Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya meneken Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2019 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari pada 27 September 2019.

KEK Singhasari, terletak di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Letak kawasan tersebut sangat strategis, yakni berada di antara Kota Malang dan Kabupaten Malang, serta tidak jauh dari Kota Batu.
Baca juga: KEK Singhasari dorong Malang Raya sebagai destinasi wisata internasional

Penandatanganan beleid KEK Singhasari oleh Presiden Joko Widodo itu, menjadi "lampu hijau" bagi pemerintah Kabupaten Malang untuk mulai bergerak. Bupati Malang, akan menetapkan badan usaha pembangun dan pengelola KEK Singhasari dalam waktu 90 hari setelah PP diundangkan.

Kemudian, badan usaha itu akan melakukan pembangunan KEK Singhasari sampai tahapan siap beroperasi, dalam waktu paling lama tiga tahun sejak PP Nomor 68 Tahun 2019 itu diterbitkan. Kawasan itu rencananya akan difokuskan pada dua zona, yakni pariwisata dan pengembangan teknologi.

Baca juga: Malang Raya jadi kawasan wisata pendukung Bromo

Penetapan KEK Singhasari tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah pusat untuk mempercepat pembangunan perekonomian di wilayah Kabupaten Malang, termasuk menunjang percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional.

Wilayah Singosari di Kabupaten Malang, dinilai memiliki potensi dan keunggulan secara geoekonomi dan geostrategis.

Keunggulan geoekonomi, bertumpu pada lokasi wilayah Singosari yang memiliki orientasi geografis wilayah, yakni berdekatan dengan Bandara Internasional Juanda dan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Selain itu, juga terkoneksi dengan ruas tol Pandaan-Malang, yang mampu mempermudah mobilitas para wisatawan.

Populasi wilayah Malang Raya juga mempunyai keunggulan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di atas rata-rata Provinsi Jawa Timur. Hal itu, akan menjadi modal pengembangan sumber daya manusia potensial, khususnya pada pengembangan ekosistem digital dan ekonomi kreatif.

Sebagai catatan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur, IPM Kabupaten Malang pada 2018 berada pada angka 69,40, Kota Batu 75,04, dan Kota Malang mencapai 80,89.

Baca juga: Pengembangan Stasiun Kota Malang dorong sektor pariwisata

Sementara untuk keunggulan geostrategis yang dimiliki wilayah Singosari adalah sektor pariwisata dengan tema cultural, heritage, and historical tourism. Tema tersebut didukung dengan kawasan sekitar yang memiliki nilai situs sejarah kerajaan di Indonesia.

KEK Singhasari juga akan dijadikan pusat wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Kawasan Bromo Tengger Semeru selama ini merupakan salah satu destinasi wisata favorit bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Tercatat, berdasarkan data Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB-TNBTS), pada 2018 jumlah kunjungan wisatawan mencapai 853.016 orang. Dari total jumlah tersebut, sebanyak 828.247 merupakan wisatawan dalam negeri, dan 24.769 merupakan wisatawan mancanegara.

Nantinya, bukan hanya Kabupaten Malang saja yang diuntungkan dari adanya KEK Singhasari yang dibangun di atas lahan seluas 120,3 hektare tersebut, namun juga Kota Malang, dan Kota Batu atau yang biasa disebut sebagai Malang Raya.

Peta Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. ANTARA/HO-Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus


Potensi Pariwisata Malang Raya

Usai ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo, tak berapa lama berselang, Menteri Pariwisata Arief Yahya menyerahkan peraturan tersebut kepada Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Arief menekankan dengan adanya landasan tersebut, diharapkan bisa mendorong geliat pariwisata khususnya di wilayah Kabupaten Malang. Bahkan, tidak tanggung-tanggung, Menteri Pariwisata langsung mematok target kunjungan wisatawan mancanegara.

Keberadaan KEK Singhasari yang diproyeksikan rampung pembangunannya tiga tahun mendatang, diharapkan mampu mendatangkan wisatawan mancanegara mencapai satu juta kunjungan ke wilayah Jawa Timur.

"Dari KEK Singhasari ini, pemerintah berharap bisa mencapai target satu juta wisatawan mancanegara di Jawa Timur, dan menghasilkan devisa 1,2 miliar dolar AS," kata Arief, di Kabupaten Malang, Selasa (8/10).

Arief menjelaskan untuk mendatangkan satu juta wisatawan mancanegara tersebut, ikon yang dipilih pemerintah sebagai salah satu dari 10 Bali Baru untuk menggenjot pariwisata Indonesia khususnya di Jawa Timur adalah kawasan Bromo Tengger Semeru.



Dengan predikat sebagai destinasi wisata kelas dunia, lanjut Arief, tentunya harus mampu menampilkan berbagai atraksi yang menarik dan berkualitas dunia juga. Saat ini, pemerintah tengah menggodok potensi apa yang akan ditonjolkan dari kawasan Bromo Tengger Semeru.

Meskipun Bromo Tengger Semeru telah ditentukan sebagai ikon wisata kelas dunia di Jawa Timur, bukan berarti kawasan lain yang memiliki potensi akan diabaikan. Menurut Arief, kawasan Bromo Tengger Semeru adalah wajah dari Jawa Timur.

"Bromo Tengger Semeru bukan hanya soal wilayah itu saja. Akan tetapi juga Jawa Timur," ujar Arief.

Dalam kesempatan itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa dengan keberadaan KEK Singhasari tersebut, diharapkan bisa meningkatkan waktu tinggal para wisatawan mancanegara yang berada di Jawa Timur.

Khofifah menjelaskan rata-rata para wisatawan mancanegara yang berasal dari Eropa, menghabiskan waktu selama 14 hari di Indonesia. Namun, pada saat berada di Jawa Timur, mereka hanya tinggal selama dua hari saja.

"Paling tidak, dari dua hari itu, para wisatawan bisa tinggal lebih lama menjadi empat hari di Jawa Timur," ujar Khofifah.


Sinergi Kepala Daerah

Upaya untuk memanfaatkan KEK Singhasari sebagai motor penggerak sektor pariwisata di wilayah Jawa Timur dan secara khusus di Malang Raya, harus didukung dengan sinergi dari tiga kepala daerah yang memiliki satu komitmen bersama untuk memajukan kawasan.

Jika dirunut berdasar karakteristik masing-masing daerah, Kabupaten Malang memiliki berbagai potensi pada wisata alam, Kota Batu dengan wisata alam, dan buatan, serta Kota Malang banyak didukung dengan aktivitas jasa, hotel dan restoran.

Dengan adanya aktivitas ekonomi di tiga wilayah tersebut, jika disatukan akan memunculkan pusat pertumbuhan ekonomi baru yang nantinya diharapkan mampu berkontribusi terhadap perekonomian nasional.

Ekonom Universitas Brawijaya Malang Nugroho Suryo Bintoro mengatakan bahwa salah satu kunci optimalisasi KEK Singhasari untuk menjadikan wilayah Malang Raya menjadi destinasi wisata internasional adalah adanya kesepakatan dari tiga kepala daerah.

"Adanya kesepakatan tiga kepala daerah diharapkan akan memunculkan sebuah kebijakan berupa paket wisata yang akan sangat dibutuhkan untuk menarik minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung," kata Nugroho.



Menurut Nugroho, paket wisata yang telah disepakati oleh tiga kepala daerah dan disetujui tersebut, nantinya bisa mengarahkan wisatawan untuk berkunjung, dan tidak hanya tertuju pada satu wilayah semata.

Beberapa sektor potensial yang akan menggeliat dengan keberadaan KEK Singhasari tersebut adalah sektor jasa transportasi, hotel, dan restoran. Tiga kepala daerah di Malang Raya, perlu satu suara untuk membangunkan potensi yang ada.

"Dengan potensi yang dimiliki oleh Malang Raya dan kebijakan yang ditetapkan bersama oleh ketiga kepala daerahnya, maka tidak menutup kemungkinan Malang Raya akan menjadi pusat destinasi wisata baru di Jawa Timur yang berskala Internasional," kata Nugroho.

Sinergi tiga kepala daerah menjadi kunci optimalisasi KEK Singhasari, dengan catatan tidak ada ego sektoral dari masing-masing pemegang wilayah.

Jika berkaca dari pengalaman lalu, baik Bupati Malang, Wali Kota Malang, dan Wali Kota Batu, harus mampu berdialog dan mengutamakan kepentingan warga Malang Raya.

Karena, pengembangan kawasan itu sejatinya bukan hanya untuk Kabupaten Malang dan Malang Raya saja, akan tetapi diharapkan bisa memberikan dampak secara luas untuk Provinsi Jawa Timur, termasuk perekonomian nasional.
 


Pewarta : Vicki Febrianto
Editor : Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024