Jakarta (ANTARA Lampung) - Anggota Komisi IX DPR Nihayatul Wafiroh mengatakan kaum perempuan adalah tulang punggung bangsa karena berperan utama dalam membentuk dan menjaga kualitas generasi.
"Bayangkan bila kaum perempuan boikot untuk hamil atau menikah. Akan hilang generasi bangsa. Itu sudah terjadi pada beberapa negara maju," kata Ninik, panggilan akrabnya, dihubungi di Jakarta, Jumat.
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu mencontohkan sebagian perempuan di negara maju seperti Jepang dan Singapura yang lebih mengutamakan karier daripada menikah.
Hal itu mengakibatkan jumlah orang tua di negara tersebut lebih banyak daripada jumlah orang-orang usia produktif. Imbasnya, negara tersebut kekurangan tenaga kerja sehingga harus mendatangkan pekerja dari negara lain.
Kondisi tersebut berbeda dengan Indonesia yang memiliki jumlah orang usia produktif lebih banyak daripada orang-orang tua. Bahkan, Indonesia disebut-sebut akan mendapatkan bonus demografi pada 2030.
"Karena itu, di banyak tempat layanan publik seperti di transportasi umum, disediakan tempat prioritas bagi perempuan hamil. Ibu yang sedang hamil harus menjaga anak yang dikandungnya. Bukan menjaga anaknya sendiri, tetapi juga generasi bangsa," tuturnya.
Begitu pula dengan kesehatan ibu saat hamil, harus diprioritaskan pemenuhan gizinya. Menurut Ninik, pembangunan generasi yang unggul dan tangguh ditentukan sejak dari kehamilan.
Namun, Ninik mengakui bahwa persoalan perempuan di Indonesia belum dipandang sama oleh kaum perempuan sendiri. Hegemoni yang luar biasa terhadap kaum perempuan, membuat sebagian perempuan masih nyaman dengan "status quo".
Karena itu, peringatan Hari Kartini memiliki arti penting untuk memberikan kesadaran kepada seluruh elemen bangsa, terutama kaum perempuan sendiri. (ANTARA)
"Bayangkan bila kaum perempuan boikot untuk hamil atau menikah. Akan hilang generasi bangsa. Itu sudah terjadi pada beberapa negara maju," kata Ninik, panggilan akrabnya, dihubungi di Jakarta, Jumat.
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu mencontohkan sebagian perempuan di negara maju seperti Jepang dan Singapura yang lebih mengutamakan karier daripada menikah.
Hal itu mengakibatkan jumlah orang tua di negara tersebut lebih banyak daripada jumlah orang-orang usia produktif. Imbasnya, negara tersebut kekurangan tenaga kerja sehingga harus mendatangkan pekerja dari negara lain.
Kondisi tersebut berbeda dengan Indonesia yang memiliki jumlah orang usia produktif lebih banyak daripada orang-orang tua. Bahkan, Indonesia disebut-sebut akan mendapatkan bonus demografi pada 2030.
"Karena itu, di banyak tempat layanan publik seperti di transportasi umum, disediakan tempat prioritas bagi perempuan hamil. Ibu yang sedang hamil harus menjaga anak yang dikandungnya. Bukan menjaga anaknya sendiri, tetapi juga generasi bangsa," tuturnya.
Begitu pula dengan kesehatan ibu saat hamil, harus diprioritaskan pemenuhan gizinya. Menurut Ninik, pembangunan generasi yang unggul dan tangguh ditentukan sejak dari kehamilan.
Namun, Ninik mengakui bahwa persoalan perempuan di Indonesia belum dipandang sama oleh kaum perempuan sendiri. Hegemoni yang luar biasa terhadap kaum perempuan, membuat sebagian perempuan masih nyaman dengan "status quo".
Karena itu, peringatan Hari Kartini memiliki arti penting untuk memberikan kesadaran kepada seluruh elemen bangsa, terutama kaum perempuan sendiri. (ANTARA)