Bandarlampung, (ANTARA Lampung) - Kalangan industri di Provinsi Lampung, utamanya industri kecil dan rumah tangga berharap krisis energi listrik yang berdampak pada pemadaman total dalam beberapa pekan terakhir dapat teratasi secara tuntas, dan tidak sampai terulang.
Sejumlah pedagang makanan, minuman, bahkan pengusaha restoran yang dihubungi secara terpisah di Badarlampung, Senin mengatakan terjadinya pemadaman listrik total sampai berkali-kali, dengan waktu padam bisa dua, tiga, lima bahkan bisa sampai 12 jam beberapa hari lalu sangat mengganggu kegiatan usaha mereka.
"Tanpa listrik, kegiatan usaha kami sangat terganggu, ketika harus diatasi menggunakan generator cadangan, hasilnya juga tidak maksimal," kata pedagang makanan di Jl. Diponegoro Bandarlampung, Rudy (50).
Sejumlah pekerja restoran skala sedang ke kecil juga mengaku sangat kerepotan memproduksi makanan, lauk-pauk, dan aneka minuman segar tanpa listrik, karena hampir sebagian besar peralatan menggunakan tenaga listrik.
Bahkan, sejumlah konsumen sempat kecewa ketika sedang makan dan minum di sebuah restoran di kawasan Telukbetung pihak restoran tidak bisa memenuhi permintaan pesanan minuman segar/dingin.
"Maaf Pak, tidak bisa membuat minuman juice dulu, karena listrik sedang padam," kata petugas.
Bahkan, ketika pihak rumah makan itu mengatasi listrik menggunakan genset, juga masih banyak masalah belum teratasi, seperti misalnya lemari pendingin tidak berfungsi, sehingga tidak bisa membuat es batu.
"Kami bisa melayani pembuatan minuman juice, tapi tidak dingin karena esnya belum ada," kata petugas restoran itu lagi.
Sejumlah pedagang aneka minuman dan makanan keliling maupun menetap di sekitar Stadion Pahoman di pusat Kota Bandarlampung juga mengeluhkan seringnya listrik padam itu.
"Selama listrik sering padam, kami kesulitan membeli es batu, karena beli di pelanggan umumnya tidak ada, kalaupun ada es batunya baru setengah jadi, tidak bisa keras secara sempurna," kata pedagang aneka minuman, Yanto (42).
Selain kesulitan es, pihaknya juga harus keliling menggunakan gerobag dorong yang dilengkapi genset ukuran kecil untuk keperluan dagangannya.
Bahkan pedagang lain mengaku, jika mendapatkan es batu di warung-warung, rumah tangga atau langganannya tidak ada, pihaknya terpaksa harus membeli es batu dari es balok di pasar-pasar ikan atau kampung nelayan, dan Pusat Pendaratan Ikan (PPI) yang jaraknya cukup jauh.
Meski sebelumnya pihak PLN mengumumkan krisis atau pemadaman listrik di Lampung berakhir rencana tanggal 4 November 2014 menjadi 10 November 2014, namun sejak tanggal 5 sampai 10 November 2014 sudah mulai jarang mati listrik, kecuali di daerah tertentu.
Sebelumnya, pihak PT PLN Distribusi Lampung menjelaskan penyebab terjadinya pemadaman total aliran listrik pelanggan di Provinsi Lampung itu.
Deputi Manager Hukum dan Humas PT PLN (Persero) Distribusi Lampung, I Ketut Darpa, dalam penjelasan tertulisnya menyatakan pada Jumat (31/10) telah terjadi gangguan Transmisi SUTT 150 KV antara Bukit Asam dan Lahat di Sumatera Selatan, sehingga suplai tenaga listrik pada sistem Sumatera Bagian Selatan melalui Saluran Transmisi 150 KV Bukit Asam, Baturaja 1 dan 2, mengalami gangguan penurunan frekuensi.
Akibat dari gangguan itu, menurut dia, tidak dapat menyalurkan listrik dari Sistem Sumatera Selatan ke Lampung.
Hal itulah yang kemudian mengakibatkan pemadaman total di Provinsi Lampung.
