Bandarlampung (ANTARA) - Dewan Rempah Indonesia (DRI) mendorong petani Lampung untuk membudidayakan lada organik guna meningkatkan nilai tambah produk lada Lampung.

"Lada organik ini cukup berpotensi sebab pasarnya pun masih luas, jadi bila ada pengembangan lada organik ini bisa mendapatkan pendapatan yang lumayan banyak," ujar Ketua Dewan Rempah Indonesia, Untung Sugiyatno, saat dihubungi di Bandarlampung, Sabtu.

Ia mengatakan di Provinsi Lampung telah ada sejumlah tempat yang petaninya membudidayakan lada organik, seperti di Lampung Timur.

"Di Margatiga Kabupaten Lampung Timur sudah ada yang mengembangkan lada organik, namun belum banyak karena agak sulit pembudidayaannya," katanya.

Menurutnya, pembudidayaan lada organik tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama dimana pada tahun pertama penanaman lada produktivitas belum terlampau banyak dan baru terlihat di ketiga hingga seterusnya produksi akan berangsur naik.

"Karena pemupukan hingga perawatan semua menggunakan bahan organik, maka lada baru bisa berproduksi banyak di tahun ketiga, namun hasilnya akan lebih mahal dibanding lada biasa," ucapnya.

Dia menjelaskan dengan adanya peluang budidaya tersebut petani di Lampung dapat memanfaatkan peluang tersebut guna menunjang kesejahteraan dan menggeliatkan budidaya lada Lampung.

"Memang lada ini cukup rumit pemeliharaannya dari bibit harus baik, lalu perlakuan teknis, pasca panen juga harus terpantau, setelah itu kualitasnya pun harus dijaga agar layak untuk dijual domestik ataupun ekspor," ucapnya.

Diketahui dengan luas area lada Lampung sebanyak 46.847 hektare Lampung memproyeksikan pada tahun 2022 produktivitas komoditas andalan Lampung tersebut dapat bertumbuh hingga total 15.819 ton. Saat ini produksi perhektare hanya 0,7 kuintal. 
 

Pewarta : Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor : Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2024