Bandarlampung (ANTARA) - Akademisi Fisip Universitas Lampung Dedy Hermawan menyebutkan bahwa debat pertama calon wali kota Bandarlampung pada Rabu malam masih kurang menarik karena ketiga calon tidak menguasai data.
 
"Tingkat tampilan calon masih rendah, mereka juga belum menguasai data, analisis, dan solusi strategis untuk kesejahteraan warganya," katanya di Bandarlampung, Kamis.

Menurutnya, derajat debat masih belum maksimal sebab formatnya justru menghalangi terjadinya perdebatan antara calon wali kota sehingga yang tampil hanya lebih kepada tanya jawab.

"Acara tadi malam bukan debat, tapi tanya jawab. Mungkin ini disebabkan baru debat awal, baik KPU dan kandidat, masih pemanasan," ujarnya.

Dia pun berharap debat pertama ini dapat dijadikan pengalaman dan evaluasi bagi KPU untuk merancang forum yang lebih menarik ataupun sesungguhnya pada debat berikutnya.

Kemudian, kata dia, tahapan debat berikutnya harus lebih atraktif dan kaya adu argumentasi, adu data, gagasan, paradigma, agenda dan aksi.

"Jadi para kandidat juga harus lebih meningkatkan penampilannya di debat-debat selanjutnya sehingga lebih menarik," katanya.

Komisi Pemilihan Umum Kota Bandarlampung menggelar debat pertama calon wali kota pada Rabu  malam dengan tema "Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dan Memajukan Daerah".

Tiga calon wali kota yang ikut dalam debat perdana tersebut adalah nomor urut 01 Rycko Menoza, nomor urut 02 M Yusuf Kohar, dan nomor urut 03 Eva Dwiana.

Pada Pilkada 9 Desember 2020 di Kota Bandarlampung akan diikuti oleh tiga pasangan calon wali kota dan wakil wali kota yakni nomor urut 01 Rycko Menoza-Johan Sulaiman (Rycko-Jos) diusung Partai PKS dan Golkar.

Kemudian pasangan calon wali kota dan wakil wali kota nomor urut 02 Yusuf Kohar-Tulus Purnomo (Yutuber) diusung Partai Demokrat, PAN, PKB, Perindo dan PPP.

Terakhir pasangan calon wali kota dan wakil wali kota nomor urut 03 Eva Dwiana-Deddy Amarullah diusung PDIP, Gerindra, dan NasDem

Pewarta : Dian Hadiyatna
Editor : Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2024