Jakarta (ANTARA) - Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa mendorong prajurit dan pegawai aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Tentara Nasional Indonesia untuk mengambil pendidikan dokter spesialis.
Menurut Panglima, TNI juga perlu menambah jumlah dokter spesialisnya karena saat ini ada kekurangan dokter spesialis di Indonesia.
“Jadi, saya ingin data tentang dokter spesialis yang ada di masing-masing angkatan (matra), karena saya ingin melakukan terobosan (mengatasi kekurangan dokter spesialis),” kata Andika saat rapat terbatas bersama jajarannya di Pusat Kesehatan TNI sebagaimana disiarkan kanal Youtube Jenderal TNI Andika Perkasa di Jakarta, Kamis.
Oleh karena itu, ia berharap para prajurit dan ASN di lingkungan TNI dapat memanfaatkan kerja sama pendidikan dokter spesialis antara Universitas Airlangga dan Tentara Nasional Indonesia yang diresmikan minggu lalu.
“Kita harus memenuhi dulu (jumlah dokter spesialis), kalau tidak kita terseok-seok. Oleh karena itu, mumpung ada ide yang sangat kreatif dari Universitas Airlangga untuk menambah, mempercepat pendidikan dokter spesialis,” terang Panglima ke jajarannya.
Andika Perkasa menggelar rapat terbatas bersama Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) TNI Mayjen TNI dr. Budiman, Kapuskes TNI AD (Kapuskesad) Mayjen TNI dr. Purwo Setyanto, Kepala Dinas Kesehatan TNI AL (Kadiskesal) Laksamana Pertama TNI dr. Agus Guntoro, dan Kepala Dinas Kesehatan TNI AU (Kadiskesau) Marsma TNI Dr. dr. Isdwiranto Istanto.
Dalam pertemuan itu, Panglima TNI meminta jajarannya menentukan rumah sakit yang akan ditunjuk untuk menampung para mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
“Tugas berikutnya RS mana di masing-masing angkatan yang kemudian bisa dijadikan tempat pendidikan. Maksudnya, pendidikan di Universitas Airlangga, tetapi praktiknya nanti dititipkan kepada RS, RS, ya RS kita,” kata Panglima.
Dalam kesempatan itu, ia menegaskan bahwa kerja sama antara TNI dan Universitas Airlangga tidak sampai menyediakan beasiswa.
“Kami hanya mempermudah ini, memang tidak sampai dengan penyiapan beasiswa, tetapi dengan mempermudah seperti ini untuk dokter umum diterima mahasiswa PPDS lebih tinggi akhirnya. Saya rasa itu juga sudah sangat membantu,” kata Andika Perkasa.
Panglima di Surabaya, Jumat minggu lalu (4/2), menghadiri penandatanganan nota kesepahaman kerja sama pendidikan dokter spesialis antara Universitas Airlangga dan TNI.
Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. Mohammad Nasih pada acara itu menyampaikan Indonesia masih kekurangan dokter umum dan dokter spesialis sehingga kesenjangan atau disparitas pelayanan kesehatan antardaerah masih terjadi.
Ia menyebut Indonesia sejauh ini memiliki sekitar 41.000 dokter spesialis dan 145.000 dokter umum. Namun jumlah itu belum memadai, karena satu orang dokter spesialis masih harus melayani lebih dari 6.000 orang, kata Prof. Nasih sebagaimana dikutip dari laman resmi Universitas Airlangga.
Menurut Panglima, TNI juga perlu menambah jumlah dokter spesialisnya karena saat ini ada kekurangan dokter spesialis di Indonesia.
“Jadi, saya ingin data tentang dokter spesialis yang ada di masing-masing angkatan (matra), karena saya ingin melakukan terobosan (mengatasi kekurangan dokter spesialis),” kata Andika saat rapat terbatas bersama jajarannya di Pusat Kesehatan TNI sebagaimana disiarkan kanal Youtube Jenderal TNI Andika Perkasa di Jakarta, Kamis.
Oleh karena itu, ia berharap para prajurit dan ASN di lingkungan TNI dapat memanfaatkan kerja sama pendidikan dokter spesialis antara Universitas Airlangga dan Tentara Nasional Indonesia yang diresmikan minggu lalu.
“Kita harus memenuhi dulu (jumlah dokter spesialis), kalau tidak kita terseok-seok. Oleh karena itu, mumpung ada ide yang sangat kreatif dari Universitas Airlangga untuk menambah, mempercepat pendidikan dokter spesialis,” terang Panglima ke jajarannya.
Andika Perkasa menggelar rapat terbatas bersama Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) TNI Mayjen TNI dr. Budiman, Kapuskes TNI AD (Kapuskesad) Mayjen TNI dr. Purwo Setyanto, Kepala Dinas Kesehatan TNI AL (Kadiskesal) Laksamana Pertama TNI dr. Agus Guntoro, dan Kepala Dinas Kesehatan TNI AU (Kadiskesau) Marsma TNI Dr. dr. Isdwiranto Istanto.
Dalam pertemuan itu, Panglima TNI meminta jajarannya menentukan rumah sakit yang akan ditunjuk untuk menampung para mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
“Tugas berikutnya RS mana di masing-masing angkatan yang kemudian bisa dijadikan tempat pendidikan. Maksudnya, pendidikan di Universitas Airlangga, tetapi praktiknya nanti dititipkan kepada RS, RS, ya RS kita,” kata Panglima.
Dalam kesempatan itu, ia menegaskan bahwa kerja sama antara TNI dan Universitas Airlangga tidak sampai menyediakan beasiswa.
“Kami hanya mempermudah ini, memang tidak sampai dengan penyiapan beasiswa, tetapi dengan mempermudah seperti ini untuk dokter umum diterima mahasiswa PPDS lebih tinggi akhirnya. Saya rasa itu juga sudah sangat membantu,” kata Andika Perkasa.
Panglima di Surabaya, Jumat minggu lalu (4/2), menghadiri penandatanganan nota kesepahaman kerja sama pendidikan dokter spesialis antara Universitas Airlangga dan TNI.
Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. Mohammad Nasih pada acara itu menyampaikan Indonesia masih kekurangan dokter umum dan dokter spesialis sehingga kesenjangan atau disparitas pelayanan kesehatan antardaerah masih terjadi.
Ia menyebut Indonesia sejauh ini memiliki sekitar 41.000 dokter spesialis dan 145.000 dokter umum. Namun jumlah itu belum memadai, karena satu orang dokter spesialis masih harus melayani lebih dari 6.000 orang, kata Prof. Nasih sebagaimana dikutip dari laman resmi Universitas Airlangga.