Banjarnegara (ANTARA) - Ada suara berderit yang sedikit menganggu telinga saat Mbah Kasnadi (80) membuka pintu berbahan kayu dengan cat yang sudah mengelupas, di rumahnya di Desa Gununglangit, Kecamatan Kalibening, Banjarnegara, Jawa Tengah.
Sinar matahari pagi langsung menerobos masuk saat pintu rumahnya terbuka, dahi keriputnya mengernyit sesaat dan bola matanya yang mulai kelabu menyisir kondisi di luar rumah.
Ia lalu mengeluarkan dua bakul besar berisi berbagai perabot, ada tampah, pisau dapur, sapu lidi, sapu serabut kelapa juga piring plastik berwarna-warni.
Setelah semuanya siap, kaki tua beralaskan sandal jepit kumal berwarna oranye itu akan mulai melangkah keliling desa menyusuri jalan-jalan setapak, melewati pematang sawah, mendatangi rumah demi rumah.
Sudah lebih dari 40 tahun tubuh berpostur kecil dan ramping itu berjualan berkeliling desa sambil memikul dua bakul besarnya.
Terkadang ia berangkat sejak pagi dan kembali ke rumah pada siang hari. Namun ada kalanya juga ia baru kembali ke rumah saat langit temaram, atau biasanya disebut penduduk lokal dengan istilah sandingkala.
Baca juga: Inilah delapan jenis makanan yang mampu tingkatkan imun para lansia
Pada saat itu biasanya ia akan mendengar suara tonggeret bersahutan. Serangga dengan suara nyaring itu seakan menyambutnya pulang.
Dirinya terkadang pulang dengan membawa uang Rp20.000 hingga Rp30.000. Keuntungan yang ia dapat dari hasil menjual setiap barang berbeda-beda. Misalkan untuk satu sapu lidi, keuntungannya berkisar Rp2.000 hingga Rp3.000.
Kendati demikian, berjualan berkeliling baginya bukan hanya perkara berapa uang yang didapat, tapi kadang tentang upaya bertahan hidup dan tentang menjalani apa yang disuka.
"Urip iku kuncine ya dilakoni bae (hidup itu kuncinya ya dijalani saja)," katanya.
Baginya, hidup masih harus terus berjalan dan semua yang ia jalani adalah upaya memelihara semangat hidupnya agar tetap dapat terus menyala.
Seperti saat senja ini, semangatnya makin menyala ketika ia pulang disambut cucu serta sayur sawi dan tahu goreng hangat di meja makan.
Psikologi Lansia
Menurut teori tentang tahap perkembangan manusia atau psikososial yang dikembangkan oleh Erik Erikson diketahui bahwa masa lansia merupakan masa integritas versus kekecewaan.
Teori itu menyebutkan bahwa seorang lansia yang mencapai masa integritas akan menemukan kedamaian dalam hidupnya.
Sementara itu, jika seorang lansia kesulitan mengintegrasikan antara masa lalu, masa kini dan masa depan akan cenderung menyesali hal-hal yang tidak sesuai keinginannya dan mudah merasa kecewa atau putus asa.
Berdasarkan teori tersebut, psikolog dari Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) cabang Barlingmascakeb Anna Kartika mengatakan bahwa Mbah Kasnadi merupakan contoh lansia yang dapat mencapai masa integritas.
"Ia berada dalam sisi diri yang utuh, mampu menerima setiap bagian dalam kehidupannya sebagai kesatuan dirinya, bukan pribadi yang kecewa, menyesali masa lalu dan lain sebagainya. Sehingga ia sehat secara psikologis," katanya.
Sehat secara psikologis tersebut pada akhirnya dapat mendukung kondisi fisiknya sehingga ia masih mampu berjualan keliling dengan berjalan kaki sambil memikul bakul besar, dari satu desa ke desa lainnya.
Dia mengatakan kondisi Mbah Kasnadi juga merupakan dampak dari kebiasaan yang ia jalani sekian tahun lamanya.
Kebiasaan adalah perilaku berulang yang terbentuk dari aspek kognitif atau kesadaran, afektif atau perasaan dan konatif atau perilaku.
"Caranya yang pasrah menjalani hidup menjadikan tidak banyak konflik dalam diri sehingga aspek kognitif sangat berperan, sementara aspek afektif ditunjukkan dengan ia yang bahagia dengan kesederhanaan hidupnya. Selain itu aspek konatif ditunjukkan caranya menyikapi setiap segi kehidupannya dengan positif," katanya.
Lansia Produktif
Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Praktisi dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI) Soedibyo Alimoeso mengatakan lansia memang diharapkan tetap aktif di hari tuanya agar menjadi lansia yang sehat, aktif, mandiri, produktif dan bermartabat.
"Kalau lansia itu terus aktif, maka proses penuaan bisa diperlambat, seperti gangguan fisik, kognitif dan lainnya," katanya.
Ia menambahkan bahwa lansia memang diharapkan menjadi pribadi yang sehat, aktif dan produktif sehingga tidak menjadi beban bagi keluarganya.
"Lansia itu bukan beban, tetapi justru aset, karena pengalaman dan kearifannya sehingga bisa menjadi SDM yang baik sesuai kemampuannya," katanya.
Dengan demikian, kata dia, seluruh pihak terkait perlu memperhatikan pembangunan manusia secara utuh dengan pendekatan siklus hidup agar menghasilkan generasi yang lebih baik.
"Untuk lansia tentu diupayakan mereka untuk tetap aktif dan mandiri agar bisa memetik bonus demografi tahap kedua. Lansia yang bermasalah perlu dilakukan pendampingan dan perawatan secara benar dan baik oleh pemerintah daerah ataupun keluarganya," katanya.
Siklus hidup yang dimaksud itulah, kata dia, yang mempengaruhi kondisi lansia di masa tuanya karena perilaku kesehatan pada saat masa kecilnya.
Kisah Mbah Kasnadi hanya sekelumit contoh penuaan yang sukses (succesfull ageing, red) bahwa lansia dapat tetap sehat dan produktif dengan didukung kesehatan psikologis yang baik.
Kesejahteraan psikologis, salah satunya bisa didapatkan dengan menjalani hidup penuh keikhlasan dan rasa syukur.
Karena menjadi tua itu pasti, namun menghabiskan masa tua dengan damai adalah suatu pilihan, yang tentunya dapat terus diupayakan.
Baca juga: "Old Men Never Die", lansia yang sibuk mencari malaikat pencabut nyawa