Jakarta (ANTARA) - Huawei mendukung percepatan pengembangan konektivitas dan inklusi digital di Indonesia melalui program tanggung jawab sosial perusahaan yang mengangkat tema "Huawei I Do Care – One Heart for a Fully Connected and Prosperous Indonesia".
Melalui program tersebut, Huawei berupaya untuk meningkatkan konektivitas dan inklusi digital ke sekolah-sekolah di Sorong dan Biak, Papua Barat, serta panti asuhan di 14 kota di seluruh Indonesia.
Kegiatan itu merupakan bagian dari realisasi komitmen Huawei untuk membangun konektivitas dan memberikan akses terhadap pendidikan inklusif kepada anak-anak, terutama mereka yang tinggal di pedesaan dan pulau-pulau terpencil.
Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika Dedy Permadi mengapresiasi Huawei Indonesia yang telah memiliki inisiatif untuk menjangkau anak-anak di Papua dan Papua Barat agar bisa terkoneksi secara baik dengan internet.
"Internet ini seperti pedang bermata dua. Untuk itu, tugas kita bersama, baik pemerintah, pihak swasta, maupun masyarakat umum, adalah memastikan bahwa internet digunakan secara positif, produktif, dan kreatif oleh seluruh pengguna internet di Indonesia," ujar Dedy dalam rilis pers, Sabtu.
Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak Agustina Erni menyatakan bahwa anak menempati sepertiga komposisi dari seluruh penduduk indonesia dan menjadi kunci kesuksesan dari keberhasilan bangsa di masa depan.
Sehingga, setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta perlindungan terhadap berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, kata dia, bukan hanya menjadi tugas guru sebagai pendidik, tetapi juga seluruh sektor seperti orang tua, pemerintah, dunia usaha, lembaga masyarakat, media, dan masyarakat umum lainnya.
Pihaknya mengapresiasi komitmen Huawei meningkatkan konektivitas dan inklusivitas untuk mendukung arahan Presiden Joko Widodo dalam membangun Indonesia dari wilayah timur.
Agustina berharap dengan adanya dukungan perangkat teknologi dan akses internet untuk SD di Sorong dan Biak, dapat meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak yang tinggal di daerah perdesaan dan terpencil.
"Kami berharap upaya dan dukungan yang dilakukan oleh Huawei dapat direplikasi oleh perusahaan-perusahaan lain khususnya dalam upaya pemenuhan hak anak," ujar dia.
Dalam sambutannya, Vice President, Management Transformation, Huawei Indonesia Wang Bin mengatakan program Huawei CSR Ramadhan kali ini merupakan bagian dari pengembangan talenta digital, yang secara khusus menjembatani sekolah-sekolah di Papua dengan dunia digital.
Dia percaya bahwa anak-anak, terutama yang berada di pedesaan, berhak mendapatkan hak yang sama untuk menikmati konektivitas dan pendidikan.
Tak dapat dipungkiri, kata dia, talenta digital menjadi dasar dari transformasi digital, sehingga diharapkan anak-anak akan dibekali dengan sarana untuk mengakses internet dan meningkatkan literasi digital.
“Transformasi digital ibarat seperti angin yang membawa kita maju untuk berlayar ke timur. Kami sadar bahwa infrastruktur teknologi dan konektivitas jaringan sangat dibutuhkan di Papua. Kedua ini akan memampukannya untuk berdaya saing seperti halnya seluruh wilayah di Indonesia," kata Wang Bin.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada tahun ini, Huawei juga menggelar acara CSR untuk panti asuhan di 14 kota di seluruh Indonesia. Ini adalah bagian dari komitmen I Do Huawei untuk memberikan kembali kepada komunitas di mana Huawei beroperasi.
“I Do” berasal dari kata, “Indonesia,” untuk menyoroti bahwa Huawei telah menjadi bagian dari Indonesia selama lebih dari 22 tahun.
Huawei berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi dan tanggung jawab sosial korporasi bagi masyarakat Indonesia dalam rangka mengembangkan talenta digital.
Sebelum tahun 2025, Huawei berkomitmen untuk membina 100 ribu talenta digital di Indonesia.
Sementara itu, Direktur Sekolah Dasar, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Sri Wahyuningsih mengatakan literasi dan inklusi digital menjadi kebutuhan mendasar bagi pelaksanaan konsep Merdeka Belajar.
Saat ini, pada jenjang sekolah dasar, masih cukup tinggi prosentase sekolah yang harus disiapkan untuk bertransformasi digital. Ragam kendala di dunia pendidikan tidak hanya terjadi di daerah terpencil, tapi juga di sekolah yang berada di perkotaan.
"Saya mengapresiasi Huawei dan ini merupakan wujud kontribusi Huawei dan tanggung jawab Huawei kepada dunia pendidikan yang merupakan semangat serentak bergerak untuk mewujudkan kualitas pendidikan Indonesia," ucapnya
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia Seto Mulyadi mengatakan literasi digital adalah keniscayaan di era sekarang untuk memenuhi hak belajar, karena belajar merupakan hak anak.
Literasi juga menjadikan anak-anak Indonesia memahami fungsi dan manfaat teknologi secara benar. Melalui teknologi, anak-anak dapat mengeksplorasi kecerdasan dan kreativitas.
"Saya berharap konektivitas segera merata sehingga teknologi di Indonesia bisa semakin inklusif. Untuk itu, kontribusi Huawei dalam rangka mewujudkan tujuan ini patut diapresiasi," ujar pria yang akrab disapa Kak Seto itu.
Acara ini juga mendapat dukungan dari media yang berperan untuk meningkatkan literasi digital dan pendidikan inklusif bagi masyarakat.
Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia Wenseslaus Manggut mengatakan kesenjangan digital masih terjadi di Indonesia. Sekitar 12.000 desa yang belum terjangkau internet,nsebagian besar berada di Indonesia Timur sehingga Kawasan tersebut menjadi salah satu wilayah yang perlu segera mendapatkan dukungan.
Oleh karena itu, media sebagai distributor informasi dinilai perlu berkolaborasi dengan berbagai stakeholder mulai dari pemerintah, dunia pendidikan, pelaku industrl dan masyarakat umum agar tidak ada kesenjangan informasi di Indonesia.
"Kami mengapresiasi upaya Huawei dalam turut mengakselerasi pemerataan konektivitas dan peningkatan literasi serta inklusi digital," kata dia.
Melalui program tersebut, Huawei berupaya untuk meningkatkan konektivitas dan inklusi digital ke sekolah-sekolah di Sorong dan Biak, Papua Barat, serta panti asuhan di 14 kota di seluruh Indonesia.
Kegiatan itu merupakan bagian dari realisasi komitmen Huawei untuk membangun konektivitas dan memberikan akses terhadap pendidikan inklusif kepada anak-anak, terutama mereka yang tinggal di pedesaan dan pulau-pulau terpencil.
Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika Dedy Permadi mengapresiasi Huawei Indonesia yang telah memiliki inisiatif untuk menjangkau anak-anak di Papua dan Papua Barat agar bisa terkoneksi secara baik dengan internet.
"Internet ini seperti pedang bermata dua. Untuk itu, tugas kita bersama, baik pemerintah, pihak swasta, maupun masyarakat umum, adalah memastikan bahwa internet digunakan secara positif, produktif, dan kreatif oleh seluruh pengguna internet di Indonesia," ujar Dedy dalam rilis pers, Sabtu.
Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak Agustina Erni menyatakan bahwa anak menempati sepertiga komposisi dari seluruh penduduk indonesia dan menjadi kunci kesuksesan dari keberhasilan bangsa di masa depan.
Sehingga, setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta perlindungan terhadap berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, kata dia, bukan hanya menjadi tugas guru sebagai pendidik, tetapi juga seluruh sektor seperti orang tua, pemerintah, dunia usaha, lembaga masyarakat, media, dan masyarakat umum lainnya.
Pihaknya mengapresiasi komitmen Huawei meningkatkan konektivitas dan inklusivitas untuk mendukung arahan Presiden Joko Widodo dalam membangun Indonesia dari wilayah timur.
Agustina berharap dengan adanya dukungan perangkat teknologi dan akses internet untuk SD di Sorong dan Biak, dapat meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak yang tinggal di daerah perdesaan dan terpencil.
"Kami berharap upaya dan dukungan yang dilakukan oleh Huawei dapat direplikasi oleh perusahaan-perusahaan lain khususnya dalam upaya pemenuhan hak anak," ujar dia.
Dalam sambutannya, Vice President, Management Transformation, Huawei Indonesia Wang Bin mengatakan program Huawei CSR Ramadhan kali ini merupakan bagian dari pengembangan talenta digital, yang secara khusus menjembatani sekolah-sekolah di Papua dengan dunia digital.
Dia percaya bahwa anak-anak, terutama yang berada di pedesaan, berhak mendapatkan hak yang sama untuk menikmati konektivitas dan pendidikan.
Tak dapat dipungkiri, kata dia, talenta digital menjadi dasar dari transformasi digital, sehingga diharapkan anak-anak akan dibekali dengan sarana untuk mengakses internet dan meningkatkan literasi digital.
“Transformasi digital ibarat seperti angin yang membawa kita maju untuk berlayar ke timur. Kami sadar bahwa infrastruktur teknologi dan konektivitas jaringan sangat dibutuhkan di Papua. Kedua ini akan memampukannya untuk berdaya saing seperti halnya seluruh wilayah di Indonesia," kata Wang Bin.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada tahun ini, Huawei juga menggelar acara CSR untuk panti asuhan di 14 kota di seluruh Indonesia. Ini adalah bagian dari komitmen I Do Huawei untuk memberikan kembali kepada komunitas di mana Huawei beroperasi.
“I Do” berasal dari kata, “Indonesia,” untuk menyoroti bahwa Huawei telah menjadi bagian dari Indonesia selama lebih dari 22 tahun.
Huawei berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi dan tanggung jawab sosial korporasi bagi masyarakat Indonesia dalam rangka mengembangkan talenta digital.
Sebelum tahun 2025, Huawei berkomitmen untuk membina 100 ribu talenta digital di Indonesia.
Sementara itu, Direktur Sekolah Dasar, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Sri Wahyuningsih mengatakan literasi dan inklusi digital menjadi kebutuhan mendasar bagi pelaksanaan konsep Merdeka Belajar.
Saat ini, pada jenjang sekolah dasar, masih cukup tinggi prosentase sekolah yang harus disiapkan untuk bertransformasi digital. Ragam kendala di dunia pendidikan tidak hanya terjadi di daerah terpencil, tapi juga di sekolah yang berada di perkotaan.
"Saya mengapresiasi Huawei dan ini merupakan wujud kontribusi Huawei dan tanggung jawab Huawei kepada dunia pendidikan yang merupakan semangat serentak bergerak untuk mewujudkan kualitas pendidikan Indonesia," ucapnya
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia Seto Mulyadi mengatakan literasi digital adalah keniscayaan di era sekarang untuk memenuhi hak belajar, karena belajar merupakan hak anak.
Literasi juga menjadikan anak-anak Indonesia memahami fungsi dan manfaat teknologi secara benar. Melalui teknologi, anak-anak dapat mengeksplorasi kecerdasan dan kreativitas.
"Saya berharap konektivitas segera merata sehingga teknologi di Indonesia bisa semakin inklusif. Untuk itu, kontribusi Huawei dalam rangka mewujudkan tujuan ini patut diapresiasi," ujar pria yang akrab disapa Kak Seto itu.
Acara ini juga mendapat dukungan dari media yang berperan untuk meningkatkan literasi digital dan pendidikan inklusif bagi masyarakat.
Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia Wenseslaus Manggut mengatakan kesenjangan digital masih terjadi di Indonesia. Sekitar 12.000 desa yang belum terjangkau internet,nsebagian besar berada di Indonesia Timur sehingga Kawasan tersebut menjadi salah satu wilayah yang perlu segera mendapatkan dukungan.
Oleh karena itu, media sebagai distributor informasi dinilai perlu berkolaborasi dengan berbagai stakeholder mulai dari pemerintah, dunia pendidikan, pelaku industrl dan masyarakat umum agar tidak ada kesenjangan informasi di Indonesia.
"Kami mengapresiasi upaya Huawei dalam turut mengakselerasi pemerataan konektivitas dan peningkatan literasi serta inklusi digital," kata dia.