Jakarta (ANTARA) - Pertandingan Brazil-Argentina selalu membersitkan banyak pertanyaan tetapi yang paling menonjol menjelang final Copa America Sabtu ini di Rio de Janeiro adalah bisakah Lionel Messi akhirnya menjuarai turnamen internasional pertamanya?
Pemain Barcelona ini sudah memenangkan setiap penghargaan yang ada pada level klub dan individu serta luas dianggap sebagai pemain terhebat abad ke-21 dan calon kuat, bersama Pele dan Diego Maradona, sebagai pesepakbola terhebat sepanjang masa.
Tetapi dia tidak pernah mengangkat trofi apa pun bersama Argentina. Kini pertanyaan untuk pemain berusia 34 tahun itu adalah jika tidak sekarang, kapan?
"Messi tinggal punya dua kesempatan," kata Tostao, juara Piala Dunia bersama Brazil pada 1970. "Dia punya Copa dan Piala Dunia (2022) tetapi Piala Dunia sulit."
Tak ada favorit kuat untuk pertandingan Sabtu ini di stadion Maracana, meskipun Brazil menggenggam catatan sedikit lebih baik selama empat pekan terakhir dan mereka diuntungkan oleh status tuan rumah.
Walaupun demikian Messi tengah dalam performa gemilang dan memimpin turnamen itu dalam soal gol dan assist. Dari 11 gol yang dicetak Argentina, Messi sudah mengemas empat gol dan memberikan lima assist.
"Kita tengah menyaksikan versi Messi yang lebih baik," tulis Antonio Mohamed, mantan pemain Argentina dan kini pelatih Monterrey, di Ole, sebuah surat kabar olahraga Argentina.
"Setiap kali dia menyentuh bola, tiga pemain akan mengerubungi dia dalam gaya seperti Maradona sang legenda."
Impian Messi
Messi sudah berbicara panjang lebar mengenai mimpi memenangkan gelar bersama Argentina dan rekan-rekan senegaranya tahu betapa berartinya trofi internasional bagi dia.
Pada masa sebelumnya, rekan-rekan satu timnya dianggap sebagai biang keladi kekecewaan dia karena menyia-nyiakan berbagai peluang dalam final atau gagal menandingi tingkat kecemerlangan atau fokus kesuper-manusiaannya.
Namun kini dia didampingi tim terbaik Argentina dalam beberapa tahun dan tidak banyak alasan.
Mereka bukan Argentina 1978 atau 1986 tetapi di bawah pelatih Lionel Scaloni tim ini tidak terkalahkan dalam 19 pertandingan sejak Copa America terakhir pada 2019.
Pemain-pemain yang lebih senior seperti Sergio Aguero dan Angel Di Maria, sadar bahwa memenangkan Piala Dunia adalah skenario yang tidak mungkin dan final Sabtu bisa menjadi peluang terakhir mereka.
Para pemain berpengalaman ini, bersama anak-anak muda yang tumbuh mengidolakan orang yang bakal menjadi rekan setim mereka, tahu bahwa mereka bermain tak hanya demi Argentina tetapi juga demi Messi dan kesempatan untuk memberikan hadiah kepada dia dengan gelar juara yang memang pantas didapatkan dia.
"Kami semua senang Argentina bisa meraih gelar dan di atas segalanya itu dianugerahkan kepada Leo," kata Mohamed seperti dikutip Reuters.
Pemain Barcelona ini sudah memenangkan setiap penghargaan yang ada pada level klub dan individu serta luas dianggap sebagai pemain terhebat abad ke-21 dan calon kuat, bersama Pele dan Diego Maradona, sebagai pesepakbola terhebat sepanjang masa.
Tetapi dia tidak pernah mengangkat trofi apa pun bersama Argentina. Kini pertanyaan untuk pemain berusia 34 tahun itu adalah jika tidak sekarang, kapan?
"Messi tinggal punya dua kesempatan," kata Tostao, juara Piala Dunia bersama Brazil pada 1970. "Dia punya Copa dan Piala Dunia (2022) tetapi Piala Dunia sulit."
Tak ada favorit kuat untuk pertandingan Sabtu ini di stadion Maracana, meskipun Brazil menggenggam catatan sedikit lebih baik selama empat pekan terakhir dan mereka diuntungkan oleh status tuan rumah.
Walaupun demikian Messi tengah dalam performa gemilang dan memimpin turnamen itu dalam soal gol dan assist. Dari 11 gol yang dicetak Argentina, Messi sudah mengemas empat gol dan memberikan lima assist.
"Kita tengah menyaksikan versi Messi yang lebih baik," tulis Antonio Mohamed, mantan pemain Argentina dan kini pelatih Monterrey, di Ole, sebuah surat kabar olahraga Argentina.
"Setiap kali dia menyentuh bola, tiga pemain akan mengerubungi dia dalam gaya seperti Maradona sang legenda."
Impian Messi
Messi sudah berbicara panjang lebar mengenai mimpi memenangkan gelar bersama Argentina dan rekan-rekan senegaranya tahu betapa berartinya trofi internasional bagi dia.
Pada masa sebelumnya, rekan-rekan satu timnya dianggap sebagai biang keladi kekecewaan dia karena menyia-nyiakan berbagai peluang dalam final atau gagal menandingi tingkat kecemerlangan atau fokus kesuper-manusiaannya.
Namun kini dia didampingi tim terbaik Argentina dalam beberapa tahun dan tidak banyak alasan.
Mereka bukan Argentina 1978 atau 1986 tetapi di bawah pelatih Lionel Scaloni tim ini tidak terkalahkan dalam 19 pertandingan sejak Copa America terakhir pada 2019.
Pemain-pemain yang lebih senior seperti Sergio Aguero dan Angel Di Maria, sadar bahwa memenangkan Piala Dunia adalah skenario yang tidak mungkin dan final Sabtu bisa menjadi peluang terakhir mereka.
Para pemain berpengalaman ini, bersama anak-anak muda yang tumbuh mengidolakan orang yang bakal menjadi rekan setim mereka, tahu bahwa mereka bermain tak hanya demi Argentina tetapi juga demi Messi dan kesempatan untuk memberikan hadiah kepada dia dengan gelar juara yang memang pantas didapatkan dia.
"Kami semua senang Argentina bisa meraih gelar dan di atas segalanya itu dianugerahkan kepada Leo," kata Mohamed seperti dikutip Reuters.