Jakarta (Antaranews Lampung) - Separuh pengobatan untuk penderita diabetes dalam mengatasi tingginya kadar gula darah adalah dengan melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara rutin, kata ahli endokrin metabolisme dan diabetes dr Em Yunir SpPD-KEMD.
"Sebagian penurunan gula darah bisa dicapai hanya dengan olahraga," kata Yunir di kantor Kementerian Kesehatan Jakarta, Jumat (13/4).
Dia menjelaskan penyakit metabolik seperti diabetes disebabkan karena ada insulin yang terganggu, yaitu sebuah proses yang disebut dengan resistensi insulin.
Temuan adanya resistensi insulin tersebut, kata Yunir, terjadi saat era modern di mana masyarakat jarang melakukan aktivitas fisik. "Zaman dulu orang untuk mencari makan harus gerak fisik," kata dia.
Resistensi insulin disebabkan karena timbunan lemak pada perut atau lingkar pinggang dan membuat insulin menjadi resisten. Jika resistensi insulin naik maka akan menyebabkan kadar gula darah juga menjadi naik.
Yunir menekankan bahwa olahraga saja tidak cukup untuk memperbaiki kadar gula darah pada penderita diabetes dan tetap harus mengonsumsi obat.
Namun dosis obat yang diberikan bisa turun hingga lebih dari 50 persen dari yang semestinya jika orang tersebut olahraga secara rutin.
"Apa yang didapat keuntungan dari olahraga, risiko penyakit jantung berkurang, bisa menurunkan berat badan, dan perbaiki gula darah," kata Yunir.
Data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2017 menunjukkan Indonesia negara keenam dengan penderita diabetes terbesar di dunia dengan jumlah 10,3 juta jiwa.
Jika tidak tertangani dengan baik, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memproyeksikan angka kejadian diabetes di Indonesia bisa meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada 2030.
"Sebagian penurunan gula darah bisa dicapai hanya dengan olahraga," kata Yunir di kantor Kementerian Kesehatan Jakarta, Jumat (13/4).
Dia menjelaskan penyakit metabolik seperti diabetes disebabkan karena ada insulin yang terganggu, yaitu sebuah proses yang disebut dengan resistensi insulin.
Temuan adanya resistensi insulin tersebut, kata Yunir, terjadi saat era modern di mana masyarakat jarang melakukan aktivitas fisik. "Zaman dulu orang untuk mencari makan harus gerak fisik," kata dia.
Resistensi insulin disebabkan karena timbunan lemak pada perut atau lingkar pinggang dan membuat insulin menjadi resisten. Jika resistensi insulin naik maka akan menyebabkan kadar gula darah juga menjadi naik.
Yunir menekankan bahwa olahraga saja tidak cukup untuk memperbaiki kadar gula darah pada penderita diabetes dan tetap harus mengonsumsi obat.
Namun dosis obat yang diberikan bisa turun hingga lebih dari 50 persen dari yang semestinya jika orang tersebut olahraga secara rutin.
"Apa yang didapat keuntungan dari olahraga, risiko penyakit jantung berkurang, bisa menurunkan berat badan, dan perbaiki gula darah," kata Yunir.
Data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2017 menunjukkan Indonesia negara keenam dengan penderita diabetes terbesar di dunia dengan jumlah 10,3 juta jiwa.
Jika tidak tertangani dengan baik, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memproyeksikan angka kejadian diabetes di Indonesia bisa meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada 2030.