Pekanbaru (ANTARA) - Sejumlah wisatawan mancanegara dari Brasil dan Australia mengunjungi Semanjung Kampar di pelosok Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, untuk menikmati "Bekudo Bono" atau berselancar di gelombang sungai tertinggi yang disebut Bono.
Kepala Dinas Pariwisata, Budaya, Pemuda dan Olahraha (Disparbudpora) Kabupaten Pelalawan, Andi Yuliandri, di Pekanbaru, Kamis, mengatakan fenomena Bono dikemas menjadi sebuah pagelaran festival yang berlangsung mulai tanggal 11 hingga 14 November. Pada tanggal tersebut gelombang Bono, yang merupakan sebutan lokal untuk gelombang di Sungai Kampar, berada pada puncak tertingginya.
Baca juga: Kerajaan Perlis-Pemprov Riau jajaki kerja sama pengembangan pariwisata
Wisatawan dari Brasil dan Australia yang hadir untuk menjajal fenomena alam tersebut merupakan peselancar. Mereka terdiri dari lima laki-laki dan dua perempuan, yang merupakan peselancar profesional.
Ia mengatakan pemerintah daerah menggandeng komunitas dan masyarakat di Kecamatan Teluk Meranti, lokasi gelombang Bono, untuk mengemas momen kejadian langka tersebut dengan konsep baru.
"Tahun ini kita menyajikan konsep baru dengan menggelar camping ground dan festival musik jazz," ujar Andi Yuliandri.
Baca juga: Dispar Riau mendukung lokomotif peninggalan Jepang jadi objek wisata
Dokumentasi - Menaklukan Gelombang Bono. Marlon Gerber, peserta kompetisi selancar Bono profesional beraksi di atas gelombang Bono di sungai Kampar, Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau, Rabu (20/11). Kompetisi selancar Bono profesional yang berlangsung dari 19 hingga 21 November ini merupakan rangkaian acara dari Festival Bekudo Bono 2013. (ANTARA FOTO/Rony Muharrman)
Festival musik bertajuk Bono Jazz Festival tersebut menggandeng komunitas musik Bono Jazz yang mendatangkan musisi dari Malaysia dan Singapura.
Ia mengatakan Bono Jazz Festival telah berlangsung dengan meriah di tepi Pantai Ogis, Kecamatan Teluk Meranti pada Rabu (13/11) malam. Para peselancar bersama wisatawan dan warga Teluk Meranti berkumpul di lapangan Pantai Ogis. Musisi dari berbagai komunitas hadir menyajikan musik di atas panggung berukuran 20x10 meter, yang dihiasi gemerlap tata cahaya panggung yang berkilauan.
Pada malam itu, seni pertunjukan tari tradisional daerah membuka Bono Jazz Festival, dilanjutkan penampilan dari sejumlah komunitas musik yakni, Retno Satisfacation, Hantu Blau Band, Jart Hasan (Malaysia) dan komunitas Blues Malam.
Bono Jazz Festival melibatkan sedikitnya 300 peserta dari komunitas musik. Selain itu, ia mengatakan pada siang harinya berlangsung perlombaan permainan rakyat seperti gasing, bakiak, serta perahu sampan.
Seorang wisatawan nusantara, Rizky Sanjaya Nasution mengaku sangat terhibur karena menikmati pagelaran seni tersebut. Menurut dia, beberapa musisi yang tampil sangat menghibur dan pandai memanaskan suasana kampung itu.
"Acaranya bagus dan sangat menghibur. Bazarnya ramai, sound system dan panggungnya sangat layaklah untuk menghibur acara kelas internasional ini. Para peselancar dari luar negeri yang datang cukup terhibur menari bersama kami," kata wisatawan asal Kota Pinang, Provinsi Sumatera Utara itu.
Kepala Dinas Pariwisata, Budaya, Pemuda dan Olahraha (Disparbudpora) Kabupaten Pelalawan, Andi Yuliandri, di Pekanbaru, Kamis, mengatakan fenomena Bono dikemas menjadi sebuah pagelaran festival yang berlangsung mulai tanggal 11 hingga 14 November. Pada tanggal tersebut gelombang Bono, yang merupakan sebutan lokal untuk gelombang di Sungai Kampar, berada pada puncak tertingginya.
Baca juga: Kerajaan Perlis-Pemprov Riau jajaki kerja sama pengembangan pariwisata
Wisatawan dari Brasil dan Australia yang hadir untuk menjajal fenomena alam tersebut merupakan peselancar. Mereka terdiri dari lima laki-laki dan dua perempuan, yang merupakan peselancar profesional.
Ia mengatakan pemerintah daerah menggandeng komunitas dan masyarakat di Kecamatan Teluk Meranti, lokasi gelombang Bono, untuk mengemas momen kejadian langka tersebut dengan konsep baru.
"Tahun ini kita menyajikan konsep baru dengan menggelar camping ground dan festival musik jazz," ujar Andi Yuliandri.
Baca juga: Dispar Riau mendukung lokomotif peninggalan Jepang jadi objek wisata
Festival musik bertajuk Bono Jazz Festival tersebut menggandeng komunitas musik Bono Jazz yang mendatangkan musisi dari Malaysia dan Singapura.
Ia mengatakan Bono Jazz Festival telah berlangsung dengan meriah di tepi Pantai Ogis, Kecamatan Teluk Meranti pada Rabu (13/11) malam. Para peselancar bersama wisatawan dan warga Teluk Meranti berkumpul di lapangan Pantai Ogis. Musisi dari berbagai komunitas hadir menyajikan musik di atas panggung berukuran 20x10 meter, yang dihiasi gemerlap tata cahaya panggung yang berkilauan.
Pada malam itu, seni pertunjukan tari tradisional daerah membuka Bono Jazz Festival, dilanjutkan penampilan dari sejumlah komunitas musik yakni, Retno Satisfacation, Hantu Blau Band, Jart Hasan (Malaysia) dan komunitas Blues Malam.
Bono Jazz Festival melibatkan sedikitnya 300 peserta dari komunitas musik. Selain itu, ia mengatakan pada siang harinya berlangsung perlombaan permainan rakyat seperti gasing, bakiak, serta perahu sampan.
Seorang wisatawan nusantara, Rizky Sanjaya Nasution mengaku sangat terhibur karena menikmati pagelaran seni tersebut. Menurut dia, beberapa musisi yang tampil sangat menghibur dan pandai memanaskan suasana kampung itu.
"Acaranya bagus dan sangat menghibur. Bazarnya ramai, sound system dan panggungnya sangat layaklah untuk menghibur acara kelas internasional ini. Para peselancar dari luar negeri yang datang cukup terhibur menari bersama kami," kata wisatawan asal Kota Pinang, Provinsi Sumatera Utara itu.