Jakarta (ANTARA) - Serikat pesepak bola Inggris, PFA, menganggap pemerintah Inggris mendemonisasi pesepak bola Liga Premier di tengah ancaman krisis ekonomi yang ditimbulkan pandemi virus corona.

Pemerintah Inggris mendesak pesepak bola untuk memotong gaji yang menurut Kepala PFA Gordon Taylor cukup aneh mengingat hal serupa tidak diarahkan terhadap kalangan manajer investasi atau para bankir.



"Saya melihat cukup aneh pemerintah tidak menyadari, ketika seharus mereka tahu bahwa olahraga ini telah menyumbang banyak terhadap ekonomi, dana yang sudah mengalir untuk membiayai inisiatif masyarakat ataupun pajak yang dihasilkan," kata Taylor dalam program Keys & Gray di stasiun beIN SPORTS sebagaimana dilansir Reuters, Jumat dini hari WIB.

"Mereka cuma menyorot pesepak bola, ketika ada atlet lain, bankir, manajer investasi atau profesi lain yang pendapatnya lebih besar," ujarnya menambahkan.

PFA sebelumnya juga sudah merespon anjuran FA dan Liga Premier terkait rencana pemotongan gaji pemain yang bisa jadi akan mempengaruhi besaran pajak serta pembiayaan lembaga kesehatan seperti NHS.

Tak lama berselang para pemain Liga Inggris telah meluncurkan inisiatif #PlayersTogether untuk menggalang dana bantuan operasional bagi NHS.



Taylor sendiri sudah menyumbangkan 500 ribu poundsterling (sekira Rp9,8 miliar) ke inisiatif tersebut, sedangkan jajaran eksekutif PFA lainnya sudah mengumpulkan 1 juta poundsterling (sekira Rp19,6 triliun).

"Pemain Liga Premier merasa mereka kini dipojokkan, terutama oleh pemerintah," kata Taylor.

"Ironisnya, jika pun mereka memotong gaji, maka pendapatan pemerintah berkurang juga, langkah lain yang kontraproduktif," pungkasnya.
 

Pewarta : A Rauf Andar Adipati
Editor : Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024