Jakarta (ANTARA) - Perkumpulan Dokter Indonesia Bersatu (PDIB) mengatakan gejala Omicron mirip flu dengan kecenderungan menyebabkan gejala ringan pada penderita COVID-19.
"Khusus pada varian Omicron ini memang sangat 'menipu' karena gejalanya pada umumnya ringan dan bahkan tidak mirip dengan gejala infeksi COVID-19, namun lebih mirip gejala infeksi flu yang biasa," kata Ketua Umum PDIB James Allan Rarung saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Ia menuturkan gejala penularan varian Omicron, antara lain batuk, pilek dan demam ringan, badan terasa lelah dan capai, sakit kepala, sakit tenggorokan ringan dan mungkin juga ada gangguan pencernaan, seperti mual, muntah, dan diare.
"Umumnya pada varian Omicron ini tidak sampai membuat hilang penciuman dan sesak napas ataupun demam tinggi, seperti varian COVID-19 sebelumnya," ujarnya.
Namun, James mengatakan pada individu yang memiliki komorbid atau usia lanjut dengan daya tahan yang menurun, gejala varian Omicron bisa saja lebih berat sehingga tetap harus diwaspadai.
Varian Omicron lebih cepat menular dibandingkan dengan Delta. Omicron cenderung tidak bergejala dan menyebabkan gejala ringan pada penderita COVID-19.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia terus mengimbau masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan karena Omicron cenderung tidak bergejala.
Kementerian Kesehatan mendorong pemerintah daerah melakukan penguatan pengujian dan pelacakan kontak. Penguatan pengurutan genom menyeluruh (whole genom sequencing) juga terus dilakukan dan pemanfaatan aplikasi PeduliLindungi harus diperkuat.
Walaupun kenaikan kasusnya lebih cepat dan tinggi, jumlah kasus akan lebih banyak dan penularan lebih cepat, tetapi angka rawat inap di rumah sakit untuk penderita COVID-19 dengan varian Omicron lebih rendah dibandingkan dengan yang disebabkan varian Delta.
"Khusus pada varian Omicron ini memang sangat 'menipu' karena gejalanya pada umumnya ringan dan bahkan tidak mirip dengan gejala infeksi COVID-19, namun lebih mirip gejala infeksi flu yang biasa," kata Ketua Umum PDIB James Allan Rarung saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Ia menuturkan gejala penularan varian Omicron, antara lain batuk, pilek dan demam ringan, badan terasa lelah dan capai, sakit kepala, sakit tenggorokan ringan dan mungkin juga ada gangguan pencernaan, seperti mual, muntah, dan diare.
"Umumnya pada varian Omicron ini tidak sampai membuat hilang penciuman dan sesak napas ataupun demam tinggi, seperti varian COVID-19 sebelumnya," ujarnya.
Namun, James mengatakan pada individu yang memiliki komorbid atau usia lanjut dengan daya tahan yang menurun, gejala varian Omicron bisa saja lebih berat sehingga tetap harus diwaspadai.
Varian Omicron lebih cepat menular dibandingkan dengan Delta. Omicron cenderung tidak bergejala dan menyebabkan gejala ringan pada penderita COVID-19.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia terus mengimbau masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan karena Omicron cenderung tidak bergejala.
Kementerian Kesehatan mendorong pemerintah daerah melakukan penguatan pengujian dan pelacakan kontak. Penguatan pengurutan genom menyeluruh (whole genom sequencing) juga terus dilakukan dan pemanfaatan aplikasi PeduliLindungi harus diperkuat.
Walaupun kenaikan kasusnya lebih cepat dan tinggi, jumlah kasus akan lebih banyak dan penularan lebih cepat, tetapi angka rawat inap di rumah sakit untuk penderita COVID-19 dengan varian Omicron lebih rendah dibandingkan dengan yang disebabkan varian Delta.