Ambon (ANTARA) - Kontingen Maluku melayangkan keberatan dan protes kepada Pengprov Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) Papua atas insiden tabrakan perahu antara pedayung Maluku dan atlet tuan rumah Papua pada Minggu (3/10).
"Kami sudah mengajukan keberatan dan protes kepada Pengprov PODSI Papua atas insiden tersebut karena dampaknya sangat merugikan," kata Manajer tim dayung Maluku Anos Jermias saat dihubungi dari Ambon, Senin.
Ia menceritakan insiden tabrakan perahu itu terjadi saat pedayung Maluku Chelsea Corputty sedang menjalani sesi latihan terakhir di arena dayung Teluk Youtefa, Kota Jayapura pada minggu (3/10) petang sekitar pukul 17.00 WIT.
Chelsea Corputty yang sedang berlatih itu perahunya tiba-tiba ditabrak oleh atlet Papua yang juga sedang berlatih, sehingga membuat pedayung Maluku yang bertanding di nomor rowing single scull ringan putri tersebut mengalami cedera ringan di bagian pinggang.
"Syukurlah, Chelsea masih bisa bertanding hari ini (Senin) dan lolos ke final. Tapi insiden ini sangat disesalkan karena seharusnya tidak terjadi," ujar Anos.
Tak hanya itu, ia juga mengaku sempat mengkhawatirkan perahu yang baru dibeli dari China itu mengalami kerusakan dan tidak bisa digunakan saat pertandingan.
Menurut Anos, yang juga Ketua Pengprov PODSI Maluku, insiden tersebut seharusnya tidak terjadi karena arena dan jalur latihan masing-masing atlet telah dibagi dan diatur.
Dia pun tidak ingin menyimpulkan insiden tersebut sebagai upaya sabotase, tetapi ia tetap berharap ada tangung jawab dari Pengprov PODSI Papua untuk menyelesaikan masalah itu.
Sementara itu, pedayung Chelsea Corputty mengakui cedera yang dialaminya akibat insiden tersebut tidak terlalu parah dan ia tetap dapat tampil optimal hingga lolos ke babak final nomor rowing single scull ringan putri pada perlombaan Senin (4/10) dengan catatan waktu 08:32.298 menit.
Chelsea Corputty merupakan salah satu pedayung Maluku yang diharapkan dapat meraih medali emas, dan sekaligus mengulang kesuksesannya di PON XIX Jawa Barat tahun 2016.
"Kami sudah mengajukan keberatan dan protes kepada Pengprov PODSI Papua atas insiden tersebut karena dampaknya sangat merugikan," kata Manajer tim dayung Maluku Anos Jermias saat dihubungi dari Ambon, Senin.
Ia menceritakan insiden tabrakan perahu itu terjadi saat pedayung Maluku Chelsea Corputty sedang menjalani sesi latihan terakhir di arena dayung Teluk Youtefa, Kota Jayapura pada minggu (3/10) petang sekitar pukul 17.00 WIT.
Chelsea Corputty yang sedang berlatih itu perahunya tiba-tiba ditabrak oleh atlet Papua yang juga sedang berlatih, sehingga membuat pedayung Maluku yang bertanding di nomor rowing single scull ringan putri tersebut mengalami cedera ringan di bagian pinggang.
"Syukurlah, Chelsea masih bisa bertanding hari ini (Senin) dan lolos ke final. Tapi insiden ini sangat disesalkan karena seharusnya tidak terjadi," ujar Anos.
Tak hanya itu, ia juga mengaku sempat mengkhawatirkan perahu yang baru dibeli dari China itu mengalami kerusakan dan tidak bisa digunakan saat pertandingan.
Menurut Anos, yang juga Ketua Pengprov PODSI Maluku, insiden tersebut seharusnya tidak terjadi karena arena dan jalur latihan masing-masing atlet telah dibagi dan diatur.
Dia pun tidak ingin menyimpulkan insiden tersebut sebagai upaya sabotase, tetapi ia tetap berharap ada tangung jawab dari Pengprov PODSI Papua untuk menyelesaikan masalah itu.
Sementara itu, pedayung Chelsea Corputty mengakui cedera yang dialaminya akibat insiden tersebut tidak terlalu parah dan ia tetap dapat tampil optimal hingga lolos ke babak final nomor rowing single scull ringan putri pada perlombaan Senin (4/10) dengan catatan waktu 08:32.298 menit.
Chelsea Corputty merupakan salah satu pedayung Maluku yang diharapkan dapat meraih medali emas, dan sekaligus mengulang kesuksesannya di PON XIX Jawa Barat tahun 2016.