah melayang di dalam ruangan.
Bob Dylan Center menghadirkan jukebox digital yang berisi 162 lagu dan studio rekaman tiruan yang memungkinkan pendengar me-remix beberapa lagu Dylan.
Selain itu, sejumlah koleksi lainnya mencakup tas ransel yang berisi surat-surat dari para penggemar pada tahun 1966 yang tidak pernah dibaca Dylan. Menurut kurator Bob Dylan Archive, Mark A. Davidson, tas tersebut tampaknya tidak tersentuh selama bertahun-tahun dan ketika arsiparis menerimanya, tidak ada satu pun surat yang dibuka.
Wali Kota Tulsa GT Bynum berpendapat bahwa Bob Dylan Center akan menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Tulsa. Ia berharap arsip-arsip berharga lainnya dihadirkan di Tusla dan menjadikan Tulsa sebagai pusat studi musik modern Amerika.
"Dia adalah salah satu musisi hebat dalam sejarah umat manusia dan orang-orang yang ingin mempelajari karier dan evolusi bakat musisi itu akan tertarik pada Bob Dylan Center," kata Bynum kepada Associated Press.
Jenkins mengatakan pihaknya akan terus memperbarui koleksi Bob Dylan Center mengingat sang musisi masih berkarya hingga sekarang. Menurut Jenkins dan Maskin, penyelenggara tidak secara khusus berharap Dylan akan datang untuk berkunjung.
"Sejujurnya, saya tidak berpikir itu akan terjadi. Saya pikir dia lebih tertarik pada karya yang dia kerjakan saat ini, dan bukan karya yang sudah dia kerjakan," kata Maskin.