London (ANTARA) - Amerika Serikat meyakini intelijen Rusia berada di belakang serangan kimia pada April terhadap jurnalis Rusia pemenang Penghargaan Nobel Perdamaian yang bersikap kritis terhadap Kremlin, menurut laporan organisasi berita AS, Kamis (28/4).

Dmitry Muratov, redaktur surat kabar investigatif Novaya Gazeta mengatakan bahwa saat dia di kereta, dia disiram dengan cat merah mengandung aseton oleh seorang penyerang yang berkata padanya, ”ini untukmu dari orang-orang kami.”

Muratov pada saat itu mengunggah foto wajah, dada, dan tangannya yang tertutup cat minyak merah, yang dia katakan membuat matanya terbakar parah lantaran aseton tersebut.

New York Times dan Washington Post melaporkan pada Kamis bahwa badan intelijen AS sudah membuat kesimpulan bahwa sejumlah mata-mata Rusia mengatur penyerangan itu, yang terjadi di kereta rute Moskow-Samara.

Sebelum penyerangan terjadi, Novaya Gazeta mengumumkan bahwa pihaknya menunda aktivitasnya secara daring maupun cetak sampai tindakan yang disebut Rusia sebagai “operasi khusus” di Ukraina berakhir. 

Pemerintah Rusia sudah dua kali memperingatkan surat kabar itu atas peliputan konflik tersebut.

Rusia mengatakan pergerakannya itu ditujukan untuk melemahkan kemampuan militer Ukraina dan membasmi apa yang disebutnya dengan kalangan nasionalis berbahaya.

Pasukan Ukraina telah melakukan perlawanan keras dan Barat sudah menjatuhkan sanksi besar-besaran terhadap Rusia dalam upaya memaksa negara itu untuk menarik pasukannya.


Baca juga: Paus Fransiskus beri penghormatan kepada wartawan yang gugur

Baca juga: Paus Fransiskus: Perang di Ukraina "mengerikan"
Sumber: Reuters


Pewarta : Juwita Trisna Rahayu
Editor : Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2024