Jakarta (ANTARA) - Gubernur Jakarta DKI Jakarta Anies Baswedan memuji film animasi "Nussa" yang digarap oleh Visinema dan The Little Giantz.
“Teknologinya yang dihasilkan canggih, dirasakan manfaatnya, dan 100 persen diproduksi oleh anak bangsa Indonesia," puji Anies usai menonton "Nussa" dengan sang istri, Fery Farhati, di Epicentrum XXI, Selasa (26/10), dikutip dari keterangan resmi, Jumat.
Selain berteknologi canggih, Anies juga memuji "Nussa" sebagai film yang membanggakan.
“Film Nussa sungguh menghibur, ceritanya hangat. Film animasi yang digarap dengan serius, penuh passion, dan hasilnya kelas dunia. Benar-benar membanggakan!”
"Nussa" digarap selama hampir tiga tahun, dikemas lewat cerita yang dekat dengan keluarga dan menggunakan teknologi animasi terkini.
“Kami berupaya dalam menghasilkan karya terbaik dengan mengembangkan teknologi animasi terkini, yang tentu lebih baik dari versi serialnya di YouTube. Salah satunya adalah penggunaan teknologi hair-system, di mana setiap rambut karakter film Nussa dibuat per helai demi mendapatkan detail visual yang tajam. Sebagai kreator, kami memberikan ikhtiar terbaik kami dalam membuat film ini dan berharap para penonton dapat ikut hanyut menikmati filmnya,” jelas sutradara Bony Wirasmono.
Setelah dua pekan dirilis di bioskop, per 28 Oktober film animasi ini sudah ditonton leboh dari 150.000 penonton.
Film ini berkisah tentang seorang anak berusia 9 tahun bernama Nussa yang berpartisipasi dalam kompetisi sains di sekolahnya untuk membuat ayahnya bangga. Namun eksperimen roketnya gagal dan perhatian jatuh ke roket Jonni, anak baru di sekolah sekaligus rival lomba bagi Nussa.
Berbeda dengan versi edutainment series-nya, versi film menghadirkan eksplorasi setiap karakter di dalamnya. Produser Anggia Kharisma mengatakan pihaknya ingin memperkenalkan semesta kehidupan Nussa yang tidak pernah ditampilkan di versi edutainment series, salah satunya kehadiran karakter Abba (ayah Nussa) yang pertama kali ditampilkan di versi film.
Anggia menyebutkan melalui penggambaran di dalam film, karakter Nussa dibiarkan tampil mengalir menjadi manusiawi yang memiliki rasa cemburu bahkan egois. Ia dan tim memiliki visi bahwa suatu ide atau cerita dapat mengalir dengan baik karena mengandung relevansi di kehidupan semua kalangan.
“Teknologinya yang dihasilkan canggih, dirasakan manfaatnya, dan 100 persen diproduksi oleh anak bangsa Indonesia," puji Anies usai menonton "Nussa" dengan sang istri, Fery Farhati, di Epicentrum XXI, Selasa (26/10), dikutip dari keterangan resmi, Jumat.
Selain berteknologi canggih, Anies juga memuji "Nussa" sebagai film yang membanggakan.
“Film Nussa sungguh menghibur, ceritanya hangat. Film animasi yang digarap dengan serius, penuh passion, dan hasilnya kelas dunia. Benar-benar membanggakan!”
"Nussa" digarap selama hampir tiga tahun, dikemas lewat cerita yang dekat dengan keluarga dan menggunakan teknologi animasi terkini.
“Kami berupaya dalam menghasilkan karya terbaik dengan mengembangkan teknologi animasi terkini, yang tentu lebih baik dari versi serialnya di YouTube. Salah satunya adalah penggunaan teknologi hair-system, di mana setiap rambut karakter film Nussa dibuat per helai demi mendapatkan detail visual yang tajam. Sebagai kreator, kami memberikan ikhtiar terbaik kami dalam membuat film ini dan berharap para penonton dapat ikut hanyut menikmati filmnya,” jelas sutradara Bony Wirasmono.
Setelah dua pekan dirilis di bioskop, per 28 Oktober film animasi ini sudah ditonton leboh dari 150.000 penonton.
Film ini berkisah tentang seorang anak berusia 9 tahun bernama Nussa yang berpartisipasi dalam kompetisi sains di sekolahnya untuk membuat ayahnya bangga. Namun eksperimen roketnya gagal dan perhatian jatuh ke roket Jonni, anak baru di sekolah sekaligus rival lomba bagi Nussa.
Berbeda dengan versi edutainment series-nya, versi film menghadirkan eksplorasi setiap karakter di dalamnya. Produser Anggia Kharisma mengatakan pihaknya ingin memperkenalkan semesta kehidupan Nussa yang tidak pernah ditampilkan di versi edutainment series, salah satunya kehadiran karakter Abba (ayah Nussa) yang pertama kali ditampilkan di versi film.
Anggia menyebutkan melalui penggambaran di dalam film, karakter Nussa dibiarkan tampil mengalir menjadi manusiawi yang memiliki rasa cemburu bahkan egois. Ia dan tim memiliki visi bahwa suatu ide atau cerita dapat mengalir dengan baik karena mengandung relevansi di kehidupan semua kalangan.