Washington (Antara/Xinhua-OANA/ANTARA Lampung) - Lelaki yang merokok menghadapi risiko tiga kali lebih besar dibandingkan orang yang tidak merokok untuk kehilangan kromosom Y, kata beberapa peneliti yang sebelumnya telah memperlihatkan kehilangan kromosom Y berkaitan dengan kanker.
Studi tersebut, yang disiarkan pada Kamis (4/12) di jurnal AS Science, mungkin membantu menjelaskan mengapa merokok adalah faktor resiko lebih buat lelaki dibandingkan dengan perempuan. Dan, dalam perspektif yang lebih luas, juga mengapa lelaki pada umumnya memiliki harapan hidup lebih pendek.
Cuma lelaki yang memilik kromosom Y, yang penting bagi penentuan jenis kelamin dan produksi sperma.
"Kami pada awal 2014 telah memperlihatkan hubungan antara hilangnya kromosom Y pada darah dan resiko lebih besar bagi serangan kanker. Kami sekarang memeriksa apakah ada gaya hidup atau faktor klinik yang mungkin berkaitan dengan hilangnya kromosom Y," kata Lars Forsberg dari Uppsala University di Swedia, yang memimpin studi tersebut, di dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat siang.
"Dari banyak jumlah faktor yang dipelajari, seperti usia, tekanan darah, diabetes, konsumsi alkohol dan merokok, kami mendapat hilangnya kromosom Y pada sedikit sel darah lebih umum pada perokok dibandingkan dengan pada orang yang bukan perokok," kata Forsberg.
Risiko tersebut tergantung dosis, yang berarti hilangnya kromosom Y lebih umum pada perokok berat dibandingkan dengan orang yang merokok sedang. Beberapa pria yang berhenti merokok bahkan tampak memperoleh kembali kromosom Y mereka.
"Hasil ini menunjukkan bahwa merokok dapat mengakibatkan hilangnya kromosom Y dan proses ini mungkin bisa diubah," kata Forsberg. "Temuan ini dapat sangat persuasif untuk memotivasi perokok agar menghentikan kebiasaan mereka."
Bagaimana hilangnya kromosom Y berkaitan dengan pengembangan kanker di seluruh tubuh masih belum jelas, kata para peneliti tersebut. Satu kemungkinan ialah sel kekebalan pada darah, yang telah kehilangan kromosom Y, memiliki pengurangan kemampuan untuk memerangi kanker.
Penerjemah: A. Rachma.
Studi tersebut, yang disiarkan pada Kamis (4/12) di jurnal AS Science, mungkin membantu menjelaskan mengapa merokok adalah faktor resiko lebih buat lelaki dibandingkan dengan perempuan. Dan, dalam perspektif yang lebih luas, juga mengapa lelaki pada umumnya memiliki harapan hidup lebih pendek.
Cuma lelaki yang memilik kromosom Y, yang penting bagi penentuan jenis kelamin dan produksi sperma.
"Kami pada awal 2014 telah memperlihatkan hubungan antara hilangnya kromosom Y pada darah dan resiko lebih besar bagi serangan kanker. Kami sekarang memeriksa apakah ada gaya hidup atau faktor klinik yang mungkin berkaitan dengan hilangnya kromosom Y," kata Lars Forsberg dari Uppsala University di Swedia, yang memimpin studi tersebut, di dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat siang.
"Dari banyak jumlah faktor yang dipelajari, seperti usia, tekanan darah, diabetes, konsumsi alkohol dan merokok, kami mendapat hilangnya kromosom Y pada sedikit sel darah lebih umum pada perokok dibandingkan dengan pada orang yang bukan perokok," kata Forsberg.
Risiko tersebut tergantung dosis, yang berarti hilangnya kromosom Y lebih umum pada perokok berat dibandingkan dengan orang yang merokok sedang. Beberapa pria yang berhenti merokok bahkan tampak memperoleh kembali kromosom Y mereka.
"Hasil ini menunjukkan bahwa merokok dapat mengakibatkan hilangnya kromosom Y dan proses ini mungkin bisa diubah," kata Forsberg. "Temuan ini dapat sangat persuasif untuk memotivasi perokok agar menghentikan kebiasaan mereka."
Bagaimana hilangnya kromosom Y berkaitan dengan pengembangan kanker di seluruh tubuh masih belum jelas, kata para peneliti tersebut. Satu kemungkinan ialah sel kekebalan pada darah, yang telah kehilangan kromosom Y, memiliki pengurangan kemampuan untuk memerangi kanker.
Penerjemah: A. Rachma.