Jakarta (ANTARA) - Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli, Bali dengan keunikan adat istiadat di dalamnya dinilai layak menjadi model percontohan destinasi wisata edukasi di Indonesia.
"Desa ini masih alami, sangat sejuk, dan masih kental dengan nuansa asli Bali tempo dulu hingga saat ini, banyak keunikan di dalamnya," kata ketua kelompok sadar wisata setempat Nengah Moneng saat kunjungan media ke Desa Penglipuran, Bali, Senin.
Menurut Moneng, dalam rilis di Jakarta, Senin, Penglipuran merupakan desa yang memiliki hak otonom dalam hal adat istiadat, walaupun memiliki dua pimpinan yaitu kepala adat dan kepala dusun (kedinasan).
Ia mengatakan, dengan menerapkan adat bagi warganya serta tata ruang desa yang teratur, pada 1995 membuat desa ini ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai desa wisata.
"Bentuk bangunan dan tata ruang rumah dari para penduduk terlihat hampir sama dan menyatu dengan alam," katanya.
Selain itu, cat tembok di rumah ini menggunakan cat dari bahan dasar tanah liat dan pagar tembok berhiasan ukiran Bali menjadi tembok rumah di desa ini.
Hal lain, kata dia, tindakan untuk senantiasa menjaga kebersihan dan kerapian menjadi satu hal yang wajib dilakukan oleh setiap warga sehingga desa ini selalu terlihat sangat bersih dan rapi.
Kondisi itu menjadi kesan pertama wisatawan ketika berkunjung ke salah satu desa terbersih dunia ini.
Masyarakat desa umumnya sangat menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat setempat sehingga di desa ini masih terdapat budaya yang diterapkan.
"Budaya menghormati alam, seperti hutan bambu di desa ini tidak boleh ditebang tanpa seizin tokoh desa," katanya lagi.
Kabag Publikasi Mancanegara Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Dadam Mahdar mengatakan pihaknya mendukung pengembangan Desa Penglipuran sebagai destinasi wisata favorit sehingga harapannya dapat berdampak bagi daerah lainnya.
"Desa Penglipuran menjadi contoh bagaimana pariwisata dan budaya bisa dibangun seiring sehingga mampu menyejahterakan masyarakat," kata Dadam.
"Desa ini masih alami, sangat sejuk, dan masih kental dengan nuansa asli Bali tempo dulu hingga saat ini, banyak keunikan di dalamnya," kata ketua kelompok sadar wisata setempat Nengah Moneng saat kunjungan media ke Desa Penglipuran, Bali, Senin.
Menurut Moneng, dalam rilis di Jakarta, Senin, Penglipuran merupakan desa yang memiliki hak otonom dalam hal adat istiadat, walaupun memiliki dua pimpinan yaitu kepala adat dan kepala dusun (kedinasan).
Ia mengatakan, dengan menerapkan adat bagi warganya serta tata ruang desa yang teratur, pada 1995 membuat desa ini ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai desa wisata.
"Bentuk bangunan dan tata ruang rumah dari para penduduk terlihat hampir sama dan menyatu dengan alam," katanya.
Selain itu, cat tembok di rumah ini menggunakan cat dari bahan dasar tanah liat dan pagar tembok berhiasan ukiran Bali menjadi tembok rumah di desa ini.
Hal lain, kata dia, tindakan untuk senantiasa menjaga kebersihan dan kerapian menjadi satu hal yang wajib dilakukan oleh setiap warga sehingga desa ini selalu terlihat sangat bersih dan rapi.
Kondisi itu menjadi kesan pertama wisatawan ketika berkunjung ke salah satu desa terbersih dunia ini.
Masyarakat desa umumnya sangat menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat setempat sehingga di desa ini masih terdapat budaya yang diterapkan.
"Budaya menghormati alam, seperti hutan bambu di desa ini tidak boleh ditebang tanpa seizin tokoh desa," katanya lagi.
Kabag Publikasi Mancanegara Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Dadam Mahdar mengatakan pihaknya mendukung pengembangan Desa Penglipuran sebagai destinasi wisata favorit sehingga harapannya dapat berdampak bagi daerah lainnya.
"Desa Penglipuran menjadi contoh bagaimana pariwisata dan budaya bisa dibangun seiring sehingga mampu menyejahterakan masyarakat," kata Dadam.