Makassar (ANTARA) - Pengelola Wisata Karst Rammang-Rammang Kabupaten Maros sedang menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) menuju pencanangan Geopark Dunia oleh UNESCO yang saat ini telah memasuki tahap persiapan dokumen sekitar 85 persen.
Ridwan, salah seorang pelaku wisata di kawasan Rammang-Rammang yang ditemui di area wisata di Maros, Senin, mengaku berbagai pelatihan telah dilakukan bagi masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan wisata itu, bukan hanya dari pemerintah, tetapi juga dari beberapa pihak lain, termasuk Politeknik Pariwisata Sulsel.
Baca juga: Lokasi wisata Bunaken ditanami mangrove
"Masyarakat di sini sudah tahu ketentuan-ketentuan menuju Geopark Unesco, itu sudah kita lengkapi persiapannya. Kami menyambut baik karena ruang lingkup kita terlindungi, namun kita memang masih berproses," ujarnya.
Menurutnya, terdapat perbedaan antara persiapan destinasi wisata di Bali dan Toraja, dengan yang ada di Sulawesi Selatan. Jika dua tempat ini mempersiapkan SDM terlebih dahulu sebelum pembukaan destinasi wisata, namun sebaliknya pada destinasi wisata Rammang-Rammang.
"Bedanya kita di Bali dan Toraja, mereka siapkan SDM-nya dulu lalu tempatnya, kalau di sini kita siapkan tempatnya dulu baru SDM-nya. Kita memang berproses," ujarnya.
Sebelum eksploitasi dilakukan, masyarakat setempat meminta kepada pemerintah agar pembangunan pariwisata tersebut terus dilanjutkan, sebab dengan eksploitasi akan berdampak pada proses mata pencaharian warga dan tentu berpengaruh pula pada keindahan alam setempat.
"Kita menyampaikan ke pemerintah bahwa membangun pariwisata jauh lebih baik daripada eksploitasi karena prinsip dasarnya pariwisata adalah sesuatu yang tidak pernah habis," ujarnya.
Baca juga: Wisman ke Indonesia September 2020 capai 153 ribu
Selain itu, pembangunan pariwisata dinilai akan fokus pada dua hal, yakni infrastruktur dan suprastruktur yang harus diperbaiki.
Ridwan mengemukakan salah satu keistimewaan karst itu karena menyimpan kantong-kantong air yang tak pernah habis dan jika ditambang, suatu saat akan habis dan tidak bisa tumbuh kembali.
"Beberapa tahun lalu, orang tua kita ambil air bersih di sini sebelum ada air dalam kemasan, makanya kami berjuang agar wisata Rammang-Rammang ini masuk ke Geopark UNESCO," ujar dia.
Baca juga: Wisatawan tidak perlu khawatir berkunjung ke Candi Borobudur
Baca juga: Sekitar 5.000 wisatawan kunjungi Ulun Danu Bali selama libur panjang-COVID-19
Baca juga: Sebanyak 8.000 wisatawan kunjungi Banyuwangi
Ridwan, salah seorang pelaku wisata di kawasan Rammang-Rammang yang ditemui di area wisata di Maros, Senin, mengaku berbagai pelatihan telah dilakukan bagi masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan wisata itu, bukan hanya dari pemerintah, tetapi juga dari beberapa pihak lain, termasuk Politeknik Pariwisata Sulsel.
Baca juga: Lokasi wisata Bunaken ditanami mangrove
"Masyarakat di sini sudah tahu ketentuan-ketentuan menuju Geopark Unesco, itu sudah kita lengkapi persiapannya. Kami menyambut baik karena ruang lingkup kita terlindungi, namun kita memang masih berproses," ujarnya.
Menurutnya, terdapat perbedaan antara persiapan destinasi wisata di Bali dan Toraja, dengan yang ada di Sulawesi Selatan. Jika dua tempat ini mempersiapkan SDM terlebih dahulu sebelum pembukaan destinasi wisata, namun sebaliknya pada destinasi wisata Rammang-Rammang.
"Bedanya kita di Bali dan Toraja, mereka siapkan SDM-nya dulu lalu tempatnya, kalau di sini kita siapkan tempatnya dulu baru SDM-nya. Kita memang berproses," ujarnya.
Sebelum eksploitasi dilakukan, masyarakat setempat meminta kepada pemerintah agar pembangunan pariwisata tersebut terus dilanjutkan, sebab dengan eksploitasi akan berdampak pada proses mata pencaharian warga dan tentu berpengaruh pula pada keindahan alam setempat.
"Kita menyampaikan ke pemerintah bahwa membangun pariwisata jauh lebih baik daripada eksploitasi karena prinsip dasarnya pariwisata adalah sesuatu yang tidak pernah habis," ujarnya.
Baca juga: Wisman ke Indonesia September 2020 capai 153 ribu
Selain itu, pembangunan pariwisata dinilai akan fokus pada dua hal, yakni infrastruktur dan suprastruktur yang harus diperbaiki.
Ridwan mengemukakan salah satu keistimewaan karst itu karena menyimpan kantong-kantong air yang tak pernah habis dan jika ditambang, suatu saat akan habis dan tidak bisa tumbuh kembali.
"Beberapa tahun lalu, orang tua kita ambil air bersih di sini sebelum ada air dalam kemasan, makanya kami berjuang agar wisata Rammang-Rammang ini masuk ke Geopark UNESCO," ujar dia.
Baca juga: Wisatawan tidak perlu khawatir berkunjung ke Candi Borobudur
Baca juga: Sekitar 5.000 wisatawan kunjungi Ulun Danu Bali selama libur panjang-COVID-19
Baca juga: Sebanyak 8.000 wisatawan kunjungi Banyuwangi