Dubai (ANTARA) - Ribuan rakyat Iran meneriakkan "Matilah Amerika" di dekat bekas kedutaan besar AS pada Senin, memperingati 40 tahun pengepungan misi tersebut dan sehari setelah pemimpin spiritual Iran bersumpah tidak akan mencabut larangan pembicaraan dengan Amerika Serikat.
Stasiun TV menunjukkan kerumunan orang memadati jalan di sekitar bekas misi tersebut, yang dijuluki "sarang mata-mata" setelah revolusi Iran 1979. Aksi itu digelar oleh sekitar 1.000 masyarakat dari seluruh penjuru, menurut laporan media negara.
Mahasiswa garis keras langsung menyerbu ke kedutaan setelah jatuhnya shah dukungan AS, dan 52 orang Amerika disandera selama 444 hari. Sejak itulah kedua negara menjadi musuh bubuyutan.
Pemimpin spiritual Ayatollah Ali Khamenei pada Minggu kembali memperbarui larangan perundingan dengan AS, menganggap kedua negara sebagai musuh yang keras kepala.
Baca juga: Korut dan AS mungkin lanjutkan perundingan pertengahan November
"Mereka yang percaya bahwa perundingan dengan musuh akan menyelesaikan masalah kami, 100 persen salah," katanya.
Sementara itu parlemen Iran memberikan persetujuan awal terhadap langkah yang mengharuskan buku sekolah mencakup "kejahatan Amerika". Sejumlah anggota parlemen juga meneriakkan "Matilah Amerika."
Hubungan kedua negara mencapai krisis selama setahun terakhir sejak Presiden AS Donald Trump hengkang dari pakta 2015 antara Iran dan negara besar dunia, di mana pihaknya menyetujui pembatasan program nuklir dengan imbalan pencabutan sanksi.
Amerika Serikat kembali memberlakukan sanksi yang bertujuan menghentikan semua ekspor minyak Iran.
Khamenei melarang pejabat Iran mengadakan perundingan kecuali AS kembali pada pakta nuklir dan mencabut semua sanksi.
Sumber: Reuters
Stasiun TV menunjukkan kerumunan orang memadati jalan di sekitar bekas misi tersebut, yang dijuluki "sarang mata-mata" setelah revolusi Iran 1979. Aksi itu digelar oleh sekitar 1.000 masyarakat dari seluruh penjuru, menurut laporan media negara.
Mahasiswa garis keras langsung menyerbu ke kedutaan setelah jatuhnya shah dukungan AS, dan 52 orang Amerika disandera selama 444 hari. Sejak itulah kedua negara menjadi musuh bubuyutan.
Pemimpin spiritual Ayatollah Ali Khamenei pada Minggu kembali memperbarui larangan perundingan dengan AS, menganggap kedua negara sebagai musuh yang keras kepala.
Baca juga: Korut dan AS mungkin lanjutkan perundingan pertengahan November
"Mereka yang percaya bahwa perundingan dengan musuh akan menyelesaikan masalah kami, 100 persen salah," katanya.
Sementara itu parlemen Iran memberikan persetujuan awal terhadap langkah yang mengharuskan buku sekolah mencakup "kejahatan Amerika". Sejumlah anggota parlemen juga meneriakkan "Matilah Amerika."
Hubungan kedua negara mencapai krisis selama setahun terakhir sejak Presiden AS Donald Trump hengkang dari pakta 2015 antara Iran dan negara besar dunia, di mana pihaknya menyetujui pembatasan program nuklir dengan imbalan pencabutan sanksi.
Amerika Serikat kembali memberlakukan sanksi yang bertujuan menghentikan semua ekspor minyak Iran.
Khamenei melarang pejabat Iran mengadakan perundingan kecuali AS kembali pada pakta nuklir dan mencabut semua sanksi.
Sumber: Reuters