Bandarlampung (ANTARA) - Kelompok tani (poktan) Agroentrepreneur Desa Cintamulya Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan, berhasil membuat masker dari pati bengkuang.
"Kami berkolaborasi dengan Institut Teknologi Sumatera (Itera) membuat masker dari pati bengkuang," kata Penggerak Pemuda Desa Cintamulya, Hartanto, di Desa Cintamulya, Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan, Rabu.
Pihaknya bersama Program Studi Teknologi Pangan Itera menginisiasi pembuatan masker tersebut.
Menurutnya, permasalahan awal dari pembuatan produk ini, yaitu murahnya harga jual bengkuang yang dihasilkan dari petani di Desa Cintamulya ini.
Hartanto yang juga Koordinator Program Desa Cerdas (Smart Village) Desa Cinta Mulya itu mengatakan saat ini harga bengkuang sekitar Rp4.000 per ikat.
Sementara produksi bengkuang di Desa Cintamulya cukup besar mencapai sekitar 9 ton per hari.
"Sebagian besar bengkuang dikirim ke Jakarta. Sisanya dijual ke sejumlah pasar di Lampung Selatan dan Kota Bandarlampung," ujarnya.
Menurutnya, melihat produksi komoditas bengkuang yang cukup besar itu, akan lebih baik membuat produk yang lebih bernilai dari segi ekonomi.
Akhirnya, berkat bimbingan dari Itera, proses pembuatan masker dari pati bengkuang sekitar beberapa bulan lalu dapat berlangsung hingga sekarang.
Proses awal pembuatan masker ini juga ditemani oleh teman-teman mahasiswa KKN Itera dari berbagai macam program studi.
Terkait pemasaran, ia mengaku masih terbatas di lingkungan sekitar desa dan kecamatan saja.
"Mudah-mudahan setelah mendapatkan izin dari BPOM, kami akan memperluas pemasarannya," kata dia.
Harga masker ini juga tergolong cukup murah sekitar Rp8 ribu hingga Rp10.000 per bungkus.
Ia menjelaskan masker ini dapat digunakan untuk berbagai kalangan usia, baik remaja ataupun dewasa karena tidak menimbulkan efek samping selama digunakan dalam takaran yang wajar.
Penggunaan masker ini terbilang mudah, hanya dengan mencampurkan air di wadah yang bersih lalu oleskan ke wajah atau daerah kulit lainnya yang terlihat kusam. Air bisa digantikan dengan madu dalam proses pencampurannya jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal.
Hartanto berharap masker ini mampu menjadi salah satu produk unggulan yang berkelanjutan untuk Desa Cintamulya dan mendapatkan nilai ekonomi bagi masyarakat setempat.*
"Kami berkolaborasi dengan Institut Teknologi Sumatera (Itera) membuat masker dari pati bengkuang," kata Penggerak Pemuda Desa Cintamulya, Hartanto, di Desa Cintamulya, Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan, Rabu.
Pihaknya bersama Program Studi Teknologi Pangan Itera menginisiasi pembuatan masker tersebut.
Menurutnya, permasalahan awal dari pembuatan produk ini, yaitu murahnya harga jual bengkuang yang dihasilkan dari petani di Desa Cintamulya ini.
Hartanto yang juga Koordinator Program Desa Cerdas (Smart Village) Desa Cinta Mulya itu mengatakan saat ini harga bengkuang sekitar Rp4.000 per ikat.
Sementara produksi bengkuang di Desa Cintamulya cukup besar mencapai sekitar 9 ton per hari.
"Sebagian besar bengkuang dikirim ke Jakarta. Sisanya dijual ke sejumlah pasar di Lampung Selatan dan Kota Bandarlampung," ujarnya.
Menurutnya, melihat produksi komoditas bengkuang yang cukup besar itu, akan lebih baik membuat produk yang lebih bernilai dari segi ekonomi.
Akhirnya, berkat bimbingan dari Itera, proses pembuatan masker dari pati bengkuang sekitar beberapa bulan lalu dapat berlangsung hingga sekarang.
Proses awal pembuatan masker ini juga ditemani oleh teman-teman mahasiswa KKN Itera dari berbagai macam program studi.
Terkait pemasaran, ia mengaku masih terbatas di lingkungan sekitar desa dan kecamatan saja.
"Mudah-mudahan setelah mendapatkan izin dari BPOM, kami akan memperluas pemasarannya," kata dia.
Harga masker ini juga tergolong cukup murah sekitar Rp8 ribu hingga Rp10.000 per bungkus.
Ia menjelaskan masker ini dapat digunakan untuk berbagai kalangan usia, baik remaja ataupun dewasa karena tidak menimbulkan efek samping selama digunakan dalam takaran yang wajar.
Penggunaan masker ini terbilang mudah, hanya dengan mencampurkan air di wadah yang bersih lalu oleskan ke wajah atau daerah kulit lainnya yang terlihat kusam. Air bisa digantikan dengan madu dalam proses pencampurannya jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal.
Hartanto berharap masker ini mampu menjadi salah satu produk unggulan yang berkelanjutan untuk Desa Cintamulya dan mendapatkan nilai ekonomi bagi masyarakat setempat.*