Jakarta (ANTARA) - Seolah seluruh dunia tumpah ruah menyaksikannya, Yuzuru Hanyu menginjak es limpiade Beijing pada Kamis, guna memburu penghargaan utama dalam lompatan seluncur indah yang dia rindukan sejak masih kecil.

Dan mimpi itu tak terwujud, bahkan memicu akhir dari sebuah era.

Setelah antisipasi yang menggamangkan, seluncur bebas Hanyu yang diawali iringan "Heaven and Earth" karya komponis Isao Tomita dibuka dengan napas tertahan dan kemudian terjatuh pada lompatan pertama dari Quadraple Axel yang dia bidik dengan tekad yang kuat.

Quadraple Axel adalah empat gerakan lompat yang diambil dari nama pelompat penemunya Axel Paulsen, atlet seluncur indah Norwegia.

Mengenakan kostum aquamarine keemasan yang sesuai dengan julukanya "Pangeran Es", Hanyu kemudian juga jatuh pada lompatan berikutnya. Itu sangat berbeda 180 derajat dengan penampilannya yang memukau yang membuatnya menyabet medali emas kedua berturut-turut di Pyeongchang empat tahun lalu.

Hanyu menempati posisi keempat dalam kontes tunggal putra, di belakang Nathan Chen dari Amerika Serikat dan dua rekan senegaranya Yuma Kagiyama dan Shoma Uno.

Sambil membungkuk dalam-dalam untuk menghormati tepuk tangan yang meriah dan menyentuh es sebelum turun dari arena, atlet berusia 27 tahun itu terduduk sendirian menangis. Dia tak mau didampingi pelatihnya Brian Orser.

"Sungguh penuh emosi," kata Hanyu kemudian, sambil berjuang keras menutupi emosinya. "Saya sudah bekerja keras. Saya memberikan semua yang saya miliki."

Saat ditanya apakah dia akan berlaga dalam kejuaraan dunia bulan depan, atau melanjutkan ambisinya dalam mempertontonkan gerakan quadraple Axel atau "4A", Hanyu mengaku butuh waktu untuk berpikir.

Dua hari yang lalu, juara dunia dua kali itu mengejutkan penonton dengan agak limbung pada lompatan pembukanya dalam nomor pendek sehingga terpaksa masuk putaran final pada tempat kedelapan.

"Sulit untuk menerimanya," kata dia tentang insiden itu. "Saya sudah memberikan semua yang bisa saya berikan hingga hari ini meskipun rasanya tidak membuahkan hasil."

Hanyu mengaku telah pulih dari cedera pergelangan kaki kanannya.

Ditanya tentang pengalaman Olimpiade ketiganya, Hanyu menjawab hampir tersedak, "Sama sekali tidak menyenangkan. Banyak yang harus diambil."

Namun, para pesaingnya justru mengungkapkan hormat dan kekaguman.

"Menurut pendapat saya, dia skater terhebat yang pernah ada," kata Chen setelah meraih medali emas.

"Saya rasa saya tak bisa melakukan apa yang dia lakukan," kata Uno yang meraih medali perunggu. "Dia memikul sendirian harapan dan tekanan semua orang."

 

Pewarta : Jafar M Sidik
Editor : Agus Wira Sukarta
Copyright © ANTARA 2024