Jakarta (ANTARA) - Kepala Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu, Cucu Ahmad Kurnia mengatakan kunjungan wisata Kepulauan Seribu sempat mengalami penurunan akibat tsunami melanda Banten dan Lampung akhir 2018 lalu.

"Tahun lalu sempat turun karena ada Tsunami Banten, padahal waktu itu musim panennya kunjungan, tapi karena ada kejadian tsunami orang-orang takut ke laut," kata Cucu di Pulau Tidung, Sabtu.

Cucu mengatakan rata-rata tingkat kunjungan wisata Kepulauan Seribu sekitar 800 ribu hingga 850 ribu per tahun.

Penurunan yang terjadi pada akhir tahun 2018 lalu tidak signifikan sekitar 50 ribu orang. Tetapi dampaknya masih terasa hingga bulan Februari 2019.

Cucu mengatakan jumlah pengunjung terus mengalami peningkatan seiring digelarnya berbagai acara seperti Pulau Seribu Reggae Festival di Pulau Pari dan Festival Musik Indie di Pulau Tidung.

"Alhamdulilah sekarang masyarakat sudah mulai ramai berkunjung, festival reggae dihadiri 4.000 pengunjung, festival indie juga ada 3.000 orang yang datang," tuturnya.

Menurut Cucu, setelah terjadi tsunami masyarakat berfikir Kepulauan Seribu tidak aman. Padahal wilayah pantai Utara Jakarta lebih aman sesuai penjelasan BNPB.

Untuk mendorong agar kunjungan wisata Kepulauan Seribu kembali bergeliat, lanjut Cucu, Sudin Parbud Kepulauan Seribu melakukan berbagai kegiatan salah satunya acara Oceanic Folk Festival (OFF) Jakarta.

OFF merupakan festivalnya masyarakat bahari yang menampilkan berbagai acara di antaranya pentas musik di atas laut, bazar, lomba bahari dan masih banyak lainnya.

"Kita juga berikan bimbingan kepada masyarakat untuk meningkatkan pelayanannya di sektor pariwisata," ujar Cucu.

Menurut dia, bimbingan ini perlu terus dilakukan mengingat masyarakat Kepulauan Seribu beluk terbiasa dengan pariwisata.

"Culture masyarakat ini kan nelayan bukan pariwisata, berbeda dengan masyarakat Bali. Jadi perlu ditingkatkan, seperti layanan homestay dan makanannya. Karena selama ini mereka terbiasa melayani nelayan, sekarang melayani wisatawan," kata Cucu.

Pewarta : Laily Rahmawaty
Editor : Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024