Bandarlampung (ANTARA) - Tiga mahasiswa Universitas Negeri Medan mempunyai inovasi yang sangat unik, dan membuat beton tanpa harus menggunakan semen, melainkan dari sisa-sisa ampas tebu, serta bahan putih telur.
Ketua Penelitian Mahasiswa Universitas Negeri Medan (Unimed) Pan Surya Handika, Kamis, mengatakan, pengembangan kawasan rumah, perindustrian kantor dan lainnya menambah meningkatnya kebutuhan material bangunan khususnya beton.
Hal ini, menurut dia, membuat kebutuhan semen juga akan semakin meningkat dan sulit untuk dapat terpenuhi bagi konsumen yang memerlukan bahan bangunan tersebut, maupun masyarakat.
"Semakin meningkatnya kebutuhan semen dan mengakibatkan produksi semen yang dihasilkan juga semakin bertambah banyak," ujar Surya.
Ia menyebutkan, untuk itu diperlukan alternatif lain yang bisa digunakan sebagai pengganti semen untuk membuat beton.
Banyak bangunan-bangunan tua di Indonesia yang didirikan tanpa menggunakan semen, misalnya Masjid Jami' Tua Palopo Sulawesi Selatan yang dibangun pada Abad 17 Masehi, Benteng Somba Opu yang dibuat oleh Sultan Gowa Ke IX, Daeng Matanre Karaeng Tumaparisi Kallona tahun 1525 Masehi.
"Bangunan tersebut dibangun dari tanah liat dan putih telur sebagai pengganti semen," ucap dia.
Surya menjelaskan, dari penelitian itu dapat memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan dan masyarakat, terlebih memberikan alternatif pemecahan masalah bagi industri-industri yang menghasilkan material hasil produksi sampingan agar dapat diolah, serta dimanfaatkan pada proyek-proyek konstruksi di kemudian hari.
Pemanfaatan abu ampas tebu juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah sisa produksi tebu dan telur.
"Penelitian ini juga diharapkan akan menghasilkan persentase optimal dari pemanfaatan abu ampas tebu dan putih telur sebagai subsitusi parsial semen pada campuran beton.Dan dapat diketahui bahwa pemanfaatan abu ampas tebu dan putih telur dengan persentase optimal dapat menggantikan peran semen sebagai bahan pengikat (binder) yang dapat memperkuat beton," katanya.
Tiga mahasiswa yang melakukan inovasi tersebut, yaitu Pan Surya Handika (Pendidikan Teknik Bangunan 2016), Reski Dwi Putra Sianturi (Teknik Sipil 2017) dan Henny Puspita Sari (Pendidikan Fisika 2015).
Ketua Penelitian Mahasiswa Universitas Negeri Medan (Unimed) Pan Surya Handika, Kamis, mengatakan, pengembangan kawasan rumah, perindustrian kantor dan lainnya menambah meningkatnya kebutuhan material bangunan khususnya beton.
Hal ini, menurut dia, membuat kebutuhan semen juga akan semakin meningkat dan sulit untuk dapat terpenuhi bagi konsumen yang memerlukan bahan bangunan tersebut, maupun masyarakat.
"Semakin meningkatnya kebutuhan semen dan mengakibatkan produksi semen yang dihasilkan juga semakin bertambah banyak," ujar Surya.
Ia menyebutkan, untuk itu diperlukan alternatif lain yang bisa digunakan sebagai pengganti semen untuk membuat beton.
Banyak bangunan-bangunan tua di Indonesia yang didirikan tanpa menggunakan semen, misalnya Masjid Jami' Tua Palopo Sulawesi Selatan yang dibangun pada Abad 17 Masehi, Benteng Somba Opu yang dibuat oleh Sultan Gowa Ke IX, Daeng Matanre Karaeng Tumaparisi Kallona tahun 1525 Masehi.
"Bangunan tersebut dibangun dari tanah liat dan putih telur sebagai pengganti semen," ucap dia.
Surya menjelaskan, dari penelitian itu dapat memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan dan masyarakat, terlebih memberikan alternatif pemecahan masalah bagi industri-industri yang menghasilkan material hasil produksi sampingan agar dapat diolah, serta dimanfaatkan pada proyek-proyek konstruksi di kemudian hari.
Pemanfaatan abu ampas tebu juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah sisa produksi tebu dan telur.
"Penelitian ini juga diharapkan akan menghasilkan persentase optimal dari pemanfaatan abu ampas tebu dan putih telur sebagai subsitusi parsial semen pada campuran beton.Dan dapat diketahui bahwa pemanfaatan abu ampas tebu dan putih telur dengan persentase optimal dapat menggantikan peran semen sebagai bahan pengikat (binder) yang dapat memperkuat beton," katanya.
Tiga mahasiswa yang melakukan inovasi tersebut, yaitu Pan Surya Handika (Pendidikan Teknik Bangunan 2016), Reski Dwi Putra Sianturi (Teknik Sipil 2017) dan Henny Puspita Sari (Pendidikan Fisika 2015).