Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan kepada para pengambil keputusan, termasuk para menteri, untuk memiliki kewaspadaan terhadap krisis global atau sense of crisis yang kemungkinan masih berlanjut hingga 2023.
Hal itu dikatakan Presiden Jokowi dalam sambutan pada Pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Tahun 2022.
"Semua kita harus memiliki sense of crisis. Jangan seperti biasanya, jangan business as usual, hati-hati. Sense of crisis harus ada di kita semuanya, sehingga kita harus ada perencanaan yang baik, skenario yang pas dalam menghadapi situasi yang tidak pasti ini," kata Presiden Jokowi seperti dipantau dalam Musrenbangnas Tahun 2022 secara virtual melalui akun YouTube Sekretariat Presiden, di Jakarta, Kamis.
Presiden Jokowi menjelaskan bahwa sejumlah negara, termasuk Indonesia, dihadapkan situasi yang tidak mudah, dimana kondisi ekonomi dan politik global mengalami gejolak yang penuh ketidakpastian.
Di tengah pandemi COVID-19 yang belum berakhir, kata Presiden, beberapa negara masih bergulat menekan penyebaran virus. Bahkan China masih melakukan karantina wilayah.
Baca juga: Jokowi perintahkan tingkatkan produktivitas sektor pangan dan energi
Di saat yang sama, perang geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang masih terjadi telah berdampak pada krisis energi dan pangan karena terhambatnya distribusi.
"Akhirnya inflasi global meningkat tajam dan pertumbuhan ekonomi global juga mengalami perlambatan," kata Presiden Jokowi.
Turki menjadi negara dengan tingkat inflasi tertinggi yakni sebesar 61,1 persen, sementara Amerika Serikat sudah mencapai 8,5 persen. Inflasi Indonesia masih terjaga pada Maret 2022 sebesar 2,64 persen (year on year).
Di tengah situasi yang tidak pasti itu, Presiden bersyukur perkembangan ekonomi Indonesia masih menunjukkan tren yang positif, seperti neraca perdagangan yang mengalami surplus sebesar 3,82 miliar dolar AS pada Februari 2022 dan 4,5 miliar dolar AS pada Maret 2022.
Kemudian kredit perbankan juga tumbuh dari 5,79 persen pada Januari 2022 menjadi 6,33 persen pada Februari 2022.
"Saya kira angka-angka seperti ini harus kita jaga, momentum tren positif pertumbuhan ekonomi juga harus kita jaga," kata Presiden Jokowi.
Hal itu dikatakan Presiden Jokowi dalam sambutan pada Pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Tahun 2022.
"Semua kita harus memiliki sense of crisis. Jangan seperti biasanya, jangan business as usual, hati-hati. Sense of crisis harus ada di kita semuanya, sehingga kita harus ada perencanaan yang baik, skenario yang pas dalam menghadapi situasi yang tidak pasti ini," kata Presiden Jokowi seperti dipantau dalam Musrenbangnas Tahun 2022 secara virtual melalui akun YouTube Sekretariat Presiden, di Jakarta, Kamis.
Presiden Jokowi menjelaskan bahwa sejumlah negara, termasuk Indonesia, dihadapkan situasi yang tidak mudah, dimana kondisi ekonomi dan politik global mengalami gejolak yang penuh ketidakpastian.
Di tengah pandemi COVID-19 yang belum berakhir, kata Presiden, beberapa negara masih bergulat menekan penyebaran virus. Bahkan China masih melakukan karantina wilayah.
Baca juga: Jokowi perintahkan tingkatkan produktivitas sektor pangan dan energi
Di saat yang sama, perang geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang masih terjadi telah berdampak pada krisis energi dan pangan karena terhambatnya distribusi.
"Akhirnya inflasi global meningkat tajam dan pertumbuhan ekonomi global juga mengalami perlambatan," kata Presiden Jokowi.
Turki menjadi negara dengan tingkat inflasi tertinggi yakni sebesar 61,1 persen, sementara Amerika Serikat sudah mencapai 8,5 persen. Inflasi Indonesia masih terjaga pada Maret 2022 sebesar 2,64 persen (year on year).
Di tengah situasi yang tidak pasti itu, Presiden bersyukur perkembangan ekonomi Indonesia masih menunjukkan tren yang positif, seperti neraca perdagangan yang mengalami surplus sebesar 3,82 miliar dolar AS pada Februari 2022 dan 4,5 miliar dolar AS pada Maret 2022.
Kemudian kredit perbankan juga tumbuh dari 5,79 persen pada Januari 2022 menjadi 6,33 persen pada Februari 2022.
"Saya kira angka-angka seperti ini harus kita jaga, momentum tren positif pertumbuhan ekonomi juga harus kita jaga," kata Presiden Jokowi.