Jakarta (ANTARA) -
PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) bekerja sama dengan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) seiring ditandatanganinya nota kesepahaman antara kedua pihak tentang rencana pengembangan bisnis hilirisasi gas bumi, seperti blue ammonia, metanol, optimalisasi penggunaan gas PIM, serta potensi pengembangan lainnya, di KEK Arun Lhokseumawe Aceh.
“Pupuk Indonesia selaku induk holding sangat mendukung kerja sama ini. Saat ini perusahaan memang telah mempunyai roadmap program dekarbonisasi melalui pemanfaatan sumber energi bersih yang berasal dari energi terbarukan untuk pabrik-pabrik pupuk di masa mendatang,” kata Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Bakir Pasaman yang menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman tersebut.
Selain optimalisasi pemanfaatan CO2 sebagai bahan baku, kerja sama tersebut juga melakukan pengembangan blue ammonia dan green ammonia.
“Pupuk Indonesia juga sudah menandatangani MoU dengan PLN dan Pertamina untuk pengembangan green industry cluster melalui penyediaan energi dalam pengembangan green ammonia,” kata Bakir melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Direktur Utama PIM Budi Santoso Syarif menyatakan salah satu rencana PIM ke depan adalah mengembangkan blue ammonia di lahan Iskandar Muda Industrial Area (IMIA) dengan menggandeng PGN sebagai penyedia gas alam.
“Tidak menutup kemungkinan untuk membangun pabrik ammonia baru dan PIM akan menyediakan lahan dan utilitas untuk operasional pabrik serta mengoperasikan pabrik blue ammonia nantinya, karena pengalaman panjang PIM dalam pengoperasian pabrik pupuk,” kata Budi.
Dia menjelaskan CO2 yang dihasilkan di pabrik ammonia akan dimanfaatkan dan diproses lebih lanjut dalam bentuk CCS (Carbon Capture Storage) atau CCUS (Carbon Capture Utilization Unit) sehingga ammonia yang diproduksi menjadi blue ammonia.
“Kami berkomitmen dalam melayani kebutuhan gas untuk sektor pupuk melalui afiliasi Perta Arun Gas (PAG), serta siap berkolaborasi dengan PIM untuk mengembangkan sayap bisnis yang ramah lingkungan terutama terkait bisnis Blue Ammonia,” kata Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Heru Setiawan menambahkan.
Heru menjelaskan CO2 yang dihasilkan dari pabrik ammonia akan diinjeksi ke sumur minyak dan gas untuk menambah tonase oil recovery. Hal ini berpotensi meningkatkan profit bagi PGN dan PIM.
“Lokasi KEK Aceh Lhoukseumawe juga sangat strategis dengan akses jalur perdagangan internasional serta dikelilingi berbagai market, sehingga menjadi captive yang memiliki daya tarik investor. Subholding Gas akan mengoptimalkan peran dalam pengembangan layanan gas bumi maupun usaha potensial lainnya di KEK Aceh Lhoukseumawe,” katanya.
Saat ini blue ammonia dimanfaatkan sebagai bahan bakar tanpa karbon yang ramah lingkungan dan sejalan dengan Paris Agreement yang ditandatangani 196 negara pada 2015 dalam rangka mengawal reduksi emisi CO2 yang efektif berlaku tahun 2020.
Secara komersil, blue ammonia telah mulai dipasarkan secara global dan Jepang telah mulai menggunakan blue ammonia sebagai bagian dari Program NZE (Net Zero Emission) 2050 di mana rencananya mengkonversi semua pembangkit listrik dari batu bara ke blue dan green ammonia mulai tahun 2030.
Ia berharap langkah baik ini akan menjadi daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di KEK Arun Lhokseumawe sebagai lokomotif kemajuan Aceh di masa yang akan datang.
PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) bekerja sama dengan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) seiring ditandatanganinya nota kesepahaman antara kedua pihak tentang rencana pengembangan bisnis hilirisasi gas bumi, seperti blue ammonia, metanol, optimalisasi penggunaan gas PIM, serta potensi pengembangan lainnya, di KEK Arun Lhokseumawe Aceh.
“Pupuk Indonesia selaku induk holding sangat mendukung kerja sama ini. Saat ini perusahaan memang telah mempunyai roadmap program dekarbonisasi melalui pemanfaatan sumber energi bersih yang berasal dari energi terbarukan untuk pabrik-pabrik pupuk di masa mendatang,” kata Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Bakir Pasaman yang menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman tersebut.
Selain optimalisasi pemanfaatan CO2 sebagai bahan baku, kerja sama tersebut juga melakukan pengembangan blue ammonia dan green ammonia.
“Pupuk Indonesia juga sudah menandatangani MoU dengan PLN dan Pertamina untuk pengembangan green industry cluster melalui penyediaan energi dalam pengembangan green ammonia,” kata Bakir melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Direktur Utama PIM Budi Santoso Syarif menyatakan salah satu rencana PIM ke depan adalah mengembangkan blue ammonia di lahan Iskandar Muda Industrial Area (IMIA) dengan menggandeng PGN sebagai penyedia gas alam.
“Tidak menutup kemungkinan untuk membangun pabrik ammonia baru dan PIM akan menyediakan lahan dan utilitas untuk operasional pabrik serta mengoperasikan pabrik blue ammonia nantinya, karena pengalaman panjang PIM dalam pengoperasian pabrik pupuk,” kata Budi.
Dia menjelaskan CO2 yang dihasilkan di pabrik ammonia akan dimanfaatkan dan diproses lebih lanjut dalam bentuk CCS (Carbon Capture Storage) atau CCUS (Carbon Capture Utilization Unit) sehingga ammonia yang diproduksi menjadi blue ammonia.
“Kami berkomitmen dalam melayani kebutuhan gas untuk sektor pupuk melalui afiliasi Perta Arun Gas (PAG), serta siap berkolaborasi dengan PIM untuk mengembangkan sayap bisnis yang ramah lingkungan terutama terkait bisnis Blue Ammonia,” kata Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Heru Setiawan menambahkan.
Heru menjelaskan CO2 yang dihasilkan dari pabrik ammonia akan diinjeksi ke sumur minyak dan gas untuk menambah tonase oil recovery. Hal ini berpotensi meningkatkan profit bagi PGN dan PIM.
“Lokasi KEK Aceh Lhoukseumawe juga sangat strategis dengan akses jalur perdagangan internasional serta dikelilingi berbagai market, sehingga menjadi captive yang memiliki daya tarik investor. Subholding Gas akan mengoptimalkan peran dalam pengembangan layanan gas bumi maupun usaha potensial lainnya di KEK Aceh Lhoukseumawe,” katanya.
Saat ini blue ammonia dimanfaatkan sebagai bahan bakar tanpa karbon yang ramah lingkungan dan sejalan dengan Paris Agreement yang ditandatangani 196 negara pada 2015 dalam rangka mengawal reduksi emisi CO2 yang efektif berlaku tahun 2020.
Secara komersil, blue ammonia telah mulai dipasarkan secara global dan Jepang telah mulai menggunakan blue ammonia sebagai bagian dari Program NZE (Net Zero Emission) 2050 di mana rencananya mengkonversi semua pembangkit listrik dari batu bara ke blue dan green ammonia mulai tahun 2030.
Ia berharap langkah baik ini akan menjadi daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di KEK Arun Lhokseumawe sebagai lokomotif kemajuan Aceh di masa yang akan datang.