Bandarlampung (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung meresmikan "Eko Bee Park " di Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul Rachman guna memudahkan masyarakat di kawasan hutan itu menjual produk hutan berkualitas, seperti madu, kepada wisatawan.
"Brand hutan Lampung dan Eko Bee Park ini diharapkan dapat menyatukan produk-produk hutan yang sudah dihasilkan oleh petani," kata Kepala Dinas Kehutanan Lampung, Yanyan Ruchmansyah, di Bandarlampung, Minggu.
Menurutnya, sejauh ini produk hutan yang dijual terpisah oleh masyarakat di pinggir kawasan hutan sehingga pihaknya pun mencoba menghimpun hasil-hasil hutan dari 17 Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) melalui Eko Bee Park.
"Kami coba untuk himpun lagi produk-produk hutan dari 17 KPH, dan di sini, di Eko Bee Park adalah salah satu outletnya. Nama semua sama, yaitu brand produk hutan Lampung, namun identitas dari kelompok penghasil dari daerah tertentu tetap di munculkan," kata dia.
Ia menjelaskan bahwa Eko Bee Park Tahura Wan Abdul Rachman merupakan outlet madu hutan yang dihasilkan dan diproduksi para petani yang ada di seluruh KPH di Lampung.
"Di sini ada jalur wisata yang sudah dibangun oleh pengelola sehingga Eko Bee Park Tahura Wan Abdul Rachman dapat jadi titik singgah wisatawan serta menjadi tempat mencari oleh-oleh. Itu yang kami harapkan," ujarnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekdaprov Lampung, Kusnardi menginginkan Tahura Wan Abdul Rahman tidak hanya menjual madu, namun produk-produk hutan lainnya pun dapat dijajakan di tempat ini.
"Dengan diresmikanya brand produk hutan Lampung dan Eko Bee Park Tahura Wan Abdul Rachman ini, semua hasil hutan akan dipayungi oleh brand hutan Lampung sehingga saya harap juga nilai komoditi dari kawasan dalam hutan dapat lebih tinggi dan membawa kesejahteraan bagi petani," kata dia.
Namun ia pun mengingatkan bahwa produk-produk hutan yang akan dipromosikan di Eko Bee Park Tahura Wan Abdul Rachman pun harus dilengkapi dengan sertifikat keamanan pangan serta lainnya.
"Sehingga dengan ditambah sertifikat keamanan pagan, halal dan seterusnya, bahkan mereka pun dapat menambahkan cerita di dalam kemasan produk yang dihasilkan agar terdapat nilai jual dalam produk hutan itu," katanya.
"Brand hutan Lampung dan Eko Bee Park ini diharapkan dapat menyatukan produk-produk hutan yang sudah dihasilkan oleh petani," kata Kepala Dinas Kehutanan Lampung, Yanyan Ruchmansyah, di Bandarlampung, Minggu.
Menurutnya, sejauh ini produk hutan yang dijual terpisah oleh masyarakat di pinggir kawasan hutan sehingga pihaknya pun mencoba menghimpun hasil-hasil hutan dari 17 Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) melalui Eko Bee Park.
"Kami coba untuk himpun lagi produk-produk hutan dari 17 KPH, dan di sini, di Eko Bee Park adalah salah satu outletnya. Nama semua sama, yaitu brand produk hutan Lampung, namun identitas dari kelompok penghasil dari daerah tertentu tetap di munculkan," kata dia.
Ia menjelaskan bahwa Eko Bee Park Tahura Wan Abdul Rachman merupakan outlet madu hutan yang dihasilkan dan diproduksi para petani yang ada di seluruh KPH di Lampung.
"Di sini ada jalur wisata yang sudah dibangun oleh pengelola sehingga Eko Bee Park Tahura Wan Abdul Rachman dapat jadi titik singgah wisatawan serta menjadi tempat mencari oleh-oleh. Itu yang kami harapkan," ujarnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekdaprov Lampung, Kusnardi menginginkan Tahura Wan Abdul Rahman tidak hanya menjual madu, namun produk-produk hutan lainnya pun dapat dijajakan di tempat ini.
"Dengan diresmikanya brand produk hutan Lampung dan Eko Bee Park Tahura Wan Abdul Rachman ini, semua hasil hutan akan dipayungi oleh brand hutan Lampung sehingga saya harap juga nilai komoditi dari kawasan dalam hutan dapat lebih tinggi dan membawa kesejahteraan bagi petani," kata dia.
Namun ia pun mengingatkan bahwa produk-produk hutan yang akan dipromosikan di Eko Bee Park Tahura Wan Abdul Rachman pun harus dilengkapi dengan sertifikat keamanan pangan serta lainnya.
"Sehingga dengan ditambah sertifikat keamanan pagan, halal dan seterusnya, bahkan mereka pun dapat menambahkan cerita di dalam kemasan produk yang dihasilkan agar terdapat nilai jual dalam produk hutan itu," katanya.