Jakarta (AntaraNews Lampung) - Head of Pocophone Global, Alvin Tse, menegaskan bahwa Pocophone tidak akan mengambil pangsa pasar Xiaomi di Indonesia.
"Kami yakin bahwa Pocophone dan Xiaomi mewakili dua filosofi produk yang berbeda. Jika kami tidak menawarkan dua filosofi produk yang berbeda, namanya akan menjadi Pocophone F1 Xiaomi something," ujar Alvin dalam sesi tanya jawab usai peluncuran Pocophone F1 di Jakarta, Senin.
Karena mengusung dua filosofi yang berbeda dalam membangun produk, Alvin menjelaskan bahwa Xiaomi membangun produk yang memenuhi semua hal, sementara Pocophone fokus pada satu aspek.
Alvin kemudian menganalogikannya sebagai sepeda motor. Xiaomi adalah sepeda moto yang cepat dan nyaman untuk dikendarai, sedangkan Pocophone adalah superbike yang didesain untuk super cepat bagi mereka yang menikmati kecepatan.
Saat ini di Indonesia, Pocophone menggunakan infrastruktur yang telah diinvestasikan Xiaomi selama berada empat tahun di Indonesia, mulai dari rantai produksi, uji coba kualitas hingga pusat layanan.
"Pocophone adalah subbrand Xiaomi. Industri smartphone sangat kompetitif, jika tidak punya skill, tidak punya sumber daya, sangat susah untuk membuat produk yang bagus," ujar Alvin.
"Pocophone memiliki tim yang sangat kecil, oleh karena itu tanpa dukungan Xiaomi yang merupakan brand smartphone besar, kita tidak dapat memenuhi ambisi kami untuk membuat produk yang hebat," sambung dia.
Pocophone F1 pertama kali diluncurkan pada 22 Agustus 2018 di India. Indonesia menjadi negara kedua di mana ponsel pertama dari Pocophone itu dihadirkan.
Hanya berjarak lima hari dari peluncuran global, Alvin mengatakan bahwa Pocophone telah mengembangkan produknya selama beberapa tahun dengan melalui berbagai tes dan prototipe, sehingga telah menyiapkan perangkat yang dapat memenuhi permintaan pasar.
"Indonesia jadi salah satu market penting buat kami, makanya setelah India kami langsung datang ke Indonesia," kata Alvin.
"Kami juga akan launching di Hongkong dan Paris. Indonesia akan jadi market penting meski kami datang ke global juga," tambah dia.
"Kami yakin bahwa Pocophone dan Xiaomi mewakili dua filosofi produk yang berbeda. Jika kami tidak menawarkan dua filosofi produk yang berbeda, namanya akan menjadi Pocophone F1 Xiaomi something," ujar Alvin dalam sesi tanya jawab usai peluncuran Pocophone F1 di Jakarta, Senin.
Karena mengusung dua filosofi yang berbeda dalam membangun produk, Alvin menjelaskan bahwa Xiaomi membangun produk yang memenuhi semua hal, sementara Pocophone fokus pada satu aspek.
Alvin kemudian menganalogikannya sebagai sepeda motor. Xiaomi adalah sepeda moto yang cepat dan nyaman untuk dikendarai, sedangkan Pocophone adalah superbike yang didesain untuk super cepat bagi mereka yang menikmati kecepatan.
Saat ini di Indonesia, Pocophone menggunakan infrastruktur yang telah diinvestasikan Xiaomi selama berada empat tahun di Indonesia, mulai dari rantai produksi, uji coba kualitas hingga pusat layanan.
"Pocophone adalah subbrand Xiaomi. Industri smartphone sangat kompetitif, jika tidak punya skill, tidak punya sumber daya, sangat susah untuk membuat produk yang bagus," ujar Alvin.
"Pocophone memiliki tim yang sangat kecil, oleh karena itu tanpa dukungan Xiaomi yang merupakan brand smartphone besar, kita tidak dapat memenuhi ambisi kami untuk membuat produk yang hebat," sambung dia.
Pocophone F1 pertama kali diluncurkan pada 22 Agustus 2018 di India. Indonesia menjadi negara kedua di mana ponsel pertama dari Pocophone itu dihadirkan.
Hanya berjarak lima hari dari peluncuran global, Alvin mengatakan bahwa Pocophone telah mengembangkan produknya selama beberapa tahun dengan melalui berbagai tes dan prototipe, sehingga telah menyiapkan perangkat yang dapat memenuhi permintaan pasar.
"Indonesia jadi salah satu market penting buat kami, makanya setelah India kami langsung datang ke Indonesia," kata Alvin.
"Kami juga akan launching di Hongkong dan Paris. Indonesia akan jadi market penting meski kami datang ke global juga," tambah dia.