Bandarlampung (ANTARA) - Sejumlah petani lada di Lampung mulai mengembangkan tanaman malada untuk mengantisipasi adanya penyakit busuk pangkal batang pada tanaman lada yang dapat merugikan petani.

"Untuk mengatasi penyakit busuk pangkal batang pada tanaman lada kami sudah dibantu oleh pemerintah daerah untuk membudidayakan tanaman malada," kata salah seorang petani lada, Muhajirin, saat dihubungi dari Bandaralampung, Rabu.

Ia mengatakan tanaman malada tersebut saat ini masih dalam tahapan budidaya, hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir adanya kerugian akibat penyakit busuk pangkal batang lada tanaman lada.

Baca juga: Pemprov Lampung rencanakan revitalisasi 1.000 hektare tanaman kopi

"Awal saat diberi bantuan satu orang petani mendapatkan 130 batang malada, namun saat ini sudah mencapai 500 batang hingga 700 batang," ucapnya.

Menurutnya, tanpa adanya bantuan tersebut petani harus mengeluarkan biaya sekitar Rp3.000 per ruas untuk membeli bibit malada.

"Dengan adanya bantuan ini bisa meringankan beban petani, karena perawatan tanaman lada cukup rumit dan menghabiskan banyak biaya," ujarnya.

Ia menjelaskan budidaya malada tersebut telah dilakukan selama dua tahun terakhir.

Baca juga: Disbun Lampung catat 781 petani lada jalani pelatihan untuk tingkatkan produksi

"Kita budidayakan dahulu malada ini agar lada bisa hidup, sebab kita sistemnya stek batang antara malada dengan lada," katanya.

Hal serupa juga dikatakan oleh petani lada lain Rogayah.

"Sempat ada bantuan untuk malada, jadi kita sedang budidayakan agar tanaman lada di kebun bisa lebih kuat," kata Rogayah.

Menurutnya, saat ini malada sedang dalam tahap budidaya dan diharapkan dapat menambah produktivitas tanaman lada.

Baca juga: Lima UMKM Tapis Lampung lolos kurasi Dekranas perkenalkan produk lokal

"Semoga tanaman lada bisa tahan dari penyakit, dan berbuah lebih banyak sehingga panen pun bisa banyak," ucapnya.

Sebelumnya diketahui Lampung memproyeksikan pada tahun 2022 produktivitas komoditas andalan Lampung tersebut dapat bertumbuh hingga total 15.819 ton dan saat ini produksi per hektare hanya 0,7 kuintal.
 

Pewarta : Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor : Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2024