Sebelumnya pihak PLN menargetkan pemadaman itu tertasi tanggal 4 November, namun kemudian diperpanjang paling lama normal sampai tanggal 10 November 2014.
Sejumlah pedagang makanan, minuman, bahkan pengusaha restoran yang dihubungi secara terpisah di Badarlampung, Senin mengatakan terjadinya pemadaman listrik total sampai berkali-kali, dengan waktu padam bisa dua, tiga, lima bahkan bisa sampai 12 jam beberapa hari lalu sangat mengganggu kegiatan usaha mereka.
"Tanpa listrik, kegiatan usaha kami sangat terganggu, ketika harus diatasi menggunakan generator cadangan, hasilnya juga tidak maksimal," kata pedagang makanan di Jl. Diponegoro Bandarlampung, Rudy (50).
Sejumlah pekerja restoran skala sedang ke kecil juga mengaku sangat kerepotan memproduksi makanan, lauk-pauk, dan aneka minuman segar tanpa listrik, karena hampir sebagian besar peralatan menggunakan tenaga listrik.
Bahkan, sejumlah konsumen sempat kecewa ketika sedang makan dan minum di sebuah restoran di kawasan Telukbetung pihak restoran tidak bisa memenuhi permintaan pesanan minuman segar/dingin.
"Maaf Pak, tidak bisa membuat minuman juice dulu, karena listrik sedang padam," kata petugas.
Bahkan, ketika pihak rumah makan itu mengatasi listrik menggunakan genset, juga masih banyak masalah belum teratasi, seperti misalnya lemari pendingin tidak berfungsi, sehingga tidak bisa membuat es batu.
"Kami bisa melayani pembuatan minuman juice, tapi tidak dingin karena esnya belum ada," kata petugas restoran itu lagi.
Sejumlah pedagang aneka minuman dan makanan keliling maupun menetap di sekitar Stadion Pahoman di pusat Kota Bandarlampung juga mengeluhkan seringnya listrik padam itu.
"Selama listrik sering padam, kami kesulitan membeli es batu, karena beli di pelanggan umumnya tidak ada, kalaupun ada es batunya baru setengah jadi, tidak bisa keras secara sempurna," kata pedagang aneka minuman, Yanto (42).
Selain kesulitan es, pihaknya juga harus keliling menggunakan gerobag dorong yang dilengkapi genset ukuran kecil untuk keperluan dagangannya.
Bahkan pedagang lain mengaku, jika mendapatkan es batu di warung-warung, rumah tangga atau langganannya tidak ada, pihaknya terpaksa harus membeli es batu dari es balok di pasar-pasar ikan atau kampung nelayan, dan Pusat Pendaratan Ikan (PPI) yang jaraknya cukup jauh.
Meski sebelumnya pihak PLN mengumumkan krisis atau pemadaman listrik di Lampung berakhir rencana tanggal 4 November 2014 menjadi 10 November 2014, namun sejak tanggal 5 sampai 10 November 2014 sudah mulai jarang mati listrik, kecuali di daerah tertentu.
Sebelumnya, pihak PT PLN Distribusi Lampung menjelaskan penyebab terjadinya pemadaman total aliran listrik pelanggan di Provinsi Lampung itu.
Deputi Manager Hukum dan Humas PT PLN (Persero) Distribusi Lampung, I Ketut Darpa, dalam penjelasan tertulisnya menyatakan pada Jumat (31/10) telah terjadi gangguan Transmisi SUTT 150 KV antara Bukit Asam dan Lahat di Sumatera Selatan, sehingga suplai tenaga listrik pada sistem Sumatera Bagian Selatan melalui Saluran Transmisi 150 KV Bukit Asam, Baturaja 1 dan 2, mengalami gangguan penurunan frekuensi.
Akibat dari gangguan itu, menurut dia, tidak dapat menyalurkan listrik dari Sistem Sumatera Selatan ke Lampung.
Hal itulah yang kemudian mengakibatkan pemadaman total di Provinsi Lampung.
Sebelumnya pihak PLN menargetkan pemadaman itu tertasi tanggal 4 November, namun kemudian diperpanjang paling lama normal sampai tanggal 10 November 2014.