Surabaya (ANTARA) - Asosiasi Baja Ringan Indonesia (Asibri) menyebut industri baja ringan di Tanah Air diprediksi akan tetap tumbuh pada tahun ini meski sepanjang 2019 ada beberapa produsen yang tumbang.
Ketua Asibri Wali Buwono di Surabaya, Jumat mengatakan beberapa produsen yang tumbang di tahun 2019 bukan karena permintaan di pasar berkurang, namun akibat salah kelola.
Selain itu, kasus baja ringan yang roboh beberapa waktu lalu dan sempat mempengaruhi bisnis baja ringan dikarenakan kesalahan pemasangan, yakni kurangnya komunikasi, bukan masalah kualitas.
"Oleh karena itu, kami optimistis tahun ini akan jadi tahun yang positif bagi industri kami. Terbukti produsen mesin baja ringan masih kebanjiran banyak order," katanya.
Ia menargetkan sampai akhir tahun nanti, produsen baja ringan di Tanah Air akan meningkat 10 persen dibanding tahun 2019, demikian juga permintaan pasar yang diprediksi bisa tumbuh minimal 15 persen.
"Saat ini, kondisi market masih sesuai harapan. Buktinya semakin banyak developer yang membangun rumah baru. Asal tau saja, sekarang ini hampir tidak ada rumah yg dibangun tanpa menggunakan baja ringan, bahkan RSS pun sudah menggunakan baja ringan. Otomatis ini indikator yang baik buat Asibri," katanya.
Ia mencatat, jumlah produsen baja ringan sejak pertama kali diperkenalkan di awal tahun 2000 sampai sekarang sudah mencapai 400 perusahaan, atau naik berkali-kali lipat, dan terdiri dari produsen berskala besar hingga UKM.
Ketua Asibri Wali Buwono di Surabaya, Jumat mengatakan beberapa produsen yang tumbang di tahun 2019 bukan karena permintaan di pasar berkurang, namun akibat salah kelola.
Selain itu, kasus baja ringan yang roboh beberapa waktu lalu dan sempat mempengaruhi bisnis baja ringan dikarenakan kesalahan pemasangan, yakni kurangnya komunikasi, bukan masalah kualitas.
"Oleh karena itu, kami optimistis tahun ini akan jadi tahun yang positif bagi industri kami. Terbukti produsen mesin baja ringan masih kebanjiran banyak order," katanya.
Ia menargetkan sampai akhir tahun nanti, produsen baja ringan di Tanah Air akan meningkat 10 persen dibanding tahun 2019, demikian juga permintaan pasar yang diprediksi bisa tumbuh minimal 15 persen.
"Saat ini, kondisi market masih sesuai harapan. Buktinya semakin banyak developer yang membangun rumah baru. Asal tau saja, sekarang ini hampir tidak ada rumah yg dibangun tanpa menggunakan baja ringan, bahkan RSS pun sudah menggunakan baja ringan. Otomatis ini indikator yang baik buat Asibri," katanya.
Ia mencatat, jumlah produsen baja ringan sejak pertama kali diperkenalkan di awal tahun 2000 sampai sekarang sudah mencapai 400 perusahaan, atau naik berkali-kali lipat, dan terdiri dari produsen berskala besar hingga UKM.