Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional berencana membuat modul pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja yang akan diberikan pada siswa sekolah.
"Kita bikin modul, kerja sama dengan guru-guru untuk masukan itu kita nego dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan supaya bisa masuk dimengerti, tapi bukan pendidikan seks ya," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, di Jakarta, Minggu.
Hasto mengatakan rencananya BKKBN melahirkan modul untuk kesehatan reproduksi yang tidak akan dinilai bahwa sebagai pendidikan seks. Hasto menegaskan bukan pendidikan seks, melainkan pendidikan kesehatan reproduksi yang isinya banyak menginformasikan mengenai berbagai risiko kesehatan terkait perkawinan dini.
Hasto menginginkan BKKBN memiliki jargon baru untuk anak-anak milenial yang substansinya mengenai kesehatan reproduksi.
Hasto yang merupakan dokter spesialis kebidanan dan kandungan mencontohkan mengenai mulut rahim perempuan di bawah 19 tahun yang sifatnya masih terbuka.
Sehingga jika mulut rahim yang masih terbuka tersebut sudah terpapar oleh alat kelamin laki-laki, bisa menyebabkan kanker serviks pada 15 hingga 30 tahun yang akan datang.
Namun ketika usia perempuan sudah mencapai 20 tahun, mulut rahim tersebut akan menutup dengan sendirinya dan akan aman jika terjadi hubungan seksual.
Lain hal lagi, Hasto juga memaparkan mengenai siklus menstruasi pada perempuan yang sudah memasuki masa puber di mana terdapat perubahan suasana hati yang menyenangkan dan memburuk.
Hal tersebut dikarenakan meningkatnya hormon estrogen dan progesteron pada waktu setelah dan menjelang masa menstruasi pada perempuan. Menurut Hasto, tidak ada salahnya anak-anak remaja diberi pengetahuan tersebut untuk memahami mengenai kesehatan reproduksi.
Hasto yang mantan Bupati Kulon Progo selama tujuh tahun tersebut akan melakukan hal yang sama seperti yang pernah dilakukannya di daerah, yaitu menggandeng ulama, ustad, kyai, dan tokoh agama lainnya dalam edukasi dan sosialisasi mengenai kesehatan reproduksi.
Tujuannya agar program pendidikan kesehatan reproduksi ini mendapat dukungan dari tokoh agama dan tidak menjadi tabu lagi untuk dibahas secara umum.