Jakarta (ANTARA Lampung) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan, pihaknya mendorong pengembangan pertanian organik hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) terbaru untuk mendukung kesejahteraan petani.
Nasir, dalam keterangan tertulis yang diterima, di Jakarta, Minggu, mengatakan, para petani akan sejahtera bila selalu menggunakan teknologi terbaru.
Bila para petani menggunakan bahan organik, maka para petani tidak perlu memusingkan lagi kesediaan pupuk anorganik, karena dengan bahan organik hal tersebut sudah terselesaikan dengan baik.
Terkait penelitian, menurut Nasir, hasil-hasil riset yang dilakukan harus dimanfaatkan masyarakat, tidak hanya inovasi pada produk untuk nilai tambah, tetapi juga untuk menambah kualitas masyarakat. Semua riset yang ada di Perguruan Tinggi akan terus didorong untuk selalu dikembangkan ke arah inovasi.
Sementara untuk anggaran, ia mengatakan, saat ini komposisi anggaran penelitian dan pengembangan dari negara masih besar dibandingkan pihak swasta. Sementara di luar negeri industri yang lebih banyak mendukung penganggaran riset.
"Kami sedang meminta industri untuk memberikan kontribusinya terhadap riset," ujar dia.
Selain mendorong pengembangan pertanian organik, ia juga memberi masukan agar produk pertanian dikemas dengan baik dan menarik sehingga meningkatkan nilai jual.
"Ke depan para petani harus berpikir lebih terbuka dan luas, teknologi terbarulah yang membuat kesejahteraan para petani juga meningkat. Saya sangat mengapresiasi para peneliti dari UNS (Universitas Sebelas Maret) untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan teknologi serta inovasi," ujar dia.
UNS dengan Pemkab Ngawi membuat Komunitas Ngawi Organik Center (KNOC) yang merupakan kerja sama penelitian di bidang keasaman tanah dan produksi pertanian. Pada 2015, KNOC telah mengajukan tambahan luas tanam enam hektare (ha) di desa Kletekan, Kecamatan Jogorogo, dan rencananya akan diperluas menjadi 20 ha di 2016.
Melalui dukungan dari berbagai pihak, KNOC telah tersertifikasi SNI.
Rektor UNS Ravik Karsidi mengatakan program ini adalah salah satu program yang tujuannya adalah menghidupkan kembali tanah yang sudah mati sehingga menjadi produktif.
"Para petani kami bina dan latih, sehingga mereka dapat percaya diri untuk mendapatkan hasil pertanian yang baik dari tanah yang mungkin tadinya dianggap sudah mati. Kami selalu siap untuk mewujudkan swasembada pangan di Indonesia," katanya.
Dalam kegiatan panen raya di Ngawi, Jawa Timur, Menristekdikti juga bertemu dengan para petani kelompok binaan Fakultas Pertanian UNS yang menampilkan hasil produk beras organik yang menggunakan mikroorganisme lokal (MOL) dengan System Rice Intensification (SRI).
Nasir, dalam keterangan tertulis yang diterima, di Jakarta, Minggu, mengatakan, para petani akan sejahtera bila selalu menggunakan teknologi terbaru.
Bila para petani menggunakan bahan organik, maka para petani tidak perlu memusingkan lagi kesediaan pupuk anorganik, karena dengan bahan organik hal tersebut sudah terselesaikan dengan baik.
Terkait penelitian, menurut Nasir, hasil-hasil riset yang dilakukan harus dimanfaatkan masyarakat, tidak hanya inovasi pada produk untuk nilai tambah, tetapi juga untuk menambah kualitas masyarakat. Semua riset yang ada di Perguruan Tinggi akan terus didorong untuk selalu dikembangkan ke arah inovasi.
Sementara untuk anggaran, ia mengatakan, saat ini komposisi anggaran penelitian dan pengembangan dari negara masih besar dibandingkan pihak swasta. Sementara di luar negeri industri yang lebih banyak mendukung penganggaran riset.
"Kami sedang meminta industri untuk memberikan kontribusinya terhadap riset," ujar dia.
Selain mendorong pengembangan pertanian organik, ia juga memberi masukan agar produk pertanian dikemas dengan baik dan menarik sehingga meningkatkan nilai jual.
"Ke depan para petani harus berpikir lebih terbuka dan luas, teknologi terbarulah yang membuat kesejahteraan para petani juga meningkat. Saya sangat mengapresiasi para peneliti dari UNS (Universitas Sebelas Maret) untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan teknologi serta inovasi," ujar dia.
UNS dengan Pemkab Ngawi membuat Komunitas Ngawi Organik Center (KNOC) yang merupakan kerja sama penelitian di bidang keasaman tanah dan produksi pertanian. Pada 2015, KNOC telah mengajukan tambahan luas tanam enam hektare (ha) di desa Kletekan, Kecamatan Jogorogo, dan rencananya akan diperluas menjadi 20 ha di 2016.
Melalui dukungan dari berbagai pihak, KNOC telah tersertifikasi SNI.
Rektor UNS Ravik Karsidi mengatakan program ini adalah salah satu program yang tujuannya adalah menghidupkan kembali tanah yang sudah mati sehingga menjadi produktif.
"Para petani kami bina dan latih, sehingga mereka dapat percaya diri untuk mendapatkan hasil pertanian yang baik dari tanah yang mungkin tadinya dianggap sudah mati. Kami selalu siap untuk mewujudkan swasembada pangan di Indonesia," katanya.
Dalam kegiatan panen raya di Ngawi, Jawa Timur, Menristekdikti juga bertemu dengan para petani kelompok binaan Fakultas Pertanian UNS yang menampilkan hasil produk beras organik yang menggunakan mikroorganisme lokal (MOL) dengan System Rice Intensification (SRI